Sakit ….
Sekujur tubuhku terasa nyeri, tidak bisa digerakkan. Apa ini yang dinamakan alam akhirat? Aku tak yakin. Di mana aku?
Perlahan aku membuka mata, menemukan diriku sedang berada di sebelah tempat sampah. Aku terbaring, mengamati sekitar. Ini sebuah jalan buntu di antara dua buah bangunan besar.
Aku mencoba untuk berdiri, tetapi kakiku sepertinya patah hingga membuatku tak bisa berjalan. Rasa sakit serta kondisi tubuh ini … apakah aku sebenarnya tidak di alam akhirat, melainkan jiwaku bertukar dengan jiwa anak kecil ini? Bagaimana ini bisa terjadi?
“Luo Xiao, di mana kau?” Suara itu terdengar perlahan mendekat, tetapi aku tak yakin bahwa panggilan tersebut ditunjukkan padaku. “Di sana ternyata.”
Seorang nenek bertubuh kurus dengan rambut putih panjang segera berlari ke arahku. Dia langsung memeluk erat tubuhku yang terasa sangat sakit, berkata, “Syukurlah kau masih hidup. Syukurlah ….”
Sungguh, aku tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Namun, satu hal yang pasti bahwa nenek berambut putih ini sangat menyanyangi anak yang tubuhnya kini menjadi milikku.
***
Rumah reyot dan kumuh, baju dekil serta ranjang yang sudah berbunyi adalah tempat di mana aku terbaring, dibalut oleh kain-kain kotor untuk menghentikan darah keluar dari lukaku. Ini jauh berbeda dibandingkan dengan istana dan takhta yang dulu aku duduki. Semua ini memaksaku kembali memulai dari awal, ketika aku belum menjadi Raja Daratan.
Mungkinkah dewa-dewa sedang mengujiku, hingga akhirnya aku menempati takhta tertinggi di dunia lagi? Jika iya, maka sangat disayangkan aku tidak lagi memiliki ambisi untuk menjadi Raja Daratan seperti dulu. Aku sudah puas dengan kehidupan lamaku, jadi tidak ada alasan bagiku untuk mengulanginya lagi.
“Luo Xiao, kau sudah bangun?” Nenek berambut putih duduk di ranjangku, mulai menyuapiku dengan bubur tanpa rasa yang dimasaknya. “Makanlah agar kau cepat membaik, Luo Xiao.”
Aku hanya mengangguk dan memakan dengan lahap bubur yang sudah disiapkan olehnya. Meski bubur ini hambar, aku tetap menikmatinya karena merasa sangat kelaparan.
Kendati aku tidak memiliki keinginan untuk mencapai puncak dunia lagi, aku juga tidak akan diam dan membiarkan hidupku seperti ini saja. Terutama, ketika ada seorang nenek yang sangat baik merawatku. Setidaknya, aku harus membuatnya merasakan kehidupan yang layak selagi dia masih hidup.
“Anak baik, kau berhasil menghabiskannya, Luo Xiao,” kata nenek yang kemudian segera pergi setelah mengelus pelan kepalaku.
Omong-omong, sepertinya Luo Xiao adalah nama dari anak yang sekarang tubuhnya kuambil alih ini. Apa ini sebuah kebetulan atau petunjuk dari dewa-dewa? Semoga hanya kebetulan saja, aku sudah tak ingin lagi berurusan dengan mereka.
Menggelengkan kepala beberapa kali, aku lantas terpikir akan sesuatu. “Apa mungkin aku bisa menggunakannya sekarang?”
Aku segera menarik napas panjang, mengosongkan pikirkan, perlahan merasakan setiap sel dalam tubuhku. Meski samar, aku berhasil merasakannya mengalir ke seluruh tubuh! Aku merasakan Chi! Dan itu adalah Chi Emas yang sangat kuat, lebih kuat dari Chi-ku di zaman kejayaanku. Lagi-lagi, apa ini hanya sekedar kebetulan?
***
Sebulan berlalu, berkat Chi Emas yang langka ternyata mengalir dalam tubuhku, semua luka, termasuk tulang yang patah, sudah sembuh seluruhnya. Aku dapat beraktivitas dengan normal tanpa kesusahan. Tidak hanya itu, aku sekarang dapat berlari dengan sangat cepat, hingga berhasil menguasi beberapa jurus dasarku yang dulu.
Selama sebulan masa pemulihan, aku mendapatkan ingatan dari anak malang ini. Dia dibuang, hidup tanpa tahu siapa orangtuanya, beruntung ada seorang nenek baik hati yang memungutnya, menjadikannya anak angkat. Namun, nenek itu sangat berkekurangan sehingga anak ini harus mengais sisa makanan di tempat sampah tiap hari agar dapat makan.
Lalu, pada suatu hari, anak ini ingin sekali memberikan neneknya sebuah apel segar. Meski tidak memiliki pengalaman apa pun, dia memaksakan dirinya untuk mencuri, tetapi sayangnya dia ketahuan.
Ketahuan telah mencuri, anak malang ini pun dihakimi secara sepihak oleh warga. Dia dianiaya hingga tewas, kemudian dibuang di tempat sampah. Di sanalah saat nyawanya hilang dan jiwaku malah masuk ke dalam tubuhnya.
Nasib malang ini, jauh lebih buruk daripada ketika dulu aku mendaki hingga ke puncak kejayaanku. Dulu aku juga tidak berasal dari keluarga kaya, tetapi juga tak bisa dibilang miskin. Lalu, dengan tekad serta semua sumber daya yang ada, aku merangkak sampai akhirnya mendapatkan kekuatan besar.
Menggelengkan kepala beberapa kali, kemudian mengembuskan napas panjang. Di pagi hari yang cerah dan segar ini, aku sudah memiliki rencana untuk melakukan sesuatu, tentu untuk membuat nenek berambut putih itu senang. Katakan saja ini sebagai sedikit balasan dariku padanya.
“Nenek, aku akan pergi ke luar sebentar,” kataku ketika berjalan keluar.
“Hati-hati …,” sahut si nenek.
Tidak mengatakan apa pun lagi, aku segera berangkat ke hutan—meskipun rumah nenek ini berada di tengah hutan. Tapi, intinya aku masuk ke dalam hutan untuk berburu. Aku berharap bisa mendapatkan seekor babi hutan pagi ini.
Beberapa menit perjalanan, tidak kunjung juga kulihat tanda-tanda ataupun jejak dari hewan yang aku cari. Padahal hutan ini terkenal dengan banyaknya hewan yang suka berkeliaran. Bahkan tak heran melihat beberapa pemburu masuk ke hutan sampai tiba di rumah si nenek, atau sekarang bisa disebut juga rumahku.
“Hm … apakah aku masih memiliki aura Raja Daratan sehingga tidak ada seekor pun babi hutan berani mendekat?” Aku berpikir sejenak, lalu mengembuskan napas panjang. “Aku tak yakin ….”
Sebelum aku menjadi murung, tiba-tiba saja suara yang aku kenali terdengar. Aku segera berbalik, dan benar saja, ternyata ada seekor babi hutan yang berlari begitu cepat ke arahku. Tentu aku tak tahu tujuannya, tetapi meskipun dia berniat menabrakku, aku hanya perlu bergeser sedikit.
Tepat seperti apa yang kupikirkan, seekor babi hutan tidak dapat berbelok dan segera menabrak pohon besar di depannya.
Dear Babi Hutan, berlari cepat itu bagus, tapi kau juga harus belajar berbelok agar tidak bablas. Sekian dan terima kasih kembali. Hahaha!
“Kau tidak akan bisa lari lagi, makan siangku tercinta!” Aku segera mengangkat tangan kananku, mengalirkan Chi dan bersiap menebas babi hutan ini dari atas. Akan tetapi, niat itu seketika sirna ketika aku mendengar seruan orang dari belakangku.
“Itu dia!”
Sebatang anak panah melesat, langsung menembus perut si babi hutan, hingga babi itu menjerit, kemudian bergerak tanpa arah. Namun, serangan anak panah tidak sampai di sana aja, tetapi ada dua anak panah lagi yang menancap di tubuhnya, membuat hewan itu tak sanggup bergerak lagi.
“Siapa gerangan orang-orang baik yang mau membantu menangkap makan siangku?” Aku sedikit heran. “Tapi, terima kasih orang baik. Karena kau, aku tidak perlu menggunakan Chi-ku.” Setelah itu aku langsung menurunkan tangan kananku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Luthfi Afifzaidan
lanjut
2023-07-31
0
arsil
jangan pke aku..aku lah thor..g enak jd baca ny..
2023-07-03
0
𝓐𝔂⃝❥Ŝŵȅȩtŷ⍲᱅Đĕℝëe
siapa tuh kira² yg bantuin ya 🤔
2023-06-30
0