Pagi itu Nara berangkat ke sekolah lebih awal mengingat Ha Joon akan menunjukan bentuk dari bunga kamelia merah muda secara langsung.
Nara duduk di sebuah taman setelah dia meletakan tas di dalam kelas. Matanya menatap setiap siswa yang melewatinya.
"Yah, tidak perlu mengeluarkan uang untuk jalan-jalan ke luar negeri."
Nara berbicara sendiri dan spontan tertawa. Menurutnya sedikit lucu jika memikirkan dirinya yang tiba-tiba masuk ke dalam sebuah komik. Terlebih komik itu bukan berasal dari negaranya. Memang benar, dia pergi ke Korea tanpa harus mengeluarkan sepeser pun.
Selang beberapa menit, datanglah Ha Joon yang langsung menghampiri gadis itu.
"Kau sudah datang?" Ha Joon bertanya dan diangguki oleh Nara.
Tiba-tiba pria itu menggenggam tangan Nara dan membawanya ke taman bunga yang berada di dekat lapangan bola. Begitu Nara melihat bentuk asli dari bunga kamelia, matanya seakan memancarkan binar kekaguman. Dia melepaskan genggaman tangan Ha Joon dan mulai mendekati salah satu kamelia.
"Wah, mereka lebih cantik jika dilihat secara langsung!"
Nara mencium bunga tersenyum.
"Bunganya juga harum. Apa kau yang merawat semua kamelia ini?" tanya Nara penasaran.
Ha Joon lantas duduk di salah satu kursi dan memperhatikan Nara.
"Aku tidak tahu mengapa, tetapi aku hanya ingin merawatnya. Guru memberikanku bibit bunga kamelia, katanya bunga ini sangat cocok untuk ditanam dan memperindah sekolah. Setiap kali aku merasa kesepian atau sedang banyak pikiran, aku akan ke mari."
Nara mengangguk paham, pantas saja di beberapa halaman komik dia sering melihat bunga kamelia merah muda itu digambar oleh si penulisnya.
"Kalau kau merasa kesepian, kau bisa memanggilku dan kita akan ke sini bersama. Kebetulan aku juga suka merawat bunga!"
Ha Joon tersenyum dan mengangguk. Kini Nara kembali ke kelas, saat hendak masuk, Nara merasa seperti ada yang mengawasinya. Begitu berbalik untuk memastikan, dia tak menemukan siapapun, pasalnya koridor saat ini benar-benar sepi.
"Mungkin cuma perasaanku saja!"
Nara bergegas masuk dan duduk di tempatnya. Beberapa saat kemudian juga guru datang dan mulai memberikan mereka pelajaran.
Pelajaran pertama telah selesai, kini Nara sedang sibuk membereskan buku-bukunya.
"Nara, ayo kita ke kantin!" ajak Ji Hye membuat gadis itu mengangguk.
Keduanya segera berjalan keluar kelas, tetapi Nara justru melihat pria yang sempat dilihatnya sewaktu kejadian siswi bunuh diri.
"Ji Hye, kau duluan saja nanti aku menyusul. Aku perlu ke toilet!"
Mendengar itu membuat Ji Hye hanya mengangguk. Segera setelah temannya pergi, Nara berlari untuk mengikuti pria familiar itu.
Dia berlari hingga lantai atas dan menemukan pria tersebut berjalan menuju tangga rooftop.
"Apa yang kau lakukan di sana?" tanya Nara dengan nada tinggi membuat pria itu terkejut dan segera berbalik.
Di tangannya memegang sebuah kunci, dia segera menyembunyikannya di saku celana. Nara lantas perlahan mulai mendekati dia.
"Apa kau tidak tahu peraturan sekolah ini kalau jangan mendatangi rooftop."
Nara menatap pria di depannya dengan penuh rasa curiga.
"Benarkah? A-aku tidak tahu karena dosen menyuruhku untuk mengambil sesuatu di atas sini."
"Kau yakin? Seharusnya biarkan satpam yang melakukannya. Aku akan berbicara dengan guru!"
Begitu Nara berbalik dan hendak berjalan, pria itu menghentikan langkah Nara.
''Tidak perlu. Aku akan minta tolong satpam saja untuk melakukannya."
Nara mengangguk dan akhirnya meninggalkan pria itu sendiri.
Di sisi lain terlihat Ha Joon yang sedang duduk di tangga lapangan bola. Matanya menatap In Su yang sedang bermain bola bersama teman-teman kelasnya. Tidak, lebih tepatnya teman kelas mereka berdua.
Entah apa yang Ha Joon pikirkan sampai tak menyadari adanya bola yang melayang ke arahnya.
"Ha Joon, awaass!" teriak teman-temannya hingga akhirnya bola itu mengenai dahinya.
Mereka berlari menghampiri pria itu dan bertanya, apakah dia baik-baik saja.
"Kau baik-baik saja?"
"Ha Joon, maafkan kami!"
Ha Joon menggelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan rasa pusing.
"Aku baik-baik saja. Jangan pikirkan aku dan kembali bermain saja!"
In Su perlahan mendekati mereka, entah ada masalah apa kedua pria itu.
"Kepalanya sekeras batu jadi tidak apa-apa jika terkena bola. Sudah, ayo kita lanjutkan. Buang-buang waktu mengkhawatirkan sesuatu yang tidak perlu!"
Ha Joon sama sekali tidak marah dengan sikap In Su yang seperti itu. Hal seperti ini sudah sering terjadi padanya apalagi ketika Ha Joon bersama Nara.
Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari belakang.
"Ha Joon!"
Tiga orang gadis menghampiri Ha Joon yang duduk sendirian. Mereka memang selalu mengganggu pria itu.
"Kau sudah makan siang? Ini aku bawakan roti dan susu!"
"Tidak, kau harus makan bekal yang sudah aku siapkan dari rumah."
"Lupakan mereka, kita pergi ke kantin berdua dan makan di sana."
Ha Joon segera berdiri dan tanpa sepatah katapun meninggalkan mereka. Dia tidak suka dirinya menjadi pusat perhatian apalagi sampai diributkan oleh para gadis, menurutnya itu tidak perlu.
Saat ini Nara sedang duduk seorang diri di dalam kelas. Matanya menatap ke arah luar jendela dan mulai memikirkan alur dari komik yang dia masuki.
Ketika sedang asik melamun, seseorang memasuki kelas dan menepuk pelan bahu Nara membuatnya terkejut.
"Astaga, aku kira siapa!" ucapnya dengan mencoba menetralkan detak jantungnya.
"Ah, maaf karena sudah mengejutkanmu. Apa yang kau pikirkan?" tanyanya lantas duduk di depan Nara.
"Hmm, Ha Joon. Aku ingin bertanya sesuatu padamu!"
Ha Joon hanya mengangguk saja.
"Bagaimana kalau kau tiba-tiba masuk ke dunia komik, lalu tujuanmu adalah mengubah ending dari komik itu. Apa yang akan kau lakukan?"
Nara melihat Ha Joon yang kebingungan pun kembali berucap.
"Aku tahu ini pertanyaan yang tidak masuk akal, hanya saja aku penasaran hehe! Lupakan saja, aku hanya membual."
Saat Nara berpikir bahwa Ha Joon tak akan menjawab, ternyata gadis itu salah besar.
"Tentu aku akan mengubah endingnya menjadi bahagia."
Nara menatap Ha Joon dengan mata sedikit melebar, lantas bibirnya mulai tersenyum.
Malam itu Nara tengah asik berjalan-jalan di sekitar taman. Matanya menatap gemerlap bintang di langit. Dia lantas duduk di salah satu kursi dengan pandangan yang masih mengarah ke atas.
"Apa aku bisa mengubahnya?" gumamnya sembari menghembuskan napas.
"Mengubah apa?"
Nara terkejut bukan main sampai-sampai dia hampir terjatuh jika saja In Su tak menarik lengan bajunya.
"Oh, terima kasih In Su!"
Nara kembali duduk dan sediki berdehem.
"Apa yang kau lakukan di sini? Menikmati langit?" tanya In Su basa basi.
"Hanya jalan-jalan."
In Su mengikuti Nara untuk melihat ke atas. Langit benar-benar indah ketika dilihat pada malam hari, apalagi dihiasi oleh bintang-bintang.
"Mm, kau bisa temani aku sebentar? Hanya sebentar saja!"
"Ke mana?"
Di sinilah mereka sekarang, berada di toko dengan In Su yang membeli ramen lantas memakannya di luar.
"Kau belum makan?" tanya Nara penasaran. Dia hanya membeli minuman dingin saja karena sudah kenyang.
"Sudah, tetapi aku ingin makan ramen. Jika berada di rumah maka aku tidak diperbolehkan untuk makan makanan instan."
Gadis itu hanya mengangguk mengerti dan kembali meneguk minumannya.
"Ramen enak kalau dimakan dengan sosis, mau coba?" tawar Nara membuat In Su hanya mengangguk.
"Kalau begitu tunggu sebentar!"
Nara kembali masuk ke dalam toko untuk membeli sosis. Beberapa saat dia kembali membawa dua sosis yang ukurannya tidak terlalu kecil.
"Cobalah!"
Ketika berada di dunia aslinya, Nara suka sekali memakan ramen yang ia stok di rumah bersama sosis dan itu rasanya sangat enak apalagi menambah gimbap.
Kadang Nara melakukan mukbang di rumahnya dengan membeli beberapa mie instan cup dengan beda rasa.
"Woah, benar-benar enak. Padahal tinggal selama delapan belas tahun, tetapi aku belum pernah merasakan makanan seperti ini. Apa aku harus sering-sering makan di luar?" tanya In Su membuat Nara tertawa kecil.
"Kau hanya akan mengecewakan mamamu yang sudah memasak dengan susah payah."
Setelah menyelesaikan makannya, In Su mengantarkan Nara untuk kembali ke rumahnya.
"Aku akan masuk, terima kasih sudah mengantarku pulang. Kau hati-hatilah di jalan!"
In Su tersenyum dan mengangguk.
"Sampai besok Nara!"
"Sampai jumpa besok!"
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments