Andy terus melangkah tanpa memperhatikan jalan, sesekali lengannya menabrak beberapa murid berjalan berlawanan arah dengannya. Bukan minta maaf, Andy malah menghardik murid-murid itu.
Kring kring!
Lonceng tanda pelajaran pertama berbunyi nyaring, semua murid berhamburan masuk ke kelas mereka masing-masing, termasuk Andy.
“Eh, kenapa?” tanya Andreas dari bangkunya.
“Kenak ceramah sama dugong itu,” sahut Andy sambil melipat kedua tangannya di atas meja untuk dijadikan alas bantal wajahnya.
“Eh, bodoh! Jangan tidur, pelajaran pertama kita adalah matematika. Pak Burhan sebentar lagi akan masuk, kalau dia melihatmu tidur, maka kamu akan terkena hukuman,” tegur Andreas masih dengan posisi duduknya memutar ke belakang, tak lupa menggoyang tubuh Andy agar terbangun.
“Nggak takut. Kalau sih pria kepala botak tengah itu marah, maka aku akan…”
Belum lagi siap menjawab ucapan Andreas, Pak Burhan sudah masuk dan kini berdiri di samping meja Andy dengan tangan menjewer daun telinga kiri Andy. Andreas sendiri kembali cari aman agar tidak dilibatkan.
“Kamu bilang ingin memarahi saya?” tanya Pak Burhan menjewer telinga Andy sampai Andy bangkit dari duduknya.
“Auw! Auw! Sakit Pak!” teriak Andy memukul tangan Pak Burhan sampai tangan itu lepas dari daun telinganya.
“Kalau tahu sakit, kenapa kamu masih terus bersikap nakal? Ingat! Kamu ini sudah kelas 3. 6 bulan lagi kamu akan menjumpai namanya ujian akhir sekolah!” omel Pak Burhan mengingatkan.
“Mau lulus atau tidak. Emang ada yang peduli? sudahlah Pak, masih mengantuk nih, mau tidur!” sahut Andy dengan santainya.
Andy kembali duduk di kursinya, ia ingin tidur tapi Pak Burhan menarik tangannya, membawanya keluar dari kelas, dan melepaskan kasar genggaman tangannya setelah di depan kelas.
“Bapak punya masalah apa sih, sama ku? Sekarang biarkan aku masuk, aku ingin tidur di dalam kelas!” desak Andy kasar, ingin bersikeras masuk namun, Pak Burhan melebarkan kedua tangannya.
“Masalahmu itu banyak. Kami sudah menelepon Papamu untuk datang ke sekolah ini. Sekarang kamu tunggulah di luar!” sahut Pak Burhan masuk ke dalam kelas tak lupa menutup pintu kelas agar Andy tidak bisa masuk ke dalam.
Tanpa rasa bersalah Andy berjalan menuju kantin, sesekali ia menguap karena mengantuk. Namun, langkah kaki Andy harus terhenti saat tangan seorang pria lebih besar darinya mendarat di sebelah pipinya.
Plaaaak!
Suara tamparan keras menggema di koridor kelas. Andy terdiam, kedua matanya membulat sempurna melihat seorang pria begitu familiar berdiri di depannya.
“Papa,” gumam Andy melihat Khandar.
“Hanya untuk memenuhi panggilan dari sekolahmu, aku sampai rela menunda jadwal meeting dengan klien penting!” celetuk Khandar menekan nada suaranya, menahan amarah.
“Kalau gitu silahkan pergi, aku bisa menyelesaikan masalahku di sekolah ini!” ucap Andy santai, ia pun berbalik badan ingin kembali melangkah.
Lagi-lagi langkah Andy harus terhenti karena kali ini Karina telah berdiri di belakangnya.
“Kalau ingin berkelahi mari ikut ke ruangan saya,” ajak Karina mengulurkan tangannya ke sisi kiri lapangan, tepat ruangan Bk berada.
“Baik bu,” sahut Khandar lembut.
“Andy, mari ikut saya,” ajak Karina sembari meraih tangan Andy, menggenggam pergelangan tangannya kemudian mengajaknya ikut melangkah bersama.
Sesampainya di ruang Bk, Karina mempersilahkan Khandar dan Andy duduk di bangku berbeda untuk mencegah pertikaian terjadi. Sebelum memulai sebuah pertanyaan, Karina melihat raut wajah kesal Andy, kemudian melihat wajah menahan emosi Khandar.
‘Harus berhati-hati bertanya agar tidak ada perdebatan antara anak dan bapak ini,’ gumam Karina.
Karina menghela nafas singkat kemudian memulai pembicaraan.
“Buat Pak Khandar Pratama, mohon maaf kalau mengganggu waktu Bapak,” ucap Karina lembut.
“Oh, tidak apa-apa. Demi anak, aku rela menyempatkan diri untuk datang ke sini,” sahut Khandar cengengesan.
Andy melirik sini. ‘Cih, dasar genit. Sama wanita aja kau bisa ramah dan cengengesan seperti itu. Coba sama anakmu sendiri,’ dengus Andy dalam hatinya.
“Saya kira bapak akan marah karena dipanggil ke sini,” ucap Karina sedikit menyinggung pertengkaran Khandar dan Andy sempat ia dengar tadi.
“Ti-tidak, aku hanya marah kepada Andy saja. Huuh! Apakah anak ini membuat ulah di sini, Bu?” tanya Khandar lirikan sinis mengarah ke Andy. Namun, Andy membuang wajahnya.
“Begini, Andy sudah ada hampir satu minggu tidak masuk sekolah. Apa bapak tahu hal itu?” tanya Karina.
Sejenak Khandar menggertak giginya, tatapan suram menatap lekat wajah cuek Andy. Kemudian tersenyum manis menatap Karina.
“Ti-tidak tahu, sebab dari rumah aku selalu melihat Andy pergi tepat waktu. Oh, tadi malam. Tadi malam Andy mengalami kecelakaan, hanya itu saja yang aku tahu,” sahut Khandar benar-benar menahan amarahnya.
“Sebagai guru bk, Andy juga sudah kelas 3 SMA dan 6 bulan lagi akan memasuki ujian akhir sekolah. Saya berharap Andy tidak lagi bolos sekolah agar bisa lulus dengan nilai yang baik,” jelas Karina.
“Aku minta maaf karena tidak becus mendidik Andy. Aku akan usahakan Andy masuk sekolah dan mendapatkan nilai yang bagus,” ucap Khandar berjanji.
Mendengar sumpah terlontar dari Papanya, Andy sekali lagi memutar bola mata jengahnya ke lain sisi. Gerak-gerik mengisyaratkan kalau dia sebenarnya sedikit jengah melihat ucapan lembut di buat-buat oleh sang Papa.
Bukan hanya Andy, Karina ternyata menyadari sikap Andy terlihat bosan.
“Baiklah, hanya itu yang bisa kami sampaikan,” ucap Karina mengakhiri percakapan. Karina berdiri. “Terima kasih telah meluangkan waktu bapak untuk datang ke sini, kami harap Andy bisa terus masuk setelah ini,” tambah Karina.
“Kalau gitu aku pamit pergi,” ucap Khandar beranjak dari duduknya.
“Mari,” ajak Karina mengantar Khandar sampai ke depan pintu ruangannya.
5 menit setelah Khandar pergi, Andy hendak pergi dari ruang bk, namun dihalangi oleh Karina.
“Ada apa lagi?” tanya Andy sewot.
“Saya harap kamu bisa berubah setelah ini. Datanglah keruangan jika kamu ingin bertanya sesuatu,” ucap Karina member penawaran.
“Sok baik! aku tidak butuh kebaikan dari kalian!” tolak Andy kemudian menerobos pergi dari ruangan Karina.
Karina tidak menahan Andy, ia membiarkan Andy pergi begitu saja. Dalam hati Karina ia berharap Andy bisa berubah menjadi lebih baik lagi setelah ini.
.
.
Malam harinya, pukul 23:30 malam.
Andy melajukan kencang sepeda motor sport baru miliknya di jalan ramai namun lengang.
“Aku benci Papa, aku benci sih, dugong itu!” celetuk Andy.
Mengingat kejadian tadi pagi di sekolah membuat hati Andy berapi-api, tangan kanannya pun dengan cepat menarik gas hingga membuat laju sepeda motor sportnya sangat kencang. Andy juga menjadi ugal-ugalan membuat semua pengendara di jalan raya harus mengelak dari sepeda motornya demi keamanan bersama.
Namun, salah satu di antara puluhan pengendara di jalan. Salah satunya adalah Karina di sana.
Hampir 2 jam ia berkendara mengelilingi kota sambil meluapkan kekesalan di dalam hatinya. Barulah Andy memarkirkan sepeda motor sportnya di pinggiran jalan, ia pun turun, memilih duduk di kursi jalan.
“Rasanya lelah hidup seperti ini. Bagaimana jika aku mati saja? Kira-kira kalau aku menabrakkan diri di tengah jalan itu sakit tidak, ya?” gumam Andy, sorot matanya mengarah ke tengah jalan raya hanya satu lewat di sana malam itu.
“Tahan masuk neraka?” tanya seorang wanita berdiri di samping kursinya.
Andy melirik ke asal suara wanita itu, melihat sosok wanita begitu ia kenal, Andy cepat-cepat bangkit dari duduknya dan naik ke sepeda motor sportnya. Saat hendak melajukan sepeda motornya, kedua tangan mungil dari wanita itu menyelinap masuk dari belakang, memeluk perut Andy.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
MUNCUL JIWA CASSANOVANYA LIA T KARINA SI KHANDAR TU
2024-02-27
1
nowitsrain
Idih
2023-09-30
1
nowitsrain
Pake nanya
2023-09-30
0