"Ah, iya ada apa?"
Gunawan semakin mendekat ke arahku, terlihat kedua matanya begitu fokus menatapku.
"Kenapa ya, setiap kali melihat kamu. Saya merasa tak asing dengan wajahmu," ucapan Gunawan membuat jantungku berdetak, membuat rasa gelisah menyelimuti hati.
Berusaha tetap tenang mengatur napas, aku tak ingin jika rencanaku ini gagal karena lelaki berkacamata ini.
Berpura pura tertawa, " Bapak ini, tak asing bagaimana, memangnya ada yang menyamai wajah saya ini?"
"Ahk, bukan begitu, aku merasa kita sudah kenal lama. "
Gunawan benar benar memancingku saat ini, ia ingin aku berkata jujur.
"Sinta."
Panggilan Angga membuat aku langsung menghampirinya, " Iya ada apa, pak!"
"Tolong kamu urus berkas bekas yang ada di meja saya, dan beritahu kapan jadwal meeting dengan Pak Arifin dimulai." Tegas Angga, membuat aku menundukkan wajah dan menjawab, " Baik pak. "
Angga kini pergi dari hadapanku dimana ia berkata, " Saya pergi mencari sarapan dulu, jangan lupa perkataan saya yang tadi. "
"Baik, pak."
Aku mulai masuk ke dalam ruangan Angga, dimana Shireen duduk di kursi bekas almarhum ayah, wanita itu tengah membenarkan kancing bajunya.
Sepertinya ia menikmati pergulatannya dengan Angga.
Aku perlahan membereskan kertas yang berserakan, hingga di atas lantai. Dimana ada lendir yang membuat aku jijik.
"Sialan, jorok sekali mereka, " gumamku dalam hati.
"Heh."
Aku tak mendengarkan ucapannya, fokus mengambil kertas kertas yang masih berserakan.
"Heh, lu denger nggak?"
Selama wanita bernama Shireen itu berbicara kasar, aku tak ingin menjawabnya sama sekali.
"Cantik cantik. Ternyata lu budek juga ya," ucap Shireen, membuat aku hanya diam.Tak mengeluarkan suara sedikitpun.
Wanita itu kini berdiri di sampingku, " Siapa nama lu?"
Karena dia bertanya, aku langsung menjawab," Namaku Sinta. "
Shireen malah mengibaskan rambut panjangku ini, dia menatap tajam dan berkata, " Kamu jangan berani mendekati suamiku ya. "
Tangan yang memegang kertas berisi lendir, membuat aku spontan menempelkan pada wajahnya.
"Iw, apa ini. "
Shireen masih saja bertanya dengan lendir bekas pergulatannya, membuat aku sok polos.
"Ya ampun, bu. Maafkan saya, saya kira tidak ada lendirnya. "
"Ahk, kurang ajar kamu, bisa bisanya menempelkan pada wajahku. "
Shireen berlari, membuat aku hanya tertawa dan bergumam dalam, " Rasain emang enak."
Aku belum puas mengerjai wanita itu, melirik ke arah tas yang ia miliki, aku mulai mencari sebuah berkas penting.
Dimana berkas itu akan membuat Shireen dan Angga bertengkar.
Perlahan mencari pada laci dan aku temui juga, tak ingin tersalahkan. Aku menutupi semua cctv.
Aku tak sabar, melihat keduanya bertarung hebat, karena masalah berkas ini, pastinya akan seru.
Ceklek ….
Pintu kamar mandi terbuka, aku berusaha memposisikan diri seperti tadi. Membersihkan berkas dan kembali fokus bekerja.
Shireen mendekat dan berkata, " awas ya. Lu udah ngotorin muka gue."
Menyunggingkan bibir, di saat wanita itu pergi dari hadapanku.
Hal yang mampu membuat aku mual dan jijik kini, nampak terlihat dibawah kursi.
"Hey, itukan dal*man milik si Shireen, wah kesempatan yang bagus. "
Aku mulai memakai sapu tangan plastik, untuk memungut benda menjijikan itu.
"Walaupun mereka sudah menjadi suami istri, tetap saja tak pantas jika menyalurkan napsu di dalam ruangan ini."
Aku terus menggerutu kesal diriku sendiri.
Perlahan air mata jatuh, dulu aku tak bisa mempertahankan perusahaan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments