Tes DNA

Waktunya makan siang telah tiba, Rose sudah bersama Bella di kafe dekat kantor.

"Jadi bagaimana awal mulai percintaan kalian?" tanya Rose bersemangat.

"Sialan, memangnya kau sudah lupa dengan ceritaku waktu itu?"

"Ah tapi tampaknya cinta itu belum hilang dari kalian berdua."

"Cukup Rose, aku tidak mencintainya begitupun dengan dia."

"Kalau bukan karena cinta, mana mungkin pak Ether percaya sama perusahaan kita yang bahkan belum memberikan hasil apapun."

"Mungkin-mungkin-" Bella mulai tak bisa berkata-kata.

"Mungkin apa? Lagipula selama lima tahun ini juga kau belum punya pacar lagi, itu artinya kau belum bisa melupakan Ether."

"Belum waktunya saja aku mencintai orang."

"Hey mau sampai kapan memangnya, tapi sepertinya kau memang untuk Ether makannya Tuhan mempersatukan kalian lagi," Rose terus saja menggoda Bella.

"Ah sudah cukup, aku sudah muak mendengarnya."

Sementara itu di tempat lain Ether baru saja dari rumah sakit, ia mengambil hasil tes DNA dirinya dan Daniel. Dugaannya benar ternyata Daniel adalah anaknya, Ether dengan senyum bahagia kembali ke mobil dimana Daniel ada di sana.

Ether langsung memeluk Daniel sambil menciumnya, "Ayah kau sedang apa? Kau memelukku terlalu erat sakit tau."

"Maaf ayah gak sengaja," Ether masih senyum-senyum sendiri.

"Bagaimana kalau hari ini kita jalan-jalan ke Mall untuk beli mainan sebagai hari perayaan kau jadi anakku."

Daniel tersenyum, "Bolehkah?"

Ether mengangguk dengan cepat, "Apapun yang kau mau akan ku berikan."

"Asik," Daniel memeluk Ether sambil tersenyum bahagia, "Makasih ayah."

Tiba-tiba ponselnya Ether berbunyi, ia langsung kesal saat ada orang yang menganggu waktu nya itu.

"Sialan siapa lagi sih?" Ether mengangkat sambungan telpon tersebut.

"Ada apa?"

"Maaf Tuan, hari ini ada rapat-" ucapan asistennya langsung ia potong.

"Batalkan semua jadwal pada hari ini, kau jangan ganggu hari bahagiaku. Sekali lagi kau telpon aku tidak akan segan-segan memecat mu, rapat masih bisa besok bukan?" tegas Ether dengan wajah serius.

Ether menatap ke arah Daniel dan dengan cepat Ether langsung tersenyum tak mau anaknya merasa ketakutan. Ether langsung mematikan sambungan telponnya dan mereka bergegas ke Mall, sesampainya di Mall Ether membawa Daniel ke toko baju.

Mereka membeli beberapa baju kembar, lalu setelah itu mereka ke toko mainan. Semua mainan yang Daniel inginkan langsung di beli, bahkan kini belanjaan mereka sudah tidak muat di mobilnya Ether.

Ether dan Daniel hanya menatap tumpukan belanjaannya kini.

"Ayah kita apakan belanjaan kita yang banyak ini?" Tanya Daniel sambil menatap Ether dengan kedua tangan ia lipat di dada.

"Sebentar," Ether mencoba berpikir.

"Ah kita sewa taksi saja," usul Daniel.

Ether mencubit kedua pipi Daniel sambil tersenyum, "Anakku memang sangat pintar seperti ayahnya."

_________

Waktunya pulang kantor telah tiba, Bella kini menatap bingung pada barang belanjaan Ether dan Daniel yang kini memenuhi ruang tengah rumahnya.

"Kalian apa-apaan sih? Untuk apa ini semua?" Bentak Bella.

Daniel segera bersembunyi di belakang Ether, Ether menatap anaknya sambil menaikkan satu alisnya.

"Ayah saja yang bicara, Mama kalau marah galaknya melebihi singa," balas Daniel.

Ether kembali menatap Bella yang sudah siap untuk memarahi mereka berdua.

"Aku hanya ingin membahagiakan anakku saja," balas Ether.

"Dia bukan anakmu, sudah berapa kali sih aku bilang kalau dia bukan anakmu," jelas Bella.

Ether langsung mengeluarkan kertas hasil tes DNA, "Kau bisa jelaskan ini? Hasil tes DNA jelas mengatakan kalau Daniel adalah anakku."

Bella kaget dan merebut kertas itu, "Kau? Kapan kau lakukan ini? Mengapa kau tidak izin dulu padaku."

Bella menatap ke arah Daniel yang masih bersembunyi di balik tubuh Ether, "Daniel pergi dulu lah ke kamarmu!"

"Oke Ma, Dadah Ayah," Daniel tampak meledek ayahnya yang kini sedang kena marah.

"Kau akan ku balas nanti," balas Ether bercanda.

Ether dan Bella kini duduk di kursi mereka ingin bicara serius.

"Aku sudah curiga sejak awal kalau dia adalah anakku, makannya aku melakukan ini. Kalau aku minta izin padamu kau akan berusaha menyembunyikannya, benar kan?"

"Untuk apa kau kembali lagi sih?"

"Untuk mencari mu, selama lima tahun ini aku sangat menderita," jelas Ether.

Bella malah tertawa sinis, "Kau yang meninggalkan ku, kau juga yang merasa menderita. Apa kau sehat? Sekarang pergilah dan jangan pernah muncul di hadapanku lagi."

"Tidak, aku juga ingin mengurus Daniel karena dia anakku. Aku akan menebus semua kesalahanku lima tahun lalu."

"Ether cukup, aku sudah cukup menderita. Jangan ambil Daniel dariku."

"Aku tidak akan mengambilnya, aku hanya ingin melihatnya tumbuh dewasa juga ikut merawatnya."

"Lima tahun lalu, saat aku menunggumu seharian pada hari itu aku ingin mengatakan padamu kalau aku sedang hamil. Aku merasa sangat bahagia hari itu, tapi ternyata semua hancur saat aku tau dan sadar kalau kau telah pergi meninggalkanku."

"Aku minta maaf, aku berjanji akan menebus semua kesalahan ku waktu."

"Kalau kau ingin menebus kesalahanmu, maka pergilah dari hidupku dan jangan pernah muncul lagi."

Tiba-tiba Daniel datang dan langsung memeluk Ether, "Mama gak boleh ngusir Ayah, aku sudah lama ingin ayah datang tapi mengapa saat ayah sudah datang Mama malah mengusirnya," Daniel sudah ingin menangis.

"Kenapa kau keluar?" tanya Bella.

Ether menggendong Daniel ke pangkuannya, "Sudah kau tenang saja ayahmu ini tidak akan pergi kemana-mana, benarkah?" Ether menatap Bella.

Bella yang kasihan dan tidak mau membuat Daniel sedih akhirnya membiarkan Ether bersama Daniel, "Ah sudahlah terserah kalian berdua aku lelah," Bella masuk ke kamarnya.

Daniel dan Ether kini saling bertatapan, Daniel tersenyum lalu mengangkat tangannya untuk tos dengan Ayahnya.

"Anakku memang hebat," ujar Ether senang.

"Ya sudah kita buka semua mainan ku yah," Daniel turun dari pangkuan Ether dan segera membuka semua mainan barunya tersebut di bantu Daniel.

Beberapa saat kemudian Bella keluar dari kamarnya ia kaget kalau ada seseorang yang mengantarkan koper ke rumahnya, "Ether apa maksudmu?" Bella kembali memarahi Ether.

"Aku kan sudah bilang kalau aku ingin melihat tumbuh kembang Daniel beserta ingin merawatnya, makannya aku ingin tinggal bersamamu."

"Tidak, Daniel ini bukan di Amerika yang bebas tinggal satu rumah sebelum menikah. Kau ini bagaimana sih?"

"Yah kau tenang saja aku tidak akan berbuat apa-apa kok, lagipula kita tinggal di kamar yang berbeda bukan."

"Bukan masalah itu, tapi bagaimana kalau tetangga tau."

"Kalau begitu kau tinggal lah bersamaku di rumahku. Di sana tampaknya tidak akan masalah kalau kita tinggal serumah."

"Sialan, tidak. Aku tidak akan meninggalkan rumah ini."

"Ya sudah aku akan tinggal di sini bersamamu."

"Terserah, aku yakin kau tidak akan nyaman tinggal di rumah sempit ini," balas Bella sembari berjalan ke dapur untuk menyiapkan makanan.

Daniel menatap Ether, "Ayah jangan biarkan Mama masak, makannya gak enak."

Ether tersenyum, "Ternyata dia masih belum bisa masak juga sampai sekarang."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!