Bab 5

Teman-teman Andinia begitu sedih melihat nasibnya yang telah diperkosa oleh seorang pemuda asing. 

Andinia pun tak pernah menyangka jika dirinya akan menyerahkan mahkota berharga kepada laki-laki yang belum dia kenali.

"Andin, kamu yang sabar ya!" kata Moza seraya memeluk Andinia saat selesai acara ijab Kabul.

Semua teman-temannya menyesal tidak bisa melindungi Andinia malam itu. Tetapi nasi telah menjadi bubur, semua telah terjadi dan hanya Tuhan yang tahu semua tentang nasib Andinia.

Hati Andinia begitu sakit kala mendengar Farel menjelaskan tentang tujuan dia menikahinya.

"Aku tahu tipe laki-laki kota seperti kalian," ujar Andinia menatap sinis ke arah Farel.

"Maaf, sebenarnya aku bukan tipe laki-laki bajingan seperti yang kau kira. Hanya saja saat itu temanku menjahili dengan mencampur obat kedalam minuman milikku," ujar Farel memberikan penjelasan.

Andinia langsung memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Jangan pernah lagi mengingatkan aku tentang kejadian kemarin," kata Andinia seraya mendengus kesal.

Dalam hati Farel, dia  memuji kecantikan wajah Andinia.

Andinia gadis berusia tujuh belas tahun yang di paksa untuk melepaskan hasratnya semalam.

Malam yang tak pernah terpikirkan dibenak Farel untuk meniduri seorang gadis. Nafsu binatangnya yang telah merenggut kesucian Andinia. Entahlah dalam pikiran Farel, kenapa dirinya begitu terobsesi dengan tubuh Andinia tadi malam?

Farel pun keluar dari kamar untuk menemui teman-temannya.

"Rel, maafkan aku. Bukan maksudku untuk menjebakmu dengan gadis itu," kata Jordan menyesali perbuatannya.

"Kau tahu akibat perbuatanmu, aku harus menikahi gadis miskin seperti dia," kata Farel sambil mencengkeram kerah baju Jordan.

"Sudah," kata Anton yang menghentikan perseteruan antara Farel dan Jordan. "Semua sudah terlambat, kita gak perlu menyesal dengan apa yang sudah terjadi. Sebaiknya kau tunjukkan sikap lelakimu kepada gadis itu, jika dia hamil maka kau harus bertanggung jawab."

"Tidak, itu tidak mungkin. Aku harus menikahi Indah. Jika aku tidak menikah dengan Indah, maka perusahaan milik keluargaku akan hancur. Ingat, Indah adalah tujuanku untuk mendapatkan investasi secara cuma-cuma dari orang tuanya."

Diam-diam Andinia mendengarkan semua pembicaraan antara Farel dan kedua sahabatnya.

"Rel, jika dia hamil. Maka kau harus bertanggung jawab," kata Anton mengingatkan Farel.

"Tapi aku tidak mencintai dia," kekeh Farel menolak.

"Pernikahan ini sebuah kecelakaan, dan sudah suci dimata agama. Kau tahu jika lelaki itu harus bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Itu baru di sebut sebagai lelaki sejati," kata Anton yang menasihati Farel.

Farel terlihat sedang berpikir, apa alasan yang harus dia katakan untuk pergi dari Andinia saat ini? Sementara sebentar lagi Farel harus mempersiapkan acara pernikahan dengan Indah.

"Kami berjanji akan merahasiakan pernikahanmu dengan gadis itu," kata Jordan sembari menepuk pundak Farel.

"Dan gadis itu punya nama yaitu Andinia," sela Andinia sambil menunjukkan dirinya di hadapan ketiga pemuda kota.

"Andinia, apa kau mendengar semuanya?" kaget Anton saat melihat Andinia berdiri dihadapannya.

"Iya, aku mendengar semuanya." Andinia terlihat menegaskan wajahnya dengan penuh ketegaran.

"Andin, bukan maksud Farel ingin meninggalkanmu. Hanya saja dia sangat butuh investasi dari tunangannya, jika tidak perusahaan keluarganya akan hancur," kata Jordan mencoba menjelaskan kepada Andinia.

"Baiklah, kalian boleh pergi dari sini." Andinia terlihat tenang dengan ucapannya.

Padahal saat ini dirinya sangat hancur, karena kesuciannya telah terenggut.

"Apa alasan yang harus aku berikan pada ayahmu?" tanya Farel.

"Itu urusanmu," kata Andini

Andinia gadis berusia tujuh belas tahun yang begitu polos. Dia sungguh tidak menginginkan keberadaan Farel dan sangat membencinya.

Saat melihat wajah Farel, pasti akan terbayang kejadian malam yang merenggut kehormatannya.

Andinia pun segera masuk ke dalam rumah, lalu mengunci pintu kamar. Andinia tidak pernah berpikir jika nanti dirinya akan hamil. Saat ini yang ada dipikirannya adalah mengusir Farel dari hadapannya.

Farel menunggu kedatangan Asep yang sedang bekerja membersihkan vila.

Sore pun tiba, Asep telah sampai di rumah sambil membawa dua bungkus nasi di tangannya.

"Andin ..." Asep memanggil anak gadisnya. 

Asep lupa jika Andinia telah menikah, jadi dia hanya membeli dua bungkus nasi saja.

"Pak," sapa Farel yang langsung mencium punggung tangan Asep.

"Ah, iya. Bapak lupa kalau ada kamu di sini," kata pak Asep seraya menepuk keningnya.

"Enggak, apa-apa. Maaf, Pak! Saya mau ijin balik ke kota, karena harus memberitahu kepada keluarga tentang pernikahan dengan anak bapak," kata Farel mencoba mencari alasan untuk pergi dari rumah Asep.

"Kamu mau balik ke kota? Apa Andinia gak sekalian kamu ajak?" tanya Asep.

"Maaf, sebaiknya keluarga saya saja yang datang kesini," kata Farel menolak secara halus saran Asep

Selain pemilik katering, Farel pernah bekerja sebagai sales properti. Hingga setiap perkataannya selalu manis dan memikat banyak orang.

"Apa jaminannya kalau kamu akan kembali ke sini?" tanya Asep.

Farel pun kembali berpikir, apa yang harus dia jaminkan agar bisa pergi dari desa itu.

"Baiklah, aku akan meninggalkan mobil disini," kata Farel seraya menyerahkan kunci mobilnya.

Wajah Farel terlihat khawatir, yang dia takutkan jika Asep akan menolak jaminannya dan tidak mengizinkannya  pergi.

Sebenarnya Jordan yang memberikan ide kepada Farel untuk menyerahkan mobilnya kepada Asep. Jika saja ada uang cash pasti Andinia bisa dibayar oleh Farelq dengan sejumlah uang. Hanya saja Farel tidak memegang uang cash, sementara di desa tidak ada mesin ATM.

"Sebaiknya kau kasih saja mobilmu," cetus Anton.

"Ide gila," kata Farel seraya menggelengkan kepalanya, dia menolak usulan Anton. "Jika aku memberikan mobil, lantas apa kata Indah nanti?" kata Farel. "Dia pasti akan mempertanyakan mobilku."

"Bilang saja kau jual, untuk modal. Pasti Indah akan kasihan, lalu segera mengajakmu menikah." Anton memberikan masukan kepada Farel.

"Ide cerdas, daripada kau tinggal di sini. Pasti hidupmu akan menderita," kata Jordan memanasi.

Farel pun menurut dengan ide gila dari kedua temannya.

"Baiklah, jika memang nak Farel akan kembali lagi ke sini, Bapak akan merawat mobil ini sampai kamu datang mengambilnya," kata Asep yang menerima kunci mobil milik Farel.

"Maaf, aku berjanji tidak akan kembali lagi ketempat ini," batin Farel seraya tersenyumlah licik.

"Ternyata betapa mudahnya membodohi orang kampung seperti mereka," kata hati Farel saat akan pergi meninggalkan Asep.

Asep menghampiri kamar Andinia. Saat Asep akan mengetuk pintu kamar Andinia, Farel langsung mencegahnya.

"Pak, tadi aku sudah pamit sama Andin."

"Oh, ya sudah," kata Asep yang mengurungkan niatnya untuk memanggil Andinia.

"Saya pamit," kata Farel yang langsung mencium tangan Asep.

"Hati-hati dijalan," kata Asep melepaskan kepergian Farel sang mantu tak tahu diri.

Asep sangat percaya dengan kata-kata Farel yang akan kembali ke rumahnya.

Sementara Farel sudah berjalan meninggalkan rumah Andinia. Dia di tunggu oleh Jordan dan juga Anton di ujung jalan.

"Apa kau sudah menyerahkan kunci mobilmu?" tanya Jordan.

"Sudah," jawab Farel sembari tersenyum lega.

"Orang susah seperti mereka pasti akan senang menerima mobil," cibir Jordan.

"Jangan kau bela laki-laki bajingan seperti Farel. Aku rasa mereka percaya dan akan menunggu Farel," kata Anton

Jangan lupa untuk subscribe dan komentar

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

gila aja kalian

2023-09-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!