04| Kasus bunuh diri

Kini Nara sudah diperbolehkan pulang. Ha Joon selalu menemani gadis itu setiap kali pulang sekolah. Nara sendiri telah sehat kembali walaupun kadang masih merasakn ngilu pada perutnya.

     "Nara, mama sudah minta tolong ke Ha Joon untuk jagain kamu. Mama cuma tidak mau kamu kenapa-napa. Beruntung waktu kejadian itu ada dia, papa kamu bahkan sampai pulang ke sini dan ninggalin semua pekerjaannya di luar negeri demi bisa lihat kamu."

Nara menunduk. Dia tahu tindakan sebelumnya membahayakan dirinya, tetapi dia juga lega karena akhirnya ada sebagian alur yang terubah.

     "Maaf, ma. Lagipula pelakunya sudah tertangkap, Nara senang hehe."

Keesokan harinya, Nara berangkat ke sekolah seperti biasa. Begitu dia akan memasuki kelas, tiba-tiba sesuatu menghantam kepalanya. Terdengar suara tawa yang tak asing di telinganya membuat Nara langsung menengok. Dia melihat tiga orang yang suka membuli kembali berulah.

     "Ah, maaf. Aku pikir tadi tidak ada orang jadi asal melempar saja!" ucap salah satu dari mereka sembari tertawa.

Nara menghembuskan napasnya kesal, dia mengambil bola yang dijadikan sebagai alat untuk melempari kepalanya.

Tanpa aba-aba, Nara langsung membalas dengan melempari mereka bola hingga membuat ketiga berteriak dan tersungkur ke belakang akibat lemparan Nara yang terlalu kuat bagi mereka.

     "Maaf, aku pikir kalian lalat jadi harus aku lempari dengan bola agar pergi."

Nara tersenyum mengejek, lantas mulai memasuki kelas.

     "Kalian pikir aku akan diam saja seperti kalian membuli si tokoh utama, huh?"

Pelajaran pertama adalah mengenai bahasa Inggris. Ketika Nara sedang sibuk menulis, tiba-tiba terdengar suara jeritan dari luar jendela. Kini perhatian semuanya tertuju ke luar. Mereka berbondong-bondong melihat ke jendela.

      "Astaga, ada yang bunuh diri!"

      "Lagi?"

Nara dengan segala rasa penasarannya pun ikut melihat. Dia terkejut melihat mayat seorang gadis yang sudah bersimbah darah.

      "Apa yang terjadi?" batin Nara kebingungan.

Ketika dia mendongak untuk melihat ke arah rooftop, Nara tak sengaja berkontak mata dengan seorang pria yang juga menatapnya. Mendengar guru menyuruh mereka untuk kembali, Nara bergegas memutuskan kontak mata itu dan kembali ke tempatnya.

Saat ini dia dan Ji Hye tengah menikmati makan siang di kantin. Ketika sedang asik menyantap makanannya sendiri, mata Nara tak sengaja menatap pria yang tadi pagi sempat melakukan kontak mata dengannya.

"Nara, apa kau tahu siapa yang bunuh diri tadi pagi? Aku sangat penasaran mengapa dia sampai melakukan hal itu!"

Ketika mendengar pertanyaan Ji Hye membuat Nara ikutan berpikir.

"Mungkin karena memiliki depresi? Aku juga tidak tahu. Lagipula aku tidak dekat dengannya!" ucap Nara seperti acuh padahal dia sendiri sangat penasaran.

"Wah, sudah lebih dari tiga kali kasus bunuh diri terjadi di sekolah kita. Apa mungkin para siswa di kelas lain terus ditekan oleh guru atau orang tua mereka yang menuntut anak-anaknya untuk belajar dengan keras?" tanya Ji Hye membuat Nara mulai berpikir keras.

Seseorang tiba-tiba duduk di sebelah Nara membuat gadis itu lantas menghentikan aktivitas menyantapnya.

"Jadi kau adalah anak dari rekan kerja papaku. Kalau tidak salah namanya Park Ji Hyun!"

Nara memutar bola matanya malas dan sedikit bergeser agar jarak keduanya jauh.

"Memangnya kau ada masalah dengan itu?" tanya Nara dengan nada malas menanggapi.

"Aku tidak tahu kalau ada yang dekat dengan Ha Joon selain diriku. Biar kuberitahu, Ha Joon sudah dijodohkan oleh orang tuanya denganku jadi sedekat apapun kalian, tetap akulah pemenangnya!"

Lagi, Nara memutar bola matanya malas.

"*Dasar. Padahal dia yang membuat Ha Joon menjadi korban pembunuhannya. Mimpi saja kau mau menikahi dia*!"

"Terserah apa yang kau katakan, hanya saja aku tidak tertarik dengan omong kosongmu. Ji Hye, kalau kau sudah selesai makan, ayo kita pergi. Berada di sini hanya akan membuang waktu kita!"

Ketika Nara hendak beranjak, Arin lebih dulu menarik rambut gadis itu hingga dia berteriak dengan sangat keras membuat seisi kantin menatap mereka.

"Apa yang kau katakan barusan, ha?"

Seseorang tiba-tiba datang dan menarik tangan Arin untuk menjauhi Nara.

"I-In Su?"

Nara berbalik dan menatap kesal pada Arin. Kalau saja Maya dan Raya tahu sifat asli tokoh utama dari komik kesukaan mereka, pasti akan sama jengkelnya dengan Nara.

"Kenapa kau tarik rambut Nara? Masalah tidak dapat diselesaikan dengan cara kekerasan!"

"Bukan aku yang mulai, tapi dia duluan. Katanya dia mau merebut kau dariku!"

Mendengar itu membuat Ji Hye menjadi geram.

"Perempuan sinting. Jelas-jelas kau yang mengusik Nara lebih dulu, lalu bilang kalau kau sudah dijodohkan dengan Ha Joon. Apa kau tidak pernah mengaca? Lihat dirimu yang bermimpi ingin memiliki In Su dan Ha Joon sekaligus!" ketus Ji Hye dan mendapatkan anggukan setuju dari para siswa.

Mendengar itu membuat Arin menjadi kesal, sementara In Su semakin tidak suka dengan kelakuan Arin. Gadis itu makin hari semakin menjadi saja. Padahal dulu dia adalah gadis yang manis, bahkan Ha Joon sering memanjakan dirinya, tetapi sekarang?

"Jangan ganggu Nara lagi. Apa kau tidak puas mengganggu orang-orang yang dekat denganku?"

In Su menatap tajam Arin. Dia kemudian memegang tangan Nara dan menariknya untuk keluar dari kantin. Kejadian itu jelas terlihat oleh seorang pria yang sejak tadi menikmati drama.

Dia tersenyum saat Nara menepis kasar tangan In Su dan berjalan lebih dulu meninggalkan pria itu.

Di sisi lain Ha Joon baru saja selesai melakukan tugasnya. Ketika melewati kelas Nara, pria tampan itu berhenti. Ha Joon mencoba mencari-cari keberadaan perempuan itu, tetapi tak menemukannya sama sekali.

"Apa mungkin di kantin?" tebaknya.

Ha Joon kemudian berjalan menuju kantin, ketika berbelok dia justru tak sengaja menabrak Nara hingga gadis itu hampir terjatuh ke belakang jika Ha Joon tak segera menangkapnya.

Mereka melakukan kontak mata, kemudian tersadar ketika mendengar In Su memanggil nama Nara.

"Eum, terima kasih!" ucap Nara penuh kecanggungan.

Datanglah In Su. Melihat adanya Ha Joon, membuat ekspresi pria itu menjadi datar.

"Nara, bisakah kita berbicara berdua?" tanya In Su, tetapi Nara terlihat tidak nyaman berada di sisi pria itu.

Sekalipun di cerita In Su adalah sosok yang hangat, tetapi tidak menutup kemungkinan sifatnya akan bertolak belakang.

"Bicara di sini saja!" balas Nara dengan tetap berdiri di sisi Ha Joon.

"Hanya empat mata, oke?"

Nara pun akhirnya mengiyakan ajakan In Su. Di sinilah mereka sekarang, berada di taman sekolah.

"Apa yang mau kau bicarakan?" tanya Nara dengan menatap In Su penasaran.

"Se-sebenarnya aku hmm ... Berniat mengajakmu untuk keluar nanti malam. Apa kau ada waktu?" tanya In Su.

Pria itu nampak menantikan jawaban dari Nara, sayangnya gadis tersebut sama sekali tidak tertarik oleh ajakan itu.

"Maaf, tetapi aku sudah ada janji. Mungkin lain kali kita bisa pergi!"

In Su hanya mengangguk. Walaupun begitu, pria itu sama sekali tidak menunjukan rasa menyerahnya. Dia justru semakin bersemangat ingin mendekati Nara.

Saat kelas semua telah selesai, Nara memilih untuk tidak pulang lebih awal. Dia masih ingin mencaritahu mengenai kematian siswi tadi, juga siapa pria yang sempat melakukan kontak mata dengannya.

Di ending komik figuran tidak diberitahukan siapa sebenarnya pelaku pembunuhan yang bahkan membuat Ha Joon menjadi korban selanjutnya.

Gadis itu menatap koridor, lantas mulai pergi ke rooftop. Anehnya, ketika dia ke atas, pintu rooftop terantai. Itu berarti tidak ada siapapun yang bisa masuk kecuali satpam yang memegang kuncinya.

"Aneh. Padahal pintu rooftopnya terkunci pakai rantai begini, terus bagaimana bisa orang itu ada di atas sini. Tidak mungkin jika dia memanjat dari jendela, kan?"

Ketika Nara sedang sibuk berpikir, dia seperti mendengar suara langkah kaki. Begitu berbalik yang ditemukannya adalah Ha Joon.

"Nara, apa yang kau lakukan di situ?" tanya pria itu yang kemudian mendekati Nara.

"Oh, ini ... A-aku hanya mengecek pintu rooftop saja, ternyata terkunci!"

"Apa kau ingin caritahu tentang kematian perempuan tadi? Pasti kau curiga, kan. Dia jatuh dari rooftop, tetapi pintunya masih terkunci. Lantas dari mana dia terjatuh?" tanya Ha Joon membuat Nara mengiyakan ucapan pria itu.

Ketika sedang asik berbicara, tiba-tiba satpam memergoki keduanya.

"Sedang apa kalian di situ?"

Nara dan Ha Joon terkejut, keduanya pun segera turun dan menjelaskan.

"Bapak tahu sendiri kalau dia ini siswi baru jadi masih belum terlalu hafal tempat-tempat di sekolah kita, makannya itu dia bisa jalan sampai ke sini!" jelas Ha Joon berbohong. Padahal Nara sudah bersekolah di sama hampir sebulan lamanya.

"Ya sudah, kalian pulang sana. Tidak bagus berduaan saja!"

"Siap pak!" jawab keduanya serempak.

Nara lantas menarik tangan Ha Joon dan segera lari. Setibanya di luar, Ha Joon menghentikan langkahnya hingga gadis di depannya juga ikut berhenti.

"Kenapa berhenti?" tanya Nara penasaran.

"Aku mau mengajakmu ke suatu tempat, ayo!"

Keduanya menghabiskan waktu dengan jalan-jalan disekitar taman yang memiliki banyak bunga tulip.

"Wah, bunga tulipnya indah!" ucap Nara dengan memandangi bunga-bunga itu.

Menurutnya melihat pemandangan seperti ini benar-benar membuat pikirannya menjadi tidak stress.

"Lebih bagus mana, kamelia atau tulip?"

Mendengar pertanyaan Ha Joon, membuat Nara menghentikan aktivitas menikmati pemandangan di depannya.

"Menurutmu juga mana yang indah?" tanya Nara membalik.

Ha Joon tersenyum dan mendekati gadis itu.

"Kamelia, apalagi kamelia merah muda. Apa kau sudah pernah lihat langsung bunganya?" tanya Ha Joon membuat Nara menunjukan kalungnya.

"Mirip seperti ini, kan?"

Ha Joon kembali tersenyum dan mengacak rambut Nara.

"Besok akan aku tunjukan bunganya."

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!