Diusir

Aku tidak bisa mengira bahwa itu adalah Desi jadi untuk semua kecurigaan yang aku rasakan aku memendamnya dalam-dalam di hatiku seorang diri.

Hingga setibanya di rumah ketika aku sudah membersihkan diri dan pergi menemui Desi yang duduk di sofa depan sambil menyalakan televisi, saat aku tiba dia terlihat terburu-buru mematikan televisinya dan dia terlihat begitu di sibukkan dengan berbagai panggilan telpon di ponselku saat itu, hingga hal itu membuat aku merasa heran dan sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya tengah terjadi saat itu.

"Kak Desi ada apa sebenarnya? Kenapa kamu mematikan televisinya?" Tanyaku kepada dia sambil segera aku nyalakan kembali meski dia menahanku.

"Eeehh...tidak, jangan dinyalakan Ros." Ucap kak Desi yang terlambat menahanku saat itu.

Rupanya kabar mengenai aku sudah beredar dengan begitu cepat di pemberitaan, bahkan wajahku disoroti oleh kamera mereka mendapatkan sebuah foto wanita tanpa busana dan blur yang nampak mirip seperti aku tengah berbaring di ranjang bersama seorang pria tua, tapi aku yakin sekali bahwa wanita yang ada di foto tersebut sama sekali bukan aku, mungkin bentuk tubuh dan rambutnya sama denganku, tapi aku sangat yakin bahwa itu bukan aku, sebab aku masih mengantongi nama orang yang merenggut kesucianku malam itu.

"Kak Desi kamu percaya padaku bukan, foto itu editan ada seseorang yang ingin menjatuhkan aku, ini semua tidak benar, orang di foto itu bukan aku kak." Ucapku kepada ga saat itu.

Aku pikir kak Desi akan langsung mempercayai aku dan membelaku namun dia justru malah menatap penuh keraguan padaku, seakan dia tidak mempercayai apa yang aku katakan padanya saat itu.

"Kak kenapa kamu diam saja? Kamu percaya denganku bukan?" Ucapku lagi sambil memegangi kedua pundaknya saat itu.

"Jika dia bukan kamu, kenapa malam itu kamu tiba-tiba tidak kembali lagi setelah pergi ke kamar mandi, dan kenapa kamu meninggalkan aku di bar seorang diri?" Tanya kak Desi yang membuat aku sangat tidak mengerti dengan apa yang dia katakan saat itu.

"Kak apa yang kamu katakan, aku bahkan tidak tahu apapun, aku baru ingin bertanya padamu mengenai kejadian malam tadi, kau memberiku minuman terakhir kali dan aku sudah tidak mengingat apapun setelah itu." Balasku dengan jujur kepadanya.

Namun kak Desi justru malah balik membentak aku dan dia menyalahkan aku atas hal yang aku sama sekali tidak ketahui saat itu.

"Tidak bukan hanya kamu yang tidak sadarkan diri Ros tetapi aku masih dalam keadaan mabuk malam itu dan aku mendapatkan aku tidur di bar itu, pelayan disana yang menjagaku dia membantu aku menempati kamar istirahat miliknya, dan mereka bilang kau yang menidurkan aku dan menitipkanku pada mereka, lalu mereka bilang kau pergi dengan seorang pria yang tidak di kenal, lalu pagi ini aku mendapati dirimu berada di kamar hotel dari siaran langsung seorang wartawan. Apa yang sudah kamu lakukan tadi malam di hotel itu Ros?" Tanya balik kak Desi padaku.

Aku merasa dia bukan seperti kak Desi yang aku kenal sebelumnya, dia bahkan berbicara seakan menuduhku saat ini, padahal sudah jelas aku datang ke bar itu karena mendapatkan telpon darinya dan hendak membawa dia pulang saat itu namun justru malah aku yang dipaksa untuk meminum minuman darinya sampai aku tidak sadarkan diri lagi setelah meminumnya.

"Kak, kenapa kamu tidak mempercayai aku, kita tumbuh bersama, mana mungkin aku melakukan hal kotor seperti itu." Ucapku kepadanya sambil memegangi tangannya.

Aku berusaha untuk meyakinkan kak Desi namun dia menghempaskan tanganku dengan kuat hingga aku mengerti sekarang bahwa dia memang sudah tidak mempercayai aku.

"Lepaskan tangan kotormu itu, kamu sudah menghancurkan karirmu sekaligus karirku sebagai menegermu, sekarang tidak ada lagi siapapun yang mau bekerjasama denganmu, kamu bahkan sudah di blacklist dari aktor di film action yang kamu bintangi saat ini, semua drama mu tidak akan menghasilkan uang lagi bagimu, kita sudah hancur, dan semua ini karena ulahmu, aku sangat kecewa padamu Ros!" Ucap kak Desi yang menyalahkan aku atas semua yang terjadi saat itu.

Aku hanya menatapnya dengan penuh kebingungan, hingga tidak lama muncul Mike ke rumahku dan dia langsung menghadapi dengan tatapan mata yang begitu tajam.

"Mike...kamu kesini, Mike kamu pasti percaya denganku bukan, orang yang ada di foto itu bukan aku meski mereka memang menyergapku di kamar hotel, tapi tidak ada siapapun disana hanya ada aku seorang diri, kau pasti percaya padaku kan Mike." Ucapku kepadanya.

Mike adalah satu-satunya harapanku saat ini, namun tidak aku sangka dia malah memberikan aku luka paling dalam, sebuah tamparan yang dia lepaskan kepadaku membuat aku meringis kesakitan dan hampir menitikan air mata saat itu.

"Plak!" Suara tamparan yang di lakukan oleh Mike kepadaku di hadapan kak Desi.

"Mike apa yang kamu lakukan, kenapa kau menampar Ros seperti ini?" Ucap kak Desi yang langsung menghalangi aku saat itu.

"Cukup Desi kenapa kau harus terlalu memanjakan adikmu yang tidak tahu diri ini, dia sudah menghancurkan karirnya dan bisnis kita semua, terutama dia sudah menghancurkan kepercayaan aku tentangnya, aku benci wanita murahan sepertinya, dan mulai sekarang aku sudah memutuskan untuk mencabut gelar aktrisnya dari perusahaanku, biar kau yang menggantikan dia Desi, dan sebaiknya kau tidak tinggal dengan wanita bejat seperti dia lagi." Ucap Mike kepadaku dengan tatapan yang tajam penuh kebencian.

"Mike kenapa kamu sebegitu marahnya denganku, apa kamu tidak ingin mencari bukti terlebih dahulu? Untuk memastikan apakah itu benar atau tidak? Sebab semua itu salah, bukan aku yang ada di foto itu, kamu harus percaya padaku Mike, aku bukan wanita seperti itu." Ucapku terus berusaha meyakinkan dia.

"Mike meskipun aku tahu apa yang dilakukan oleh Ros salah tetapi bisa saja dia dijebak dan dalam pengaruh obat ketika melakukan hal itu, kamu tidak bisa mengusirnya dari sini, meski aku tahu ini rumah pemberian darimu, tetapi Mike kemana adikku akan pergi jika kau mengusirnya dari sini." Ucap kak Desi yang seakan mengakui bahwa wanita di dalam foto dan yang diucapkan pemberitaan di televisi adalah sebuah kebenaran tentangku.

Aku menatap dengan penuh keheranan dan semakin curiga kepada kak Desi saat itu.

"Tunggu kak, apa yang kamu katakan, kenapa kau berkata seperti itu, aku tidak tidur dengan pria di dalam foto itu, kau salah kak." Ucapku kepadanya lagi.

"Sudah cukup, jika kau tidak tidur dengannya dan jika semua pemberian itu hanyalah kebohongan, apa kamu bisa membuktikannya padaku bahwa kamu memang tidak tidur dengan siapapun malam itu? Dan apa kamu bisa menjelaskan padaku mengapa kamu berada di kamar hotel dengan kondisi pakaian yang tidak utuh?" Ucap Mike kepadaku.

Aku hanya bisa terdiam karena aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya kepada dia, bahwa malam itu aku bahkan tidak mengingat apapun, aku tahu mungkin semua ini tetap salah tapi ini bukan hal yang sengaja aku lakukan, melainkan aku di jebak oleh orang lain yang sama sekali tidak aku ketahui siapa orangnya.

"Kenapa kau diam? Jika kau terus diam dan tidak bisa mengatakan apapun, aku anggap jawabanmu benar, kau memang tidak sebaik dan sepolos kelihatannya, aku sangat kecewa denganmu, Ros dan sebaiknya kau pergi dari sini sekarang juga, atau aku yang akan memanggil satpam agar menyeretmu keluar dari sini." Ucap dia padaku.

Aku sudah memutuskan untuk pergi dari mereka karena mereka berdua yang memang tetap tidak mempercayai aku meski aku berusaha keras untuk menjelaskan dan meyakinkan mereka bahwa semua itu adalah jebakkan dari orang yang membenciku, tapi rasanya percuma saja aku menjelaskan apapun kepada orang yang sudah terlanjur membenci aku dan hanya bisa di kuasai oleh emosi dalam dirinya semata.

"Baik, aku akan pergi dari sini, semoga kau bahagia dengan kakakku, dan kau kak Desi aku harap kamu bisa menggantikan aku dengan lebih baik, terimakasih karena sudah tidak mempercayai aku, mungkin persaudaraan kita cukup sampai disini." Ucapku kepadanya dan segera berlari ke kamarku.

Mengambil semua barangku lalu pergi dari rumah itu secepatnya, aku harus memakai kacamata dan topi untuk menyamar, karena berita tentangku tengah panas di media sosial dan di seluruh channel pemberitaan saat ini, jadi aku harus menutupi wajahku agar tetap aman dalam perjalanan.

Aku sungguh tidak tahu kemana aku harus pergi saat itu, tidak ada siapapun yang aku kenali selain kakakku dan Mike, namun sekarang kami bahkan bukan saudara lagi dan Mike tidak menganggap aku lagi.

Hanya bisa menangis seorang diri di pinggir jalan tanpa bisa melakukan apapun, dan tidak mengenali siapapun saat itu, aku hanya ingin pergi jauh ke tempat dimana aku tidak dikenali oleh siapapun, hingga aku memutuskan untuk pergi ke pinggir kota, dimana aku rasa hanya disanalah mungkin aku tidak akan terlalu familiar bagi masyarakatnya.

Sebelum itu, untuk berjaga-jaga, aku juga harus mengubah penampilan diriku dahulu, aku harus memakai wig yang aku miliki dan belum pernah aku pakai selama ini, sekaligus mengganti identitasku menjadi Rosa.

Hari demi hari telah berlalu dengan begitu cepat, dan sekarang sudah satu satu bulan lebih sejak kejadian pahit itu menerpa diriku, aku sudah memiliki sebuah rumah kecil yang ada di pinggiran kota dan harus bekerja sebagai pelayan di salah satu cafe kecil yang ada disana juga.

Hanya itu yang aku bisa lakukan untuk melanjutkan hidup setiap harinya, hingga sesuatu yang aneh mulai aku rasakan, perutku terasa mual dalam beberapa hari terakhir ini, dan aku terus saja tidak bisa berhenti muntah sampai bos menyuruhku untuk libur bekerja dan pulang saja untuk hari ini.

"Rosa sebaiknya kamu pulang saja, sepertinya kondisi badanmu sedang tidak sehat, kamu lebih baik periksa ke dokter saja," ucap bos padaku.

Aku mengangguk dan segera pergi dari sana, awalnya aku pikir aku mungkin hanya masuk angin atau lambungku kambuh lagi seperti biasanya namun rasa mualnya semakin hari terasa semakin berat dan nafsu makanku justru malah bertambah banyak, padahal biasanya, jika lambungku yang bermasalah aku selalu tidak memiliki nafsu makan namun kali ini malah menjadi sebaliknya.

Hingga teman sekaligus rekan kerja baruku Rasya mulai membantuku pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kondisiku.

Namun yang aku dapatkan justru aku malah mendapatkan kabar yang sangat mengagetkan.

"Selamat Bu, kamu hamil dan usia kandungannya sudah dua Minggu," ucap sang dokter itu membuat aku dan Rasya langsung terbelalak kaget.

"AA...AA... Apa dok, aku hamil?" Tanyaku lagi untuk memastikan.

"Iya...selamat ya, kalian pasti pasangan muda yang sudah menunggu kehadiran bayinya kan, jaga bayinya dengan baik dan usahakan jangan sampai melakukan pekerjaan yang berat-berat. Lebih banyak mengonsumsi makanan yang bergizi agar kesehatan bayinya dapat terjaga." Ucap dokter itu membuat aku sangat lemas dan tidak tahu harus berbuat apa.

Saat sudah pulang dari rumah sakit, aku tahu Rasya pasti sangat merasa heran dengan apa yang terjadi padaku, dan aku juga tidak tahu bagaimana caranya aku menjelaskan kepada Rasya tentang semua ini, suasana diantara kami berdua begitu canggung dan dia juga tidak bertanya apapun kepadaku saat itu.

"Rasya...kenapa kamu tidak bertanya tentang kehamilanku? Apakah kamu tidak ingin mengetahuinya sama sekali?" Tanyaku kepadanya sedikit heran.

"Bukan begitu, hanya saja jika kamu tidak ingin membicarakannya maka lebih baik jangan katakan, aku tidak masalah meski kamu hamil dengan orang lain biar kita mengurus bayinya, aku percaya padamu Ros." Ucapnya kepadaku.

Lagi dan lagi aku di buat kaget karena tiba-tiba saja Rasya mengetahui nama asliku, padahal sejak aku pindah ke tempat ini tidak ada siapapun yang mengetahui tentang identitasku, aku juga tidak pernah membuka penyamaranku.

"Tunggu, Rasya...dari mana kamu tahu aku Ros, apa jangan-jangan selama ini kamu memang sudah mengenali aku?" Tanyaku kepadanya lagi.

"Iya, sejak awal kamu meminta bantuanku untuk mencari rumah yang ada dijual, aku sudah tahu kau Ros, aktor terkenal yang harus menghilang karena sebuah rumor besar beberapa bulan lalu, aku sempat melihat kamu sebelum kamu memakai wig dan melakukan penyamaranmu itu, jadi aku tahu siapa kamu, tapi kamu tenang saja aku tidak akan membongkar semua rahasiamu termasuk dengan kehamilanmu, tapi Ros jika sekarang kamu hamil bukankah itu artinya rumor yang beredar benar?" Ucap Rasya kepadaku.

Aku kembali harus mengingat luka lama yang hampir saja akan terkubur dalam sejarah hidupku, namun sekarang harus terlihat mengambang lagi ke permukaan.

"Tidak semua rumor itu benar, tapi apa kamu akan mempercayai aku jika aku menceritakannya padamu?" Ucapku terlebih dahulu padanya.

Dan yang tidak aku sangka dia malah mengangguk seakan sangat mempercayai aku saat itu, bahkan sejak awal dia tahu bahwa aku adalah Ros bukan Rosa, dia tetap tidak membongkar identitas diriku dan malah terus membantu aku mendapatkan rumah dan pekerjaan.

"Tentu aku akan mempercayai dirimu, aku sudah mengidolakan kamu sejak kamu debut Ros," ucapnya lagi yang membuat aku hampir terharu di buatnya.

Aku pun menceritakan semua kejadian masa lalu itu kepada Rasya dan dia juga ikut terbelalak kaget mendengar semua pengakuan dariku saat itu.

"Bagaimana bisa kau di jebak seperti itu, dan apa kamu tidak curiga dengan menegermu itu, mungkin saja dia yang menjebakmu, karena dia yang telah memberikanmu minuman itu, dan kenapa kamu tidak berusaha untuk mencari tahu kebenarannya, termasuk siapa ayah dari bayimu itu." Ucap Rasya kepadaku.

Tidak aku sangka ternyata masih ada satu orang di dunia ini yang mempercayai aku sepenuhnya seperti Rasya ini, dia bahkan terlihat begitu tulus saat ikut marah dan memiliki pemikiran yang sama denganku tentang kecurigaan kepada Desi, melihat dia mempercayai aku sampai seperti itu, aku sudah sangat senang.

Episodes
1 Ros
2 Kehilangan Hal Berharga
3 Diusir
4 Menemui Tuan Jenson
5 Bertemu Tuan Jenson
6 Mencaritahu
7 Melahirkan
8 Memberikan Nama
9 Nayla dan Rasya
10 Mengantar Teguh
11 Menjemput Teguh
12 Bertengkar Dengan Teguh
13 Melarikan Diri
14 Masalalu
15 Memutuskan
16 Bermimpi
17 Hari Kelulusan
18 Segera Pergi
19 Gagal Melarikan Diri
20 Di Perjalanan Pulang
21 Mempercepat Pindah
22 Bertemu Rasya dan Nayla
23 Melihat Mike dan Desi
24 Bekerja di Butik
25 Kekesalan Tuan Jenson
26 Salah Naik Taxi
27 Didesak Teguh
28 Menemui Nenek
29 Mencari Teguh
30 Menjemput Teguh
31 Menemui Tuan Jenson
32 Diobati Tuan Jenson
33 Diantar Pulang
34 Sangat Kaget
35 Rencana Roy
36 Kenyataan Tentang Rasya dan Nayla
37 Pilihan Yang Sulit
38 Kejadian Memalukan
39 Bertemu Mike
40 Kesenangan Tuan Jenson
41 Kecemasan Desi
42 Di Meja Makan
43 Kekesalan Tuan Jenson
44 Diketahui Teguh
45 Kembali Syuting Iklan Pertama
46 Memberikan Semangat
47 Merasa Heran
48 Bermain Dengan Tuan Jenson
49 Salah paham
50 Memilih Gaun
51 Rencana Desi dan Mike
52 Mengungkapkan Perasaan
53 Sebuah Kesalahan
54 Hari Pernikahan
55 Dibela Tuan Jenson
56 Berusaha Jadi Istri Yang Baik
57 Menonton TV
58 Ke Kantor Tuan Jenson
59 Penjelasan Tuan Jenson
60 Kecemburuan Ros
61 Bertemu Nenek
62 Bicara Dengan Tuan Jenson
63 Mengatakan Keinginan
64 Mike Sebagai Juri
65 Mengobrol Dengan Moris
66 Mengejar Desi
67 Dijemput Tuan Jenson
68 Dikecupnya Tiba-tiba
69 Ketahuan
70 Mendesakku
71 Ditertawakan Roy
72 Mengobati Kaki Tuan Jenson
73 Pengumuman Tasting
74 Perhatian Tuan Jenson
75 Keinginan Teguh
76 Di Kamar Tuan Jenson
77 Bersama Seutuhnya
78 Rencana Liburan
79 Perihal Nama Panggilan
80 Panggilan dari Produser
81 Rapat Bersama
82 Bertabrakan dengan Moris
83 Kedatangan Tuan Jenson
84 Ketahuan Moris
85 Kejahatan Desi
86 Diikuti Seseorang
87 Bertemu Nayla
88 Kepikiran
89 Di Pesawat
90 Berebut Ros
91 Siap Tidur
92 Sekretaris Roy Bertemu Moris
93 Berlibur
94 Bercanda Dengan Tuan Jenson
95 Kabar Mengejutkan
96 Menyembunyikan Dahulu Identitas
97 Banyak Wartawan
98 Diikuti
99 Menduga Pelakunya
100 Pertemuan Ketiga Moris dan Roy
101 Menenangkan Desi
102 Masa Lalu Desi
103 Kebenaran Yang Terungkap
104 Solusi Terbaik
105 Merasa Cemas Tak Menentu
106 Mendesak Desi
107 Berhasil Membawa Pulang Rasya
108 Rahasia Rasya
109 Kesialan Desi
110 Keadaan Desi
111 Pergi Ke Lokasi Syuting
112 Kekonyolan Moris
113 Hampir Celaka Oleh Mike
114 Menangis
115 Menenangkan Diri
116 Pulang
117 Membujuk Tuan Jenson
118 Menjelaskan
Episodes

Updated 118 Episodes

1
Ros
2
Kehilangan Hal Berharga
3
Diusir
4
Menemui Tuan Jenson
5
Bertemu Tuan Jenson
6
Mencaritahu
7
Melahirkan
8
Memberikan Nama
9
Nayla dan Rasya
10
Mengantar Teguh
11
Menjemput Teguh
12
Bertengkar Dengan Teguh
13
Melarikan Diri
14
Masalalu
15
Memutuskan
16
Bermimpi
17
Hari Kelulusan
18
Segera Pergi
19
Gagal Melarikan Diri
20
Di Perjalanan Pulang
21
Mempercepat Pindah
22
Bertemu Rasya dan Nayla
23
Melihat Mike dan Desi
24
Bekerja di Butik
25
Kekesalan Tuan Jenson
26
Salah Naik Taxi
27
Didesak Teguh
28
Menemui Nenek
29
Mencari Teguh
30
Menjemput Teguh
31
Menemui Tuan Jenson
32
Diobati Tuan Jenson
33
Diantar Pulang
34
Sangat Kaget
35
Rencana Roy
36
Kenyataan Tentang Rasya dan Nayla
37
Pilihan Yang Sulit
38
Kejadian Memalukan
39
Bertemu Mike
40
Kesenangan Tuan Jenson
41
Kecemasan Desi
42
Di Meja Makan
43
Kekesalan Tuan Jenson
44
Diketahui Teguh
45
Kembali Syuting Iklan Pertama
46
Memberikan Semangat
47
Merasa Heran
48
Bermain Dengan Tuan Jenson
49
Salah paham
50
Memilih Gaun
51
Rencana Desi dan Mike
52
Mengungkapkan Perasaan
53
Sebuah Kesalahan
54
Hari Pernikahan
55
Dibela Tuan Jenson
56
Berusaha Jadi Istri Yang Baik
57
Menonton TV
58
Ke Kantor Tuan Jenson
59
Penjelasan Tuan Jenson
60
Kecemburuan Ros
61
Bertemu Nenek
62
Bicara Dengan Tuan Jenson
63
Mengatakan Keinginan
64
Mike Sebagai Juri
65
Mengobrol Dengan Moris
66
Mengejar Desi
67
Dijemput Tuan Jenson
68
Dikecupnya Tiba-tiba
69
Ketahuan
70
Mendesakku
71
Ditertawakan Roy
72
Mengobati Kaki Tuan Jenson
73
Pengumuman Tasting
74
Perhatian Tuan Jenson
75
Keinginan Teguh
76
Di Kamar Tuan Jenson
77
Bersama Seutuhnya
78
Rencana Liburan
79
Perihal Nama Panggilan
80
Panggilan dari Produser
81
Rapat Bersama
82
Bertabrakan dengan Moris
83
Kedatangan Tuan Jenson
84
Ketahuan Moris
85
Kejahatan Desi
86
Diikuti Seseorang
87
Bertemu Nayla
88
Kepikiran
89
Di Pesawat
90
Berebut Ros
91
Siap Tidur
92
Sekretaris Roy Bertemu Moris
93
Berlibur
94
Bercanda Dengan Tuan Jenson
95
Kabar Mengejutkan
96
Menyembunyikan Dahulu Identitas
97
Banyak Wartawan
98
Diikuti
99
Menduga Pelakunya
100
Pertemuan Ketiga Moris dan Roy
101
Menenangkan Desi
102
Masa Lalu Desi
103
Kebenaran Yang Terungkap
104
Solusi Terbaik
105
Merasa Cemas Tak Menentu
106
Mendesak Desi
107
Berhasil Membawa Pulang Rasya
108
Rahasia Rasya
109
Kesialan Desi
110
Keadaan Desi
111
Pergi Ke Lokasi Syuting
112
Kekonyolan Moris
113
Hampir Celaka Oleh Mike
114
Menangis
115
Menenangkan Diri
116
Pulang
117
Membujuk Tuan Jenson
118
Menjelaskan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!