Setelah meminum air yang di berikan oleh Desi kepadaku aku sudah tidak bisa merasakan apapun lagi, kepalaku terasa begitu berat dan sangat pusing, tubuhku terasa lemas dan begitu panas dalam beberapa saat aku sudah benar-benar kehilangan kesadaran dalam diriku saat itu dan aku sudah tidak tahu lagi apa yang terjadi denganku.
Di sisi lain Desi yang melihat Ros sudah mulai tidak sadarkan diri, dia langsung memberikan kode kepada pria disana untuk memberitahu dirinya kemana dia harus membawa Ros tempat bosnya sudah tinggal malam itu, pria itu pun segera memberitahu alamatnya kepada Desi karena dia masih ingin bermain-main di club malam tersebut dengan wanita lainnya.
Sebab dia pikir bosnya akan merasa sangat puas karena dia memberikan hadiah yang sangat luar biasa kepadanya malam ini, sedangkan Desi segera membawa Ros pergi dari bar itu, menuju ke hotel yang berada tepat di samping ber tersebut, dia mencari kamar dengan nomor 202 yang dikatakan oleh pria botak itu sebelumnya.
Dan saat dia sudah menemukannya dia sudah tidak perlu menggunakan kartu akses lagi untuk masuk ke dalam sana karena menemukan pintu kamar itu terbuka sedikit sehingga Desi sudah bisa masuk dengan mudah ke dalam sana.
"Eh....bosnya seceroboh ini, membiarkan pintunya terbuka? Dasar pria tua bangka sialan, dia pasti terlalu mabuk sampai tidak sadar membiarkan pintunya tidak tertutup dengan rapat seperti ini." Gerutu Desi sambil segera saja membawa Ros masuk ke dalam kamar tersebut.
Dia melihat sebuah jas hitam berada di sofa kamar itu dan mendengar suara air di kamar mandi yang menyala sehingga Desi pikir pria tua bangka yang dia maksudkan tengah berada di kamar mandi saat itu, sehingga dia langsung menidurkan Ros di ranjang.
Dan disaat hendak pergi dia pikir posisi Ros saat itu cukup jelek, sehingga Desi kembali berbalik lagi dia membuka pakaian Ros dengan lebih lebar dan dia sengaja mengganti posisi tidur Ros dengan posisi yang lebih seksi saat itu.
"Nah, jika begini aku yakin pria tua bangka itu akan semakin berselera denganu Ros, aku harap kau bisa mati sekalian di bawah pria gendut dengan perut buncit itu sekalian." Ucap Desi menyumpahi Ros dengan penuh kebencian.
Dia segera keluar dari sana dan menutup pintunya dengan rapat, sesegera mungkin Desi kembali ke rumahnya dan dia sudah menyuruh pada wartawan untuk memergoki Ros di keesokan paginya, dia sudah meminta bodyguard botak yang dia temui di bar untuk menghubungi bos nya sendiri agar bosnya itu bisa pergi menutup diri atau melakukan apapun agar bisa menyembunyikan identitasnya, dia sengaja hanya ingin mengekspos wajah Ros saja di depan publik, karena dia ingin menghancurkan karirnya.
"Kita lihat saja nanti, kau atau aku yang akan menjadi bintang sesungguhnya, maafkan aku Ros sejak dulu aku tidak pernah benar-benar menyayangimu, aku hanya memanfaatkan dirimu yang disukai banyak orang agar aku juga bisa memiliki banyak orang yang memperhatikan aku, ketika aku ada di sampingmu.
"Tapi sekarang kau harus mengakhiri semuanya, hanya aku yang boleh menjadi pusat perhatian semua orang." Ucap Desi dengan senyum sinis saat itu.
Sedangkan disisi lain rupanya Desi malah memasukkan Ros ke dalam kamar yang salah sebab kamar yang baru saja dia masuki adalah kamar nomor 2002 bukan 202. Dimana hanya ada satu kamar hotel VIP dengan nomor yang besar seperti itu, dan itu adalah kamar milik tuan Jenson.
Saat seorang tuan muda yang berhati dingin dan tidak pernah mendapatkan rumor apapun di luar sana keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan sebuah anduk yang dia lingkarkan di pinggangnya saat itu.
Tuan Jenson sangat kaget ketika dia melihat ada seorang wanita dengan posisi yang aneh berbaring di atas ranjangnya saat itu, di tambah pakaiannyanya yang sangat terbuka dan suara rintihan Ros yang sangat menggoda baginya, padahal selama ini dia tidak pernah tertarik dengan wanita manapun karena dia selalu merasa wanita akan menjadi beban dan kelemahan di dalam hidupnya, sehingga sosok tuan Jenson ini tidak pernah memandang seorang wanita manapun.
Namun kali ini dia justru malah di hadapankan dengan seorang wanita yang tiba-tiba muncul di dalam kamarnya dengan posisi seperti ini, tentu dia sangat marah dan langsung menghampiri Ros yang masih merintih setengah sadar saat itu.
Dia merasakan tubuhnya semakin memanas dan sulit untuk dia kendalikan.
"Panas.....aaaahhh...kenapa tubuhku terasa panas sekali, apa ini sudah di rumah? Desi....tolong aku Desi..." Rintihan Ros yang mengira dirinya sudah berada di rumahnya saat itu.
"Siapa kau? Kenapa kau bisa masuk ke dalam kamarku? Apa kau penyusup atau wanita kiriman ibuku lagi? Cepat bangun atau aku akan menendangmu dari sini!" Bentak tuan Jenson sambil berdiri di samping ranjangnya dan dia bahkan tidak berani untuk menyentuh Ros saat itu.
Karena melihat wajah Ros yang memerah dan dia terus menggeliat seperti itu, Ros semakin tidak tahan dia sungguh merasakan keinginan itu semakin besar dalam dirinya, tetapi dia tidak tahu darimana asalnya hal tersebut, hingga tuan Jenson mulai merasa aneh dan mencurigai gelagat Ros saat itu.
Dia pun mulai memeriksa kepala Ros dan hendak memegangi dahinya dengan perlahan.
"Hei....apa kau sakit? Ayo jawab!" Bentak tuan Jenson lagi saat itu.
Namun tidak ada jawaban yang jelas dari Ros sebab dia juga sudah berkali-kali kehilangan kesadaran dalam dirinya, meski Ros sudah berusaha keras untuk menyadarkan dirinya sendiri.
"Apa jangan-jangan dia?....aahh gawat, tapi apa ibu akan menjadi selicik ini untuk menjebak aku dengan seorang wanita? Hanya karena dia menginginkan bayi dariku? Atau jangan-jangan dia adalah jebakan dari musuhku? Iya ini pasti jebakkan dari musuhku, aku harus berhati-hati dengan wanita ini." Ucap tuan Jenson memikirkan saat itu.
Dia terus saja berhati-hati namun Ros memegangi tangannya dan berhasil menarik tuan Jenson hingga terjatuh menimpa dirinya dan bibir mereka saling bertemu saat itu.
Ros seperti orang yang kehausan dan dia tidak bisa menahannya lagi sehingga dia meminta tolong pada tuan Jenson untuk melakukan hubungan itu dengannya, sebab dia sadar bahwa ada hal aneh pada tubuhnya saat itu, dan dia tidak bisa menahan rasa sakit pada dirinya yang tidak menentu ini.
"Tolong....bantu aku....tolong aku....lakukanlah denganku ...aku mohon, aku masih ingin hidup." Ucap Ros sambil memegangi dada bidang tuan Jenson saat itu.
Tuan Jenson adalah laki-laki normal, di tambah wanita yang ada di hadapannya saat ini sangatlah cantik dia sudah tidak bisa menahan hasratnya lagi, sehingga dia mulai menyetujui apa yang diminta oleh Ros.
"Jangan salahkan aku jika nanti kau menyesal ketika bangun, karena kau sendiri yang memintanya lebih dulu padaku, anggap aku menyelamatkan nyawamu, bukan merenggut hal itu darimu," ucap tuan Jenson berbisik kepada Ros saat itu.
Ros hanya bisa mengangguk saja dan malam itu menjadi malam yang paling menyakitkan dan tidak pernah bisa lupakan.
Dia kehilangan harga diri dan kesucian yang sudah dia jaga selama 23 tahun lamanya selama ini, bahkan ketika dia bangun dia sudah tidak menemukan siapa sebenarnya pria yang telah melakukan itu dengannya semalam, Ros juga tidak bisa mengingat wajahnya sama sekali, karena dia tengah berada dalam pengaruh obat saat melakukannya.
Dia hanya di tinggalkan sebuah surat dan kartu nama di meja samping ranjangnya sehingga Ros bisa mengetahui bahwa yang bersamanya malam itu adalah seseorang bernama Jenson, dia hanya meninggalkan nomor ponsel dan sebuah nama dalam kartu nama yang polos dan lebih mirip secarik kertas kosong saat itu.
Saat membacanya, Ros hanya bisa menangisi semua yang terjadi kepadanya dan dia hanya bisa menitikan air mata, karena semuanya telah hancur, hal paling berharga yang dia miliki kini telah hilang dan tidak akan pernah bisa dia miliki kembali.
Dia terus saja menangis terisak tanpa henti, hingga suara keras dan ramai di luar kamar mulai membuatnya penasaran sehingga Ros pergi untuk memeriksanya saat itu, namun disaat dia membuka pintu tiba-tiba saja sudah banyak wartawan di sekitar sana dan langsung menyorotkan kamera kepada wajahnya, dia mulai merasa tertekan bahkan sampai terdorong jatuh ke belakang dan dia tidak bisa bisa melakukan apapun dengan keadaan pakaiannya yang sudah tidak utuh lagi saat itu, akibat di robek entah oleh siapa.
Sedangkan Desi segera muncul dan berpura-pura membantu Ros saat itu juga.
"Ros....apa kau baik-baik saja? Ayo bangun Ros aku akan melindungimu." Ucap Desi kepadaku saat itu.
Aku benar-benar merasa sangat malu dan untunglah Desi tiba tepat waktu dia segera menutup tubuhku dengan jaket yang dia kenakan dan segera membawa aku pergi dari sana melewati banyak sekali gerombolan wartawan di sekitar sana yang hampir memenuhi hotel tersebut.
Sedangkan di perjalanan Desi baru mendapatkan kabar dari pria botak yang pernah bekerja sama dengannya dan dia memarahi Desi sebab bosnya memecat dia karena tidak bisa memberikan jatahnya malam tadi.
Desi sontak merasa kaget dan mengerutkan kedua alisnya dengan kuat sambil menatap ke arah Ros yang ada di sampingnya dalam keadaan yang sangat memprihatikan saat itu.
"Jika bukan pria tua bangka itu yang bersama dia malam ini, jadi siapa yang tidur dengan dia sebenarnya? Aahhh...bodo amat, yang terpenting rencanaku tetap berhasil, aku harus menghindar dari pria botak cerewet ini, seenaknya saja dia meminta ganti rugi padaku," batin Desi sambil segera memblokir kontak pria tersebut dan dia bahkan melempar ponselnya ke luar jendela mobil sembarangan.
Sehingga hal itu membuat aku merasa heran dengannya dan langsung bertanya pada dia dengan heran.
"Kak Desi kenapa kamu melemparkan ponselmu?" Tanyaku kepada dia.
"Oo..ohh...itu, aku hanya benci melihat banyak pesan yang menuduhmu melakukan hal yang tidak-tidak semalam dan aku malas menanggapi pertanyaan dari banyak wartawan jadi aku membuangnya agar kau bisa menenangkan diri." Ucap Desi padaku.
Awalnya aku sangat mencurigai Desi karena aku masih ingat dengan jelas orang pertama yang aku temui itu adalah Desi namun aku tidak bisa menuduh dia begitu saja tanpa bukti, aku juga merasa tidak enak jika menuduhnya begitu saja tanpa dasar yang jelas, aku tidak ingin membuatnya sakit hati karena hal tersebut.
Karena aku masih sangat mempercayai dia saat itu, sebab dia adalah kakakku, yang merawat aku dan membersamai aku sejak kecil sampai sebesar sekarang ini.
"Tidak....semua ini tidak mungkin berhubungan dengan Desi, jika pun iya, kakak seperti dia tidak mungkin setega ini padaku kan?" Batinku terus menyangkalnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
ovi
lnjut kk
2023-06-30
1
Lily
Kenapa gk mungkin ?? justru biasa nya yg terdekat lah yg bisa menjdi musuh kita...
2023-06-15
1