Nay terbangun dari tidurnya.
Badannya terasa sangat pegal. Nay terkejud, ada Satya disampingnya.
Nay melihat dibalik selimut. Mendapati tubuhnya yang telanjang.
"Ini tidak mungkin...." Nayla menangis tersedu sedu... Nayla ingat, apa yang terjadi padanya tadi..
#Flashback On..
"Sayang, minumlah... aku sudah menyiapkannya untukmu.." Satya menyodorkan sebotol juice jeruk kesukaan Nayla.
Satya tau, Nayla akan meminum jus jeruk tanpa gula terlebih dulu sebelum menyantap makanannya.
Nay tidak curiga.
Dia mengambil gelas itu lalu meminumnya sampai habis. Itu memang kebiasaannya sebelum makan. Dan Satya sudah tau itu.
Nay menaruh gelasnya. Dan mulai menyantap makanannya.
Tiba tiba.. Nay merasa panas sekujur tubuhnya.
Ini sangat panas. padahal restauran itu ada AC nya. Kenapa ini.? batin Nay.
Satya berpura pura tidak tau.
Padahal Nay terlihat sangat gelisah. Berusaha mengibas"kan tangganya didepan leher.
Satya masih mencoba tidak peduli...
Sampai...
"Satya, bawa aku pergi dari sini... Aku menginginkan mu malam ini.."
Nay yang sudah merasakan gerah diseluruh tubuhnya. Nay tidak sadar, tiba tiba hasrat itu muncul begitu saja.
Nay tampak bergairah melihat Satya.
Nay sadar akan apa yang dia katakan. Tapi Nay tidak bisa mengontrolnya.
"Apa yang kau katakan? Kau jangan konyol. Sayang.."
Satya menjawab dengan berpura pura terkejut..
"Aku tidak mungkin menyentuhmu Nay..." Satya masih berpura pura menolak.
"Satya, apa kau tidak mencintaiku?" Gairah Nay sudah dipuncak. Nay begitu gelisah. Nay menangis memohon kepada Satya.
"Aku mohon, Aku benar benar menginginkannya Satya.."
Nay sudah sangat menahannya. Tapi tidak bisa. Nay memohon kepada Satya sambil menangis.
Nay tidak paham. Gejolak apa ini. Nay menginginkan seseorang untuk menyalurkan gairahnya.
Ini membuat Nay tidak nyaman. Nay merasa gelisah.
"Apa kau yakin Nayla..." Tanya Satya.
Nayla mendekatkan wajahnya ke wajah Satya.
Nayla mencium bibir Satya dengan panas.
Mengecupnya. Memainkan lidahnya didalam mulut Satya.
Satya membalas ciuman itu. Satya menggigit kecil bibir Nay.
"Eummbb".. Nayla mendesah kecil menikmati permainan bibirnya.
"Tidak.. Sayang, jangan lakukan disini Nay..." Satya berusaha melepaskannya. Satya takut kalau ada orang yang melihat.
"Kalau gitu, bawa aku pergi Satya.. Tolong..." Nay memeluk Satya erat.
Nayla menangis tersedu-sedu sambil menahan hasrat didalam dirinya.
"Baiklah.. jangan menangis."...
Satya menggenggam tangan Nayla. Mengajak Nay memasuki sebuah kamar yang memang sudah disiapkan Satya sejak sore tadi.
Rasa ragu menyelimuti Satya ketika dia membuka pintu kamar itu. Satya sungguh tidak menginginkan jalan seperti ini.
Tapi Satya tidak punya jalan lain untuk mempertahankan Nayla.
"Maafkan aku Nay..." Gumam satya lirih yang nyaris tidak terdengar.
Nay sudah tidak bisa menahan tubunya yang panas. Nay segera mendorong Satya masuk lalu mengunci pintunya.
Nay melepaskan dressnya begitu saja didepan pintu.
Satya yang melihat Nay hanya memakai Singlet berusaha menelan kasar salivanya. Laki laki normal mana yang tidak ikut bergairah melihat perempuan sesempurna Nayla berpakaian minim seperti itu? Apalagi mereka hanya berdua disini.
Satya berusaha membalik badannya agar tidak melihat Nayla. Tapi sungguh diluar dugaan.
Nayla memeluk Satya dari belakang. Mengusap kasar dada Satya dengan kedua tangannya.
Satya berbalik lagi dan kini menghadap ke Nayla. Nay yang sudah bergairah segera saja menyantap bibir Satya.
"Eummm.. Uh.." Nay mendesah kecil menahan gejolak didadanya. Permainan bibir mereka terkesan panas.
Satya menggendong Nay. Merebahkan tubuh Nay disofa samping ranjang tidur.
Kini Nayla berada dibawah Satya dan Satya berada diatasnya.
Nay melepaskan kancing baju Satya dengan sangat terburu-buru. Nayla sudah tidak tahan meminta dipuaskan.
Nayla sudah menahannya. Bahkan Nayla sampai menangis menahannya. Tapi Nay tidak bisa. Gairah itu mengalahkan akal sehatnya.
Nay belum pernah melakukan sebelumnya.
Tapi gairah itu membuat Nayla tampak liar seperti pelac*r di klub malam.
Satya bangun ketika mendengar suara seorang perempuan yang menangis. Matanya menangkap pilu sosok wanita yang meringkuk berbalut selimut disampingnya.
Nay duduk dengan menekuk lututnya lalu menenggelamkan wajahnya diantara kedua kakinya.
Nayla menangis tersedu sedu. Suara tangisannya terdengar sangat pilu.
"Nay... Maafkan aku.."
Satya bingung harus mengatakan apa. Pasalnya satya tidak.ingin melihat Nayla seperti ini. Selama dua tahun menjadi kekasih Nayla, Satya berusaha melindungi perasaan Nay. Jangan kan menangis, membuat Nay gelisah saja Satya tidak berniat melakukannya.
Permintaan maaf Satya menghentikan tangisan Nayla.
Kenapa Satya masih meminta maaf? Bukankah semalam Nay yang memaksanya? Apa Satya tidak jijik melihatku? Batin Nay.
Nayla menghapus air matanya. Mendongakkan kepala menatap manik mata Satya.
Nay mencari tau lewat sorot mata Satya. Apakah laki-laki yang dicintainya ini membenci Nay? Apakah laki laki ini merasa jijik dengan Nay?
Tapi Nay tidak melihat sorot mata jijik dimata Satya. Tatapan Satya masih sama seperti dulu.
Tatapan penuh kasih sayang, hanya saja terlihat sendu. Satya terlihat menyesal.
"Apa kau tidak merasa jijik kepadaku Satya?" Nay mengatakan dengan sangat lirih. Bibirnya bergetar menahan tangis.
"Apa kau? Kau tidak memandangku seperti wanita rendahan diklub malam?" tanya Nayla dengan suara parau.
Satya mendekat lalu memeluk Nayla erat. Itu membuat Nayla menumpahkan air matanya lagi.
Nayla menangiss tersedu sedu dipelukan Satya. Nay sudah gagal menjaga kehormatannya sebagai seorang perempuan.
Apalagi bercak darah yang membekas disprei putih kamar hotel itu menjadi bukti bahwa telah terjadi sesuatu yang tidak seharusnya terjadi disini. Antara Nayla dan Satya.
"Apa yang kau katakan Nay?" Satya berusaha menenangkan Nayla. "Maafkan aku, aku membuatmu kecewa bukan? Kamu membenciku kan Nay?" Mata Satya berkaca-kaca. Satya tidak tega melihat Nayla seperti ini. "Tolong tetap disisiku Nayla, meskipun aku sudah melakukan kesalahan besar ini. Percayalah, aku akan bertanggung jawab apapun yang terjadi padamu."
Nay mendongak menatap Satya.
Bagaimana mungkin laki-laki ini justru menyalahkan dirinya sendiri? Padahal semalam aku yang sudah memaksanya. Nayla tahu, Satya laki laki normal yang pasti akan terpancing juga gairahnya ketika melihat perempuan kelaparan seperti malam tadi.
"Tetaplah disisiku, Aku milikmu sepenuhnya sekarang." Pinta Nayla pada Satya.
Nay berhenti menangis. Dia mencari-cari ponselnya.
Ada sesuatu yang lebih penting sekarang.
Nay membuka handphone-nya.
Mengirim pesan singkat kepada Mamanya
Nayla 💌
Mama, sepertinya malam ini Nay pulang sedikit terlambat. Nay merayakan ulangtahun Nay dengan teman teman. ❣️
Nayla menunggu balasan Mamanya. Matanya masih sembab. Nayla merasa berdosa telah menghancurkan kepercayaan Papa dan Mamanya.
Bip.. bip..
Mama Riana 💌
Iya sayang . Jaga dirimu baik baik. Segera pulang jika acaranya sudah selesai.
Nayla 💌
Jangan khawatir Mamaku..
Nay menaruh ponselnya. Nayla kembali meneteskan air matanya. Padahal Nayla sudah menahan agar air mata itu tak terjatuh.
Satya memandangi Nayla. Satya merasa dia begitu jahat pada Nayla.
Satya yang menyuruh pelayan menuangkan ramuan itu didalam juice milik Nayla.
Membuat Nayla mencapai puncak hasratnya.
Yang lebih kejam lagi, ramuan itu membuat Nayla memohon-mohon padanya. Seperti jal*ng yang kelaparan diklub malam.
"Nay, sudah... jangan menangis. Aku akan bertanggungjawab padamu." Satya membelai lengan Nayla.
"Mandilah biar kau tampak segar. Lalu pakai pakaianmu kembali. Aku akan mengantarmu pulang. " Kata Satya dengan lembut.
Nayla menatap Satya dengan tatapan kosong. Apa laki-laki ini sengaja mengantarkan Nayla pulang, lalu dia akan meninggalkannya setelah itu?
"Aku akan mengatakan pada Mama Papamu.. Besok aku akan melamarmu." Jawab Satya ketika mandapatkan tatapan pilu.
"Tidak.. jangan Satya.." Nayla bingung.
"Maksudku, tunggu dulu beberapa minggu, lihat bagaimana aku. Jika aku tidak hamil, maka berjanjilah kau akan menikahiku dua tahun lagi setelah kita wisuda." Nayla mengatakan dengan suara yang samar.
Satya memeluk Nayla lagi. Lalu mencium puncak kepala wanitanya itu.
"Baiklah.. Apa saja katamu, aku turuti Nay.. Tapi kumohon berhentilah menangis." Satya melepaskan pelukannya. Kini satya menggenggam tangan Nayla. "Nay, percayalah kita akan selalu baik baik saja selama kau masih mau disisiku".
Nayla mengangguk percaya pada Satya.
Segera beranjak kekamar mandi. Agar dirinya fresh dan matanya yang sembab tersamarkan.
Mama dan Papa Nayla tidak boleh tahu tentang ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments