03| Alur yang diubah

Malam itu Nara menatap dirinya di cermin. Dia melihat kalungnya, begitu indah. Sebuah ketukan terdengar membuatnya segera mempersiapkan diri.

"Nara, Ha Joon sudah menunggumu di bawah. Jangan buat dia menunggu, cepatlah!"

"Iya, ma!"

Nara bergegas keluar dengan dress hitam. Kaki jenjangnya menambah kesan seksi padanya, apalagi pundak yang terekspos sempurna. Awalnya Nara enggan menggunakannya, tetapi Ji Hye bersikeras mau temannya itu memakai dress tersebut, apalagi Nara tipekal perempuan yang hampir tidak pernah menggunakan dress.

Begitu dia menuruni anak tangga, pandangan Ha Joon terus tertuju padanya. Pria itu seakan tersihir dengan penampilan anggun Nara malam ini.

"Ayo kita pergi!" ajak Nara membuat Ha Joon seketika tersadar dari lamunannya.

Melihat pundak Nara yang terekspos, dia pun melepas jas hitamnya dan memakaikannya ke pundak gadis itu.

"Di luar dingin!"

Nara hanya mengangguk, sementara Ha Joon menggandeng tangan Nara dan membawanya ke mobil. Mama Nara melihat itu hanya tersenyum.

Diperjalanan, entah mengapa perasaan Nara menjadi campur aduk. Mereka akhirnya tiba di sekolah dan acaranya diadakan di aula. Terlihat banyak sekali mobil yang terparkir di garasi sekolah.

Sekolah yang mereka tempati ternyata sekolah bergengsi. Jadi kebanyakan yang bersekolah adalah siswa-siswa kaya.

Lagi, Ha Joon menggandeng tangan Nara dan membawa pergi ke aula. Setibanya di sana, keduanya menjadi pusat perhatian. Seseorang spontan berlari ke arah Nara.

"Naraa, wah kau cantik sekali. Aku bilang apa, kau pasti akan menarik perhatian banyak orang!"

Itu adalah Ji Hye. Dia lantas menatap Ha Joon di sebelah Nara dan menyapanya sebentar lalu mulai menarik tangan Nara.

"Kau harus memberikan ucapan selamat pada In Su sebelum Arin lebih dulu!"

Mendengar itu tentu membuat Nara kebingungan. Kenapa dia harus mendahului Arin? Sedangkan Nara sama sekali tidak tertarik dengan pria itu. Mereka tiba di hadapan In Su, pria itu menatap Nara terkejut. Bagaimana bisa dia menjadi cantik dua kali lipat setelah menggunakan dress.

"Se-selamat ulang tahun In Su. Kadonya nanti supirnya Ha Joon yang membawanya masuk!"

Mendengar nama Ha Joon, senyum In Su perlahan memudar. Nara memperhatikan dan menjadi bingung sekarang.

"Terima kasih. Silahkan dinikmati kuenya!"

Nara pun segera memisahkan diri dan mencari keberadaan Ha Joon. Sudah mencari ke mana-mana, tetapi pria itu sama sekali tidak terlihat.

"Kalau tidak salah pembunuhan itu terjadi ketika Ha Joon tidak menampakan dirinya di acara ini jadi dia menjadi tersangkanya. Aku harus mencari Ha Joon!"

Nara terus mencari-cari pria itu hingga akhirnya melihat Ha Joon yang sedang duduk di bawah pohon. Pria itu menatap langit yang dipenuhi dengan bintang-bintang.

Dia memperhatikan Ha Joon dan langsung menghampirinya.

"Kenapa duduk di sini?" tanya Nara membuat Ha Joon spontan menengok ke arahnya.

Nara memperhatikan langit, dia benar-benar menyukai pemandangan seperti ini.

"Apa kau sebegitunya suka dengan langit?" tanya Nara sembari menatap Ha Joon.

Kini pandangan keduanya saling bertemu, Ha Joon menatap Nara dengan intens membuat jantung gadis itu berdetak dua kali lebih cepat.

"Iya, aku suka!" sahut Ha Joon yang kemudian memutuskan kontak mata itu.

"Kau tidak berniat mengucapkan selamat pada In Su?" tanya Nara lagi, sedetik kemudian dia baru sadar bahwa In Su dan Ha Joon tak pernah akur.

"Tidak perlu. Acaranya akan tetap berjalan meskipun aku tidak mengucapkannya."

Saat keduanya tengah asik berbicara, Nara kemudian mendengar seperti ada suara langkah kaki. Dia langsung menengok ke belakang dan melihat seseorang menggunakan jaket berjalan gudang. Kali ini Nara yakin bahwa dia adalah pelaku pembunuhan yang pada akhirnya membuat Ha Joon masuk ke penjara.

Nara lantas mengambil ponselnya dan meminta Ha Joon untuk berpose.

"Ha Joon, berposelah. Aku akan mengambil gambar!"

Awalnya Ha Joon enggan melakukannya karena memang dia tidak suka berfoto, tetapi Nara terus memaksanya hingga akhirnya gambar telah diambil.

Nara pun berdiri dan menatap Ha Joon.

"Ha Joon, kau percaya padaku tidak?" tanya Nara membuat pria di depannya itu kebingungan.

"Katakan, kau percaya atau tidak?"

Ha Joon kemudian mengangguk membuat Nara tersenyum.

"Kalau begitu kau segera kembali ke aula, aku harus ke toilet!"

Ha Joon pun langsung berdiri.

"Aku akan menemanimu!"

Nara tertawa kecil mendengarnya.

"Jangan, nanti kita disangka sedang melakukan hal yang macam-macam. Sudah sana!"

Nara mendorong Ha Joon untuk masuk ke aula, sementara dirinya perlahan mulai berjalan ke arah gudang. Tentu saja Ha Joon tidak langsung menyetujui ucapan Nara. Dia lantas mulai mengikuti gadis itu dan melihatnya berjalan ke arah gudang.

"Apa yang Nara lakukan di sana?"

Nara sendiri sudah berada di depan pintu gudang. Beruntung sekali cahaya lampu di sana sangat terang jadi Nara tak perlu sampai harus tersandung.

Dia mulai membuka pintu gudang perlahan dan memperhatikan orang tadi. Nampak ada seorang gadis yang terikat dengan pakaian sekolah yang masih melekat di badannya.

Demi menghentikan pembunuhan ini terjadi agar alur komiknya dapat terubah, Nara langsung masuk dan melempari orang itu menggunakan sebuah kayu.

"Hei, apa yang sudah kau lakukan? Menculik seorang siswi, huh?" tanya Nara membuat orang itu terkejut bukan main.

"Sial!" umpat pria itu.

Nara pun berjalan tanpa tahu akibat apa yang akan ditanggungnya nanti. Begitu melewati orang itu, Nara merasakan adanya sesuatu yang menusuk perutnya.

Gadis yang terikat itu berteriak dengan histeris kala melihat perut Nara ditusuk menggunakan pisau. Ha Joon yang melihat itu segera berlari dan menghajar orang tersebut.

Bahkan wajah Ha Joon menunjukan kemarahan hingga orang itu tak sadarkan diri. Dia lantas berlari ke arah Nara yang perlahan kehilangan keseimbangan.

"Nara, bertahanlah. Aku akan membawamu ke rumah sakit jadi kau harus bertahan!"

Nara menatap wajah Ha Joon yang terlihat begitu khawatir.

"Le-lepaskan dulu perempuan itu!"

Ha Joon yang awalnya tidak peduli pun akhirnya menuruti ucapan Nara. Gadis itu membungkuk dan sangat amat berterima kasih pada Ha Joon dan Nara karena telah membebaskannya. Ternyata dia sudah dua hari terikat di sana dan tidak ada seorang pun yang menyelamatkan dirinya, dia juga tidak tahu siapa yang telah menyekapnya.

Ha Joon tak peduli lagi, dia harus membawa Nara ke rumah sakit sekarang.

.

.

.

Seorang gadis dengan infus yang berada di tangannya terbangun. Matanya menatap ruangan bernuansa putih itu dan langsung teringat apa yang terjadi. Begitu melihat ke samping, dia tak menemukan siapapun. Nara menjadi khawatir dan takut jika pembunuhan itu masih tetap terjadi, maka kemungkinan besarnya dia tidak bisa mengubah ending dari komik figuran itu.

Nara melihat perutnya sudah mendapatkan perawatan jadi dia bergegas keluar dengan melepaskan infusnya dan mencari-cari keberadaan Ha Joon. Bayangkan potongan komik yang dia baca di bagian Ha Joon ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan membuatnya semakin khawatir.

Dia terus berjalan menggunakan pakaian pasien hingga akhirnya Nara berhenti ketika melihat punggung pria yang dia kenal. Entah kenapa rasanya lega sekali bahkan air matanya spontan keluar.

Nara berjalan dan langsung memeluk pria itu begitu dia berbalik. Ada isakan kecil di sana.

"Nara? Kenapa kau menangis? Apa perutmu sakit?"

Dalam pelukannya, Nara menggeleng dan langsung mendongak tanpa mau melepaskan pelukannya.

"Aku hanya senang!"

Jawaban Nara tentu membuat Ha Joon kebingungan.

"Ayo kembali. Kau masih harus dirawat sampai lukamu benar-benar tertutup!"

Nara melepas pelukannya dan mengangguk, dia juga terlihat tersenyum. Saat memeluk Ha Joon tadi, dia bisa merasakan bahwa detak jantung pria itu berdetak lebih cepat.

Sorenya Ji Hye, In Su dan seorang pria mendatangi Nara. Mereka membawakan gadis itu dengan buah-buahan.

"Naraa!" panggil Ji Hye.

Gadis itu segera memeluk Nara yang tengah duduk sembari berbicara dengan Ha Joon.

"Oh, Ji Hye. Wah, kalian datang?"

Nara memperhatikan pria di sebelah In Su.

"*Jangan bilang dia pacarnya Ji Hye*?" tanya Nara membatin.

"Bagaimana bisa orang sinting itu melukaimu. Beruntung ada Ha Joon yang langsung membawamu ke rumah sakit."

Nara tersenyum melihat betapa khawatirnya Ji Hye.

"Maafkan aku."

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!