Jam menunjukkan pukul enam. Nayla memandangi dirinya didepan cermin.
Dia menyiapkan dirinya semaksimal mungkin. Senyuman lebar masih terukir dibibir manisnya. Nay tidak sabar melewati makan malam romantis dengan Satya, kekasihnya.
Nay mengambil hpnya setelah notifikasi pesan masuk. Membukanya lalu tersenyum lebar.
Rupanya karena Satya yang mengirimkan pesan.
Satyaku 💌
Sayang, maafkan aku tidak bisa menjemputmu. Bisa kah kau datang ke Hotel Nuansa sendirian.?
Aku sudah memboking tempat direstauran hotel itu.
Senyum Nay memudar. Kenapa Satya tidak bisa menjemputnya?
ini pertama kalinya Satya membiarkan Nay keluar malam untuk menemuinya. Biasanya Satya sendiri akan menjemput Nay kerumah dan mengantarkan pula dengan selamat sampai rumah.
Lalu, kenapa juga harus direstauran hotel?
Nayla 💌
Tidak masalah Satya, aku bisa datang sendiri. Tapi kenapa kau memilih restauran hotel? apa tidak sebaiknya Tempat makan biasa saja?
Nay menunggu jawaban Satya sambil merapikan make up nya.
Bip.. bip...
Satyaku 💌
Restauran biasanya sudah penuh Nay. Tidak apa apa, aku tidak akan melukaimu. Apa kau tidak percaya kepadaku?
Nay mengernyitkan dahinya. Nayla merasa takut.
Bagaimana ini? Apa aku tidak datang saja? atau besok saja?
Eh tapi, Besok aku ada janji sama Sari dan Nina. batin Nay.
Setelah lama berfikir, Nay memutuskan untuk berangkat. Nayla mengenal Satya. Nayla percaya Satya tidak akan menyakitinya. Sehingga rasa takut itu ditepisnya begitu saja.
Nay tidak tau. Apa yang sudah terjadi dengan Satya dan Papa nya dimall tadi.
Nayla 💌
Baiklah.. aku percaya padamu. Aku kesana sekarang sayang.
Nay segera mengambil tas nya. Melangkah keluar kamar setelah merasa penampilannya sempurna.
Nay berjalan dengan sangat bahagia. Senyum mengembang.
Nay mencari Mamanya. tapi tidak ada.
Akhirnya Nay kedapur mencari Bi Sriya.
"Bi Sri.. Papa belum pulang ya? Mama juga tidak ada. Nayla mau keluar sama temen. Nanti kalau mama nyari, bilangin ya Bi..?" Nayla menatap Bi Sri dengan tatapan penuh bahagia.
"Iya non.. Nanti bibi sampai kan pada mama. Nona Nayla hati hati ya. Cantik sekali..." Bi Sri memuji kecantikan Nayla.
Bi Sriya adalah asisten rumah tangga paling lama dirumah itu. Dia bekerja pada Papa dan Mama Nayla ketika masih remaja. Saat itu Nayla masih bayi.
Lalu menikah dengan seorang laki laki yang sekarang menjadi sopir pribadinya Papa Nayla.
"Makasih bi Sri.. aku jalan dulu ya bi.. byee byee"
Nayla melenggang pergi. Melewati ruang tamu dengan senyum yang masih setia disudut bibirnya.
Taksi yang dipesannya sudah menunggunya didepan rumah.
Nayla membuka pintu. Lalu masuk kedalam mobil.
"Jalan pak..
ke hotel Nuansa yaa"
Kata Nayla kepada sopir taksi itu.
"Iya nyonya."
Jawab singkat supir taksi itu. Lalu mulai melajukan mobilnya.
Sementara direstauran hotel, Satya membaca pesan Nayla yang mengatakan akan berangkat sekarang dengan wajah murung penuh penyesalan.
"Nay, maafkan aku..." Satya mengusap setetes air matanya yang tiba tiba jatuh.
"Cuma ini satu satunya jalan agar aku bisa terus bersama mu Nay." Satya bergumam lirih.
"Aku mungkin akan mengecewakanmu nanti. Tapi semoga kau percaya, aku melakukan ini karena aku mencintaimu. Jalan ku sudah buntu."
Satya terus bergumam lirih.
Sembari menunggu Nayla. Dia menelfon seseorang yang sedang melaksanakan tugas darinya.
"Haloo... apakah sudah selesai? Aku mau kau menghiasnya dengan sebagus mungkin.."
Satya memastikan.
"Baik tuan.." Jawab seseorang diseberang sana.
Satya mematikan telfonnya lalu memasukkan kembali ponselnya. Tapi sebelum itu, telfon genggamnya bergetar pertanda pesan masuk.
Nayla 💌
Aku sudah sampai, bisa jemput aku diluar?
Satyaku 💌
Tentu sayang, tunggu aku dua menit.
Satya segera keluar menjemput Nayla. Sebenarnya hatinya berkecamuk menolak rencananya itu. Tapi akal satya sudah mendapati jalan buntu. Sehingga egonya memaksa Satya melakukan apapun agar Nayla tetap bersama Satya.
***
Satya menghampiri seorang pelayan hotel.
"Siapkan apa yang sudah aku pesan" bisinya pada pelayan itu.
"Baik tuan" Jawab sang pelayan lalu bergegas menyiapkan pesanan Satya.
Satya melangkah keluar menjemput Nayla. Sampai didepan pintu, dia mendapati sosok yang cantik sedang membelakanginya.
Satya berhenti sejenak.
Mengagumi sosok yang berdiri itu.
"Kau selalu cantik Nay. Kau sempurna. Bagaimana bisa aku kehilanganmu?" Gumamnya. Wajahnya menatap sosok Nayla dengan tatapan sendu.
"Tidak.. itu tidak boleh terjadi. Aku tidak bisa kehilanganmu Nayla."
Satya melangkah maju. Memberanikan diri memeluk Naylaa dari belakang.
"Selamat Ulang Tahun, Tuan Putri.."
Membisikkan kalimat romantis ditelinga Nayla, lalu mencium tengkuk Nayla.
Nayla terkejut.
"Satyaa.." Nayla mencoba melepaskan pelukan Satya dengan sangat hati hati. Dia takut Satya akan tersinggung. Meskipun dia sangat risih mendapatkan perlakuan yang terlalu romantis seperti itu didepan umum.
Nayla takut jika jika ada temen Mama Riana atau kolega Papa Zeko yang melihat.
Nay tidak bisa membayangkan jika dia kehilangan kepercayaan Mama dan Papanya.
"Heey, kenapa kau ini? Tidak biasanya kau memelukku seperti itu didepan umum.." Nayla memasang wajah yang cemberut. Tapi kedua tangannya menangkup pipi Satya.
"Hehe, maaf sayang.. Aku merindukan mu Nay.. Aku takut kehilanganmu.."
Kata Satya mengucapkan dengan bibir yang bergetar.
Nayla menangkap raut wajah sedih Satya. Tatapan mata nya tampak sendu.
"Itu tidak akan terjadi..." Nayla mencubit hidung Satya agar suasana kembali ceria.
"Lagian apa apan kau ini, bukannya setiap hari kita bertemu? Masih saja rindu.."
Nayla tersenyum manis. Mencoba menenangkan Satya. Entah kenapa, malam ini Nayla merasa manik mata Satya menggambarkan bahwa sang pemilik sedang putus asa.
"Kau sangat cantik Naylaku..." Kata Satya tulus.
Satya berkata jujur. Meraih kedua tangan Nayla lalu menciumnya.
Nayla memang sangat sempurna mengenakan dress setengah gaun selutut berwarna biru navy itu.
Ditambah sepatu flat shoes nya yang berwarna senada.
Rambutnya dibiarkan terurai menutupi bagian bahunya yang sebenarnya terbuka.
Putih bersih sangat sempurna. Satya sempat melihatnya tadi.
"Lalu, apa menurut mu aku tidak cantik setiap harinya?" Nayla memajukan bibirnya merajuk.
Dia sangat suka menggoda Satya.
Wajah Satya tampak bingung.
"Bukan.. bukan begitu maksud ku sayang..." Satya menggaruk kepalanya yang tidak gatal...
"Ahaha.. " Nayla tertawa mengejek.
"Kau mengerjaiku? Kau benar benar menggodaku Nay.." Satya mencubit pipi Nayla gemas.
"Sudah sudah.. mari masuk tuan putrii..."
Satya menggenggam tangan Nayla lalu mengajaknya masuk.
Senyum dibibir Nayla sangat lebar. Nayla tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya walau sedikit saja.
Berbeda dengan Satya.
Hati Satya gelisah. Satya nampak kebingungan.
Satya sadar itu memang kesalahannya.
Dari awal Nayla sudah mengatakan pada Satya.
"Setialah Satya... dan tolong, jangan meminum lagi minuman haram itu. Perlakukan aku dengan baik.
Cukup itu saja yang perlu kau lakukan untuk mempertahankan hubungan kita.
Mama dan Papa tidak bisa memaafkan jika kau masih berani meminum minuman haram itu, jika kau melakukan kekerasan kepada ku, dan jika kau menghianatiku.
Kita pasti berakhir jika kau berani melakukan salah satu saja. Aku akan melupakan masa lalumu. Bisakah kau berjanji padaku?"
Satya masih ingat jelass ucapan Nayla saat itu. Sesaat sebelum Nayla menerima cintanya.
Nayla.. kau sangat sempurna. Tidak ada satupun yang kurang didirimu.
Aku minta maaf padamu. Aku melanggar salah satu janji itu tanpa sepengetahuanmu.
Satya sangat menyesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments