Bab 2. Mengambil Hak Yang Seharusnya

Sayangnya kalaupun Lara pergi dari dunia ini, semua yang terjadi takkan pernah berhenti walau dirinya tak lagi bersama Dodi. Haruskah dia membunuh pria yang selama ini sudah mengeruk habis keuangannya demi wanita lain? Atau mungkin dia harus melepas dendam terlebih dahulu dengan elegan agar rasa sakit di hati sedikit terobati tapi bagaimana caranya?

Sh*it!

Bersyukur ternyata Lara bukan perempuan lemah yang akan mengemis cinta pada laki-laki brengsekk seperti Dodi. Wanita itu merasa tidak pantas lagi untuk laki-laki yang telah menghabiskan isi dompetnya selama ini dengan dalih belum mendapat pekerjaan setelah di-PHK dari salah satu perusahaan ternama yang dulu pernah mempekerjakannya.

Sesaat tubuh Lara tetap luruh merosot ke tanah, kala mengetahui orang yang selama ini begitu disayang dan dicintai, ternyata hanya laki-laki kurang ajar yang memanfaatkan kebaikannya.

‘Ya Allah … kuatkan hamba yang sudah sangat lama melupakan Engkau,’ gumamnya sesaat teringat akan adanya Tuhan yang sudah sangat lama terlupakan.

Hatinya begitu terasa hancur ketika mendengar suara manja seorang perempuan yang ternyata selama ini adalah pacar dari kekasihnya. Sementara gurauan canda berbumbu tawa, terdengar begitu jelas di telinga. Pasangan itu benar-benar berbahagia diatas penderitaan yang menimpa hidupnya.

‘Aku ini memang seorang gadis yang bodo tak berguna, ternyata aku selama ini hanya dimanfaatkan untuk mendapatkan uang demi memanjakan pacarnya! Dasar pria kurang ajar, aku pasti akan membalasmu!’ Kedua tangan Lara terkepal kuat menahan sesak di dalam dadanya, akibat dikhianati oleh kekasih yang sangat dicintai.

Miris, inilah gambaran kehidupan cinta seorang Lara. Mencintai berujung dikhianati memang sangat menyayat hati. Ingin melabrak tapi dirinya masih punya harga diri dan tak ingin semakin merasa dipermalukan. Biarlah dirinya menjauh dan pergi karena selalu ada hari untuk membalaskan rasa sakit hati.

‘Rara, maafkan aku karena selama ini tak mau mendengar nasehat darimu …!’ lirihnya kala teringat akan nasehat sang sahabat yang tak pernah ia didengarkan.

Lara sudah sangat sering diberikan nasihat oleh teman baiknya, bahkan gadis itu pernah memarahi Rara hingga tak menegurnya beberapa hari hanya karena temannya itu menceritakan tentang sifat asli seorang Dodi. Penyesalan memang selalu datang ketika fakta telah terpapar di depan mata dan didengar oleh telinga.

Betapa berdosanya dia karena telah salah menyangka tentang kebaikan hati dari sahabat sejatinya. Ternyata sekarang semuanya malah diperlihatkan begitu nyata dan didengarkan telinga, hingga dirinya bisa mengetahui tentang apa saja yang diucapkan sama Dodi pada kekasih gelapnya.

Apa jangan-jangan selama ini dialah yang jadi selingkuhan dari Dodi karena mendengar kenyataan yang ada, bahwa wanita itu tau tentang kehadirannya yang hanya dimanfaatkan selama ini. Pikiran Lara tak salah lagi!

‘Aku nggak sanggup lagi di sini lebih lama,’ batinnya lirih begitu sedih dengan air mata dan suara tertahan.

Dengan sisa tenaga, akhirnya gadis itu kembali merasa sedih yang tak terperi begitu terasa lengket di hati. Memasuki mobil dengan kepala yang mulai terasa berdenyut berat, rasa benci dikhianati bercampur dengan dendam yang sedang membara, membuatnya emosi dan memacu kuda besi begitu ganas di jalanan kota.

“Dasar pria kurang ajar! Aku pasti akan membalas perbuatan jahatmu nanti, kau benar-benar begitu tega menghianati cintaku yang tulus … apa salahku padamu, Dodi, apa …? Aku bahkan rela menyisihkan setiap gajiku agar kamu selalu merasa bahagia berada di sisiku, tapi balasanmu malah mengkhianati cinta suci yang kuberikan dengan tulus hati!” raung Lara penuh sesal di balik kemudi.

Hati gadis mana yang tak akan jadi hancur kala mendengar suara manja seorang wanita dengan lelaki pujaan yang selama ini dikira saling mencinta tapi kenyataan seolah telah menampar wajahnya.

“Dasar brengsekk! Kau pasti akan mendapatkan karmanya karena telah mengkhianatiku!” monolognya untuk ke sekian kali.

Wanita itu terus saja bicara sendiri sembari sekali-kali menghapus air mata yang telah membentuk seperti anak sungai kecil nan turun menetes sampai ke dagunya. Beberapa kali gadis itu terlihat memukul-mukul setir kendali mobil.

“Ternyata aku benar-benar dungu seperti apa yang pernah dikatakan Rara. Aku hanya dimanfaatkan saja sama Dodi sialann itu, oh Tuhan …  apa yang harus kulakukan sekarang untuk membalas semua perbuatan Dodi padaku? Haruskah aku melakukan hal yang sama?” Lara bertanya pada benda berbentuk lingkaran berwarna hitam yang dijadikannya sebagai pegangan tangan dengan deraian air mata.

Sudah jatuh ke tanah ditimpa tangga pula, itu lah pepatah yang cocok untuk dirinya saat ini. Bukan saja hatinya yang patah tapi hampir seluruh tabungannya tersimpan indah di saku Dodi. Marah, benci dan dendam sepertinya sedang berkumpul jadi satu di dalam jiwanya, bersiap meledak seperti bom yang akan menghancurkan segalanya.

“Ah gak mungkin aku membunuhnya karena dia akan mendapatkan kematian tanpa merasakan sakit yang sekarang aku alami. Aku harus balas dendam terlebih dahulu agar dia menyesal karena telah berkhianat padaku!” tekadnya dengan kembali menginjak pedal gas seperti supir yang kesetanan di jalan raya.

Gadis itu terus saja terbayang akan sosok pria yang selalu menunjukkan senyum manis di kala penat melanda jiwa. Sosok yang selalu bisa memberikannya rayuan gombal tetapi begitu membuatnya bahagia. Bahkan pria itu adalah penumpu yang selalu meminjamkan pundaknya kala diri merasakan sedih karena sering dianggap sebagai anak pembawa sial di dalam keluarganya.

Lara masih terbayang kedekatan mereka berdua belum lama ini yang saling berbagi kasih, “Kalau nanti aku diusir ayah dan ibu tiriku dari rumah, apa kamu akan menerimaku di kontrakan ini?” tanya Lara waktu dirinya dimarahi sang ibu tiri.

Mereka berdua terlihat sedang sangat mesra dengan kepala Lara bersandar di pundak sang pujaan hati, tanpa pernah mengetahui kalau Dodi sama sekali tidak pernah mencintainya dengan setulus hati. Memang terkadang kebanyakan orang yang sedang dimabuk asmara suka lupa dan juga buta terhadap logika.

“Tentu saja dong, Sayang … toh rumah itu juga kamu yang sering membayar bulanannya. Bahkan nama yang tertera di sertifikatnya nanti juga atas namamu kan? Berarti hakmu jauh lebih besar untuk tinggal di sini dibandingkan aku. Atau … gimana kalau kita tinggal bersama aja sebelum menikah? Aku selalu merindukanmu, Lara, dan aku ingin selalu berada di dekatmu,” sahut Dodi kala itu begitu manis.

Hati perempuan mana yang tidak akan meleleh mendengar ucapan memabukkan seperti yang dikatakan Dodi?

“Aku akan selalu menjadi tempat bersandarmu kapan pun kau butuh karena aku tercipta hanya untuk mengabdikan cintaku padamu,” lanjutnya yang mampu membuat jiwa Lara melayang ke angkasa tinggi.

Aaagh!!

Gadis itu memekik di dalam mobil dengan frustasi.

Gadis itu tersadar sesaat lalu menepikan mobilnya untuk berhenti dan mengingat akan satu hal bahwa dirinya harus bisa bermain pintar. Cepat Lara mengambil ponsel dan menghubungi bagian administrasi properti rumah yang sejatinya dia beli untuk masa depan bersama Dodi.

[Halo property Azura ada yang bisa kami bantu, Mbak Lara?] suara seorang perempuan yang begitu merdu menyapanya.

Nomor kontak Lara masih disimpan sama mereka hingga Gadis itu akan dengan mudah kembali mengambil apa yang seharusnya menjadi hak dirinya.

“Halo assalamu’alaikum Mbak Ruri, aku hanya ingin mengklarifikasi jika rumah itu akan kulunasi sekarang juga dan tolong simpan sertifikatnya dengan baik atas namaku seorang bukan atas nama berdua!” Rara ingin menegaskan jika dirinya bukan gadis yang terlalu bodo untuk ditindas hingga akan selalu dimanfaatkan Dodi selama-lamanya.

[Baiklah Mbak Lara, kami akan langsung mengisi data-data pemilik rumah type 36 yang sudah anda bayar selama 18 bulan dan selanjutnya anda hanya perlu membayar pokoknya saja sebab hari ini dilunaskan]

“Terima kasih Mbak Ruri, jadi berapa lagi harus saya transfer sekarang agar langsung lunas sore ini juga?” tanya Lara karena dirinya sudah tak sabar untuk mengusir Dodi dari rumah yang sudah dibelinya.

Setelah pegawai itu menyebutkan nominal angka yang masih harus ditransfernya, Lara dengan cepat melunasi rumah yang sekarang sudah atas nama pribadinya sendiri bukan lagi ada embel-embel nama Dodi di sana. Bahkan sebelum Lara mengakhiri obrolannya dengan pegawai bernama Ruri itu, dirinya meminta tolong pada pihak properti untuk mengusir Dodi dari rumahnya.

Setelah itu Lara kembali melajukan mobil bagai seseorang yang sedang dikejar polisi. Lara terus saja memacu kuda besinya dengan kecepatan tinggi, hingga tanpa ia sadari ada lawan yang juga sedang melaju kencang karena mengejar waktu keberangkatan sang adik yang tinggal beberapa saat lagi.

Brak!

Terpopuler

Comments

Nuhume

Nuhume

jatuh cinta emng se buta itu ra.🙈🙈🙈

2023-06-24

1

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

waduh nabrak siapa itu si lara

2023-05-11

0

🍾⃝Tᴀͩɴᷞᴊͧᴜᷡɴͣɢ🇵🇸💖

🍾⃝Tᴀͩɴᷞᴊͧᴜᷡɴͣɢ🇵🇸💖

Mulai deh ketemu si anu kwkwkwkwk

2023-05-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!