Aku berjalan menuju kamar mandi dengan tergesa-gesa, masuk menatap ke arah cermin. Kulihat tidak ada satu orang_pun ada di sana.
Memegang perut, bergumam dalam hati," Andai saja, Angga tidak menusuk perutku saat itu. Mungkin aku tidak akan kehilangan bayiku. Menangis, membuat make-up yang tadinya menempel sempurna kini berantakan.
"Hah, kenapa bisa seperti ini, jangan menangis Kaira, kamu harus kuat demi mengambil hak kamu lagi dan membalaskan semua dendam pada Angga. "
Aku berusaha menguatkan diri menggerutu kesal dalam hati.
Menarik napas mengeluarkan secara perlahan, aku selalu mengingat perintah yang dilakukan oleh Gina jika aku mendapatkan masalah ataupun rasa kesal. Perlahan demi perlahan sudah aku lakukan berulang kali, sampai hati ini merasa tenang. Aku mulai mengusap air mata yang sudah membasahi pipi.
Keluar dengan memperlihatkan raut wajah tanpa beban sedikitpun, "Sinta."
Panggilan dari seseorang mengagetkanku, membalikan badan menatap ke arah orang itu.
"Gunawan."
Aku memukul pelan mulutku yang tidak menggunakan kata-kata sopan saat memanggil Gunawan.
Menundukkan wajah berharap jika lelaki itu tidak mendengarkan ucapanku, " Sinta, apa si Angga itu melakukan hal tak pantas pada kamu?"
Pertanyaan Gunawan membuat aku mengangkat kepalaku, berpura-pura menjadi wanita yang sok polos, " hal yang tak pantas bagaimana ya, pak?"
Gunawan tiba-tiba membungkukkan badan, menatap ke arah wajahku, membuat wajahnya kini berjajar denganku.
"Kamu ini polos, apa pura pura polos."
Ucapan Gunawan membuat jantungku berdetak, membuat bibir ini keluh.
"Apa maksud si bujang lapuk ini?" Gumamku dalam hati.
Aku berusaha menjadi sosok wanita yang benar-benar polos di hadapan semua orang, agar rencanaku berjalan dengan sempurna.
kedua pipi memerah, aku berpura pura malu, menundukkan wajah, " maaf pak, saya pergi bekerja dulu. "
Membuka pintu ruangan Angga, aku melihat keduanya tengah bercumbu, membuat aku kesal, " Bisa bisanya mereka berbuat hal yang tak pantas di kantor almarhum ayah. "
Sebelum membuka pintu sepenuhnya, aku mulai merogoh saku celana, mengambil ponsel untuk segera merekam atraksi mereka berdua.
"Seru sekali ternyata. "
Selesai merekam atraksi mereka, aku perlahan menutup pintu ruangan, " Sedang apa?"
Aku membalikkan ke arah belakang, terkejut dengan ucapan Gunawan yang selalu tiba tiba saja muncul dimanapun aku berada.
"Ah, tidak ada. Saya pergi dulu. "
Melewati Gunawan, untuk pergi ke kantin.
Namun, tangan lelaki itu malah menahan tanganku.
"Kenapa buru buru."
Aku tak mengerti dengan Gunawan, dia selalu mengekori aku dan tahu dimana aku berada, mencoba tetap tenang dan menampilkan sebuah senyuman.
"Saya lapar, Pak. "
"Wah kebetulan sekali, gimana kalau aku ikut dengan kamu, biar kita jalan berdua. Gimana?"
Kesal bukan main, Gunawan benar benar membuat darahku naik.
Karena tak enak dengan keinginannya, aku terpaksa mengajaknya.
"Ya sudah, ayo pak."
Kami mulai memilih kursi untuk kami duduk, sampai dimana Gunawan menarik lenganku, " Kita duduk di sana. "
Gunawan menunjuk tempat dimana, meja itu begitu berada di ujung. Sampai aku menghempaskan tangannya.
"Ayo duduk. "
Memajukan kedua bibir, aku duduk bertatapan mata dengannya, ia seperti menyelidiki ku dengan begitu detail.
"Kenapa, menatap saya seperti itu? Apa ada yang aneh. "
Gunawan menyenderkan dagunya pada tangan, " aku melihat kamu seperti tak asing."
Deg ....
Jangan jangan Gunawan mencurigaiku, tapi bagaimana? Itu semua tak mungkin, karena aku sudah mempermak semua wajah dan badanku.
"Sinta."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Anjani Fauziyah
seru thor mksh d kasih bacaan gratis..
2023-08-23
0