Trauma

Saat itu Andinia begitu trauma pada semua laki-laki. Andinia hanya mengurung diri dikamar, karena merasa takut dirinya akan terancam seperti malam naas yang dia alami saat di perkosa oleh Farel.

"Jangan, jangan dekati aku ..." teriak Andinia dari dalam kamarnya. Setiap hari Asep hanya mendengar teriakkan Andinia yang begitu pilu menyayat hati. Dia merasa tak tega dengan sang anak yang merupakan korban perkosaan.

Andinia adalah gadis berusia tujuh belas tahun yang memiliki sifat periang dan juga tekun. Dia sedang liburan dengan teman-temannya, karena telah berhasil menyelesaikan ujian dan kini naik ke kelas tiga sekolah menengah atas.

Cita-cita Andinia saat ini adalah menjadi seorang guru. Andinia tidak pernah menyusahkan sang ayah dengan keinginannya. Karena Andinia sangat mengetahui keuangan sang ayah.

Andinia telah ditinggalkan oleh sang ibu sejak lahir dan  hingga kini dia tak tahu keberadaannya.

Istri Asep meninggalkannya di saat Andinia baru saja dilahirkan. Andinia hanya mengetahui jika sang ibu telah meninggal. Ibunya Andinia yang bernama Sulastri merupakan guru di sekolah dekat desanya. Karena kehidupan yang miskin, membuat Sulastri menyukai kepala sekolah yang selalu menggodanya.

Kala itu wajah ibunya Andinia sangatlah cantik, karena Sulastri adalah bunga desa di daerahnya.

Sang kepala sekolah selalu saja memberikan hadiah dan mencoba merebut hati Sulastri dari Asep. Semua rencananya berhasil, hingga membuat ibunya Andinia pergi bersama sang kepala sekolah yang berstatus duda satu anak saat itu.

Hingga kini Asep selalu menceritakan kepada Andinia jika sang ibu meninggal saat melahirkannya. Asep pun tak pernah menjelek-jelekkan sifat sang istri kepada Andinia. Asep sangat takut jika Andinia mengetahui sifat ibunya yang matrealistis.

Asep hanya menceritakan jika Sulastri adalah wanita paling cantik dan berprofesi sebagai seorang guru kala itu. Banyak prestasi Sulastri yang ditunjukkan oleh Asep kepada Andinia.

"Andin, berapa orang yang akan menginap di vila?" tanya Asep sembari menyesap kopi hitam buatan sang anak tercinta

"Lima, Yah!" jawab Andinia yang sedang menggosok baju langganannya.

Andinia adalah gadis yang rajin, dia membantu perekonomian Asep dengan menjadi buruh cuci di daerahnya.

"Jangan lupa, mereka suruh bawa makanan sendiri untuk di masak. Karena kalau malam suka sepi dan tak ada warung yang buka." Asep berpesan kepada Andinia pada saat pagi sebelum kejadian naas itu menimpa putri kesayangannya.

"Iya, Yah! Aku sudah bilang sama Euis, Moza, Rani, Desi dan Yona agar membawa beras dan lauk mentah." Andinia menjawab sambil melipat baju yang sudah di setrika olehnya.

"Kamu jaga diri, jangan macam-macam. Ingat, jangan bawa teman lelaki ke vila." Asep berpesan kepada Andinia.

"Enggak, Ayah."

Andinia begitu senang sekali saat sang ayah mengizinkan dirinya dapat menginap di vila tempat Asep bekerja.

Vila yang dijaga Asep ada lima, dan jaraknya hanya sepuluh meter tiap rumahnya.

Pemilik vila adalah temannya Asep yang kini bekerja di luar negeri. Asep diberikan amanat untuk menjaga vila dengan baik. Karena dia mendapatkan bagi hasil dari hasil sewa vila. Selain itu Asep juga mendapatkan gaji dari temannya untuk menjaga vila.

"Kamu mau ke vila jam berapa?" tanya Asep yang sudah menyelesaikan sarapannya dengan segelas kopi dan sepiring singkong rebus.

"Kata Euis jam sepuluh, makanya aku harus menyelesaikan gosokan baju Bu Imah sekarang. Setelah itu langsung aku antarkan, karena ongkosnya buat beli dua ekor ayam." Andinia segera menyelesaikan pekerjaannya.

"Iya, sudah cepat selesaikan. Ayah mau mandi dulu," kata Asep yang langsung bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar mandi.

Andinia begitu senang sekali dapat mentraktir teman-temannya untuk menginap di vila.

Jarak antara rumah Andinia dan vila terbilang jauh. Karena vila tempat Asep bekerja berada di atas bukit. Pemandangan yang indah akan di lihat jika sudah sampai ke vila.

"Udah belum?" tanya Asep yang telah rapi memakai werpaknya. Karena memang tugas Asep adalah membersihkan vila.

Kebetulan ada beberapa pemuda yang telah menghubungi Asep seminggu yang lalu. Mereka akan menginap malam ini di vila yang paling besar. Karena para pemuda itu berasal dari kota, dan mereka menyewa vila yang ekslusif dan mahal.

Asep segera menyalakan mesin motornya, dan Andinia pun mengikuti sang ayah yang sudah naik ke motor.

"Cuciannya mana?" tanya Asep yang melihat Andinia hanya dengan tangan kosong.

"Eh, iya. Dini hampir saja lupa," kata Andinia seraya menepuk keningnya.

Andinia segera ke dalam rumah untuk mengambil cucian yang telah di setrikanya.

"Ke rumah bu Imah dulu, Yah!" pesan Andinia.

Asep pun menjalankan motornya menuju rumah bu Imah.

Setelah memberikan cucian bersih kepada Bu Imah, Andinia meminta sang ayah untuk mengantarkan ke pasar.

Andinia pun membeli dua ekor ayam untuk di buat ayam bakar nanti malam.

"Ayah, di vila apakah ada kayu bakar?" tanya Andinia.

"Banyak, tapi kamu harus ambil di gudang," kata Asep memberitahu Andinia.

"Iya, nanti akan aku ambil."

Asep melajukan motornya menuju vila tempatnya bekerja.

Sesampainya di vila, Andinia membantu Asep untuk menyapu dan mengepel beberapa vila yang akan di sewa oleh pelanggannya.

"Andin, bantu ayah bersihkan vila. Jangan lupa cek kamar mandinya." Asep berpesan kepada Andinia.

Andinia bergegas menuju vila pertama, sedangkan Asep memarkirkan motornya di vila tempat Andinia menginap nanti malam.

Andinia dengan cekatan membersihkan vila dari ujung hingga ke ujung. Pekerjaan Asep selalu memuaskan pelanggan, karena vila yang dijaganya selalu bersih dan rapi.

"Andini ..." panggil Asep yang mencari Andinia di vila yang besar

"Iya, Yah!" jawab Andinia yang sedang menggosok lantai kamar mandi.

"Ada teman-temanmu di depan," kata Asep.

Andinia segera menyiram lantai kamar mandi dengan air. Setelah menyelesaikan tugasnya, dia pun menghampiri teman-temannya yang sudah datang.

"Ayah, semua ruangan di vila ini sudah aku bersihkan." Andinia melaporkan kepada sang ayah.

"Iya, nanti malam akan ada pelanggan yang akan menginap. Jadi vila ini harus bersih. Terima kasih," kata Asep yang tak pernah lupa mengucapkan terima kasih kepada sang anak yang selalu membantu pekerjaannya.

"Sama-sama, Ayah."

Andinia segera menghampiri teman-temannya yang sudah kerepotan membawa beberapa bekal makanan untuk nanti malam.

"Moza, kamu bawa tas banyak banget." Andinia membantu Moza membawa dua tas jinjing ditangannya, dan satu lagi di pundaknya.

"Ambu bawain selimut, sama baju. Ini juga ada beberapa cemilan untuk nanti malam," kata Moza sembari memberikan satu tas berisi cemilan kepada Andinia.

Semua teman-temannya hanya menggelengkan kepalanya, karena mereka hanya menginap satu malam saja bukannya satu minggu. Tetapi bekal yang dibawa Moza sangat banyak.

Moza adalah anak tunggal yang begitu dimanja oleh ibunya, hidupnya berkecukupan. Moza sangat senang sekali bisa menginap di vila bersama teman-temannya. Karena sang Ambu sangat jarang mengijinkannya untuk pergi dengan teman-temannya apalagi sampai harus menginap.

Saat tahu akan menginap ke vila milik  Asep yang merupakan temannya ibunya Moza, sang Ambu pun mengijinkan.

Jangan lupa berikan komentar ya untuk mendukung karyaku 

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

biar Farel harus tanggung jawab thour masa hbs nikah dia tinggal gitu aja memang nya sampahan 😡😡😡

2023-09-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!