Bab 2# Menjadi Adik Ipar

"Pergilah ke rumah suami mu, Aleta. Kami sudah tidak ada kewajiban untuk bertanggung jawab lagi dengan segala hidup dan keperluan mu."

Di dalam mobil taksi, kalimat Esme selalu terngiang ngiang menusuk rulung hatinya. Dalam diam lamunannya, Aleta selalu bertanya tanya, apakah dirinya itu bukan anak kandung dari orangtuanya? Apa bedanya ia dengan Olivia yang selalu diratukan di keluarga San? Bertanya ke Esme tadi pun, ibunya itu hanya mensarkasme tanpa hati.

"Nona!"

Lamunan Aleta buyar akan suara sang sopir taksi yang sudah menghentikan lajunya.

"Sudah sampai?" Segera Aleta mengedarkan pandangannya keluar mobil. Gerbang tinggi nan kokoh menjulang di luar sana. Titik keberadaan Villa Kelvin Jansen berada di atas bukit dekat laut yang jauh dari pemukiman warga.

Dengan sedikit ragu, Aleta turun dari taksi setelah ia membayar ongkos yang lumayan mahal.

Selain pergi ke rumah suami yang belum pernah ia lihat wajahnya, Aleta tidak punya pilihan lain. Daripada pulang ke rumah besar keluarganya, ia lebih memilih berhadapan dengan Kelvin Jansen yang dirumorkan sombong dan kejam. Ia sudah pasrah karena punya keluarga namun terasa seorang wanita yang hidup batang kara sejak kelahiran Olivia.

"Lebih baik diperlalukan tidak baik oleh orang asing sekalian, ketimbang diperlukan tidak adil seumur hidup di keluarga San. Itu sangat menyakitkan."

Ya ... Mulai hari ini, Aleta memutuskan untuk tidak peduli lagi dengan apapun yang bersangkutan dengan nama keluarga San. Ia mati rasa karena perlakuan orang tuanya sendiri yang tidak adil.

"Cari siapa?" Penjaga gerbang bertanya tegas di balik lubang besi dengan tatapan meremehkan.

"Kelvin Jansen. Saya adalah Aleta San, istri Kelvin."

Hah ... Aleta San? Tidak salahkah Bosnya itu menikahi wanita culun berkaca mata bulat tebal dengan wajah dekil?

Tidak mau mendapat masalah, penjaga yang sudah diberi pesan akan kedatangan Aleta, segera membuka gerbang dengan hati bertanya tanya heran.

"Mari, Nyonya. Saya antar masuk." Meski kurang pas dengan sang bosnya, penjaga yang berseragam bodyguard berjas hitam itu, tetap menjaga kesopanannya ke Aleta.

Di sepanjang jalannya memasuki villa, Aleta hanya diperlihatkan bodyguard bodyguard berotot. Dari ruangan demi ruangan, ia tidak melihat ada pelayan wanita pada umumnya di rumah rumah orang kaya, contohnya di rumah keluarga San, rumah orangtuanya. Semua pekerja Kelvin adalah bergenre pria.

Hal itu membuat Aleta bertanya-tanya dalam hatinya, "Apakah benar rumor di luar sana, kalau tidak ada satu pun wanita yang akan keluar selamat setelah masuk ke dalam kandang kehidupan Kelvin?" Aleta sampai tidak fokus berjalan. Ia menabrak sisi tembok penyekat ruangan sampai ringisan, "Aduh!" terdengar nyaring.

"Hati hati, Nyonya."

Aleta memegang keningnya yang berponi tebal. "Temboknya saja kejam, apalagi pemiliknya." Aleta bergumam yang tak merespon anak buah Kelvin.

"Anda tidak apa - apa?"

"Tidak masalah."

"Mari, saya anter ke lantai dua. Kamar Anda ada di atas."

Langkahnya berlanjut. Tidak ada foto satu pun yang memperlihatkan wajah Kelvin Jansen. Itu membuat Aleta semakin penasaran sosok sang suami. Tadi siang, ia memang menikah dengan pria yang memiliki suara dingin tanpa memperlihatkan wajah satu sama lain. Oleh sebab itulah, ia setengah penasaran dan setengah takut juga.

"Apa, Tuan Kelvin ada di rumah?"

"Ada! Silakan, ini adalah kamar, Nyonya. Kalau begitu, saya permisi."

Pria di depannya menunduk sopan lalu pergi begitu saja. Padahal, Aleta masih ingin bertanya sesuatu tentang Kelvin.

Villa mewah tapi keheningannya bak kuburan. Aleta bergidik. Masuk ke kamar cepat cepat. Dengan pandangan datar, ia memperhatikan dekorasi kamar mewah yang seharusnya ia nikmatin. Tapi kenyataannya, ia malah was was karena dirinya tau kalau Kelvin Jansen tidak mengharapkannya menjadi istri.

"Tuan muda, Nyonya sudah tiba dan sekarang berada di kamarnya." Deli yang mendapat laporan dari pengawal yang mengantar Aleta sampai kamar, segera memberitahukan pada sosok pria yang duduk di ruang baca.

Menutup majalah bisnis. Memperlihatkan wajah pria yang digadang gadang buruk akibat kecelakaan tiga tahun lalu, nyatanya hanya hoak. Di depan Deli, ada sosok pria gagah dengan paras tampan mempesona.

"Eum ..." Kelvin sekadar bergumam. Berdiri tegak membuat Deli keheranan. Bukannya, Tuan muda nya selama ini selalu merahasiakan kenyataan kalau tidak ada wajah buruk, lumpuh dan bahkan sang Tuan muda membuat kesan dirinya seorang pria impoten. Tapi ini...? Kursi roda serta masker yang selalu menutupi wajah tampan sang bos, tidak dikenakan yang saat ini sudah berjalan ke arah pintu.

Deli sebenarnya ingin mengikatkan, mana tahu sang bos lupa. Tapi, Kelvin lebih dahulu berbalik dan bersuara, "Di depan wanita itu, panggil saya Elvan!"

Elvan Jansen? Kembaran Kelvin yang berada di luar negeri. Apa yang sebenarnya yang direncanakan sang bos muda nya ini? Kenapa harus berpura-pura menjadi orang lain di depan sang istri sendiri. Ah, pusing sendiri Deli memikirkan nya. Lebih baik menjawab patuh, "Iya, Tuan! Saya paham."

Kelvin menyeringai. Saatnya bertemu sang istri yang sebenarnya ia pun ingin lihat wajah wanita yang maharnya satu 1 Triliun itu.

Kelvin mengetuk pintu kamar. Aleta yang duduk di tepi kasur, terlihat gugup. Pasti itu adalah suaminya yang entah akan ada masalah apa yang ia hadapi. Pastinya, petaka besar karena Kelvin sudah memperlihatkan sikap dinginnya dari pernikahan tadi siang.

Suara terbata, Aleta berkata, "Ma-masuk!"

Pintu terbuka pelan. Ujung kaki putih dengan sendal rumah yang pertama Aleta lihat. Bukannya Kelvin Jansen lumpuh? Aleta bernafas sedikit lega. Syukurlah, ternyata bukan Kelvin yang datang karena orang yang masih terhalang daun pintu di sana itu bisa berjalan normal, pikirnya yakin.

Dan benar saja, sosok pria tinggi gagah dengan garis wajah tegas tampan, berjalan ke arahnya dengan kedua tangan masuk ke saku celana. Siapa pria ini?

"Saya Elvan Jansen. Adik ipar mu!"

Adik ipar? Memperkenalkan diri tapi dengan seringai wajah yang angkuh. Apakah Kelvin lebih sombong dari adiknya? Aleta hanya mampu berkata dalam hati.

"Satu triliun dengan wajah yang jelek!" Kelvin sengaja menghina.

Mulut Aleta terbuka dengan mata memicing di balik kaca mata culunnya.

"Saya memang jelek. Tapi mulut saya mempunyai etika dalam bertutur." Aleta menjawab kalem.

Suara wanita di depannya sangat merdu dengan sinar pancaran di balik kaca mata tebal tersebut, sedikit membuat Kelvin terpaku sejenak. Pria yang memiliki kepekaan kuat itu, merasakan ada sesuatu di diri Aleta yang menarik. Tapi apa? Naik turun, ia memperhatikan Aleta. Kenapa punggung tangan wanita itu putih, sangat kontras dengan kulit wajah Aleta yang kecokelatan dekil?

Sudut bibir Kelvin, terangkat sedikit. Ia ingin mengetahui sisi Aleta dengan berpura-pura menjadi orang lain, bukan sebagai suami. Toh, keluarga San itu sudah mempermainkan diri nya juga dengan cara menukar calon istri yang sesungguhnya yaitu Olivia Jansen.

"Kakak saya sangat tidak beruntung. Ah, tapi adil sih. Dia kan cacat___"

Kelvin terjeda akan sergaan Aleta, "Cukup!"

Kelvin menaikkan satu alisnya. Sangat menyebalkan di mata Aleta.

"Kelvin adalah kakakmu, bukan? Tidak seharusnya menjelekkan nya yang mungkin saja bisa membuatnya down. Apalagi menghinanya di depan sang istri."

Wanita ini melindunginya dari hinaan? Apakah tulus atau hanya pencitraan semata?

Sial... Lagi lagi, mata indah di balik kaca mata itu membuat hatinya bergetar. Menarik sekali. Dengan berani, Kelvin maju mendekat pelan. Aleta reflek mundur sampai terduduk di tepi kasur.

"Apa yang kamu ingin lakukan? Menjauh!" Aleta gugup manakala 'Elvan' membungkuk ke arah duduknya.

Tidak peduli, Kelvin malah berkata dengan posisi begitu dekat yang berhasil membuat Aleta gugup.

"Kakak ipar, Kelvin itu pria cacat yang mukanya seperti monster, lumpuh dan juga impoten. Kalau kamu 'kesepian' datang padaku." Nada 'Elvan' tersemat kode godaan untuk sang kakak ipar. Ia sengaja mengetes Aleta karena mengira sifat satu keluarga San itu sama yang buruk seperti Olivia. Beberapa hari yang lalu, ia sudah memerintahkan Deli mencari info tentang Olivia yang sering keluar masuk club malam.

Sempat, Kelvin bersyukur mengetahui kalau Olivia digantikan dengan Aleta. Karena waktu yang mepet, ia belum sempat menyelidiki keseharian Aleta. Buruk atau sebaliknya?

"Keluar! Saya tidak menerima pria lain di dalam kamar ku kecuali suami ku sendiri."

Aleta dengan berani mendorong 'Elvan' yang sialnya tidak berefek. Pria ini malah tersenyum miring. "Berdoa saja Kelvin mau bertemu dengan mu!"

Terpopuler

Comments

Ana

Ana

Lama-lama kelvin juga jatuh cinta sama Aleta

2023-07-05

0

Rhiedha Nasrowi

Rhiedha Nasrowi

jangan samakan Aleta seperti keluarganya, , bisa jadi dia permata yang tersembunyi

2023-05-10

0

Irma Tjondroharto

Irma Tjondroharto

wih keren aletha.. teruskan.. spy km dpt hati nya kelvin

2023-05-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!