3

Tidak … ini sangat-sangat-sangat tidak nyaman. Siapa pun, tolong aku keluar dari situasi ini ….

Bocah ingusan terus saja mengawasiku ketika kami makan bersama—termasuk nenek, di rumahku. Kami duduk mengelilingi meja yang berukuran cukup besar di ruang tamu, dan kebetulan Bocah ingusan duduk tepat di depanku.

Alasan mengapa pemuda itu terus waspada tak lain karena dia masih belum dapat memercayaiku. Walaupun itu cukup wajar, karena sekarang dia makan dengan orang kuat yang baru saja dia temui. Aku rasa tak baik untuk menyalahkannya sekarang.

“Aku selesai.” Merasa benar-benar tidak nyaman, aku memutuskan untuk pergi. “Aku mau mencari angin sejenak.”

“Kau tidak mau makan lebih banyak lagi, Luo Xiao?” tanya nenek. “Ini pertama kalinya, kan, kita dapat makan makanan enak seperti ini ….”

Aku menggelengkan kepala, tersenyum ramah, lalu berkata, “Aku sudah kenyang, Nek. Aku duluan ya.” Aku pun segera pergi ke teras.

Belum juga aku dapat menghirup udara segar, tiba-tiba Bocah ingusan menyusul. Tentu aku tidak tahu motivasinya mengikutiku.

“Luo Xiao, katakan padaku sejujurnya. Apa kau hanya tinggal berdua dengan nenek itu?” Bocah ingusan lantas duduk di teras, tepat di sebelah kananku.

“Ya. Dari apa yang bisa kuingat, aku sedari kecil hanya tinggal dengan nenek.” Sejenak aku melirik Bocah ingusan. Dia tampaknya tidak terlalu waspada lagi seperti sebelumnya.

“Bagaimana dengan orangtuamu?”

“Di kehidupan ini, aku tidak tahu siapa orangtuaku.”

Selain itu, aku juga tak peduli apakah aku memiliki orangtua atau tidak di kehidupan keduaku ini. Aku sudah puas dengan kehidupan pertamaku, dan tak ada alasan lagi sebenarnya bagiku untuk menjadi kehidupan kedua.

“Maaf …, aku tak tahu.” Bocah ingusan sedikit merendahkan tubuhnya padaku, memperlihatkan ketulusannya meminta maaf.

“Haah ….” Suasana ini menjadi tidak menyenangkan. “Aku sudah mengatakan padamu tidak akan menerima perkataan maafmu. Jadi, hentikan segera, karena itu percuma.”

“Apakah Raja Daratan—Luo Xiao memang sesombong ini?”

“Ya, aku memang sesombong itu!”

Keheningan pun terjadi selama beberapa saat. Jujur saja, aku tidak terlalu peduli dengan keheningan ini, karena memang tidak penting sama sekali. Namun, suasana ini membuatku menjadi cukup lega. Aku tidak menyangka dapat menikmati hari tenang tanpa perlu memikirkan semua permasalahan atau apa pun itu yang ada di daratan selama aku menduduki takhta.

“Luo Xiao!” Keheningan tadi seketika hancur oleh suara keras yang datang dari belakangku. Aku menoleh, melihat di sana ada Yue Jian yang tengah membungkukkan tubuhnya ke arahku, kembali berkata, “Jadikan aku muridmu!”

“Huh?! Murid?!” Jangan salah, yang menanggapi bukanlah aku, tetapi Bocah ingusan yang segera berdiri, tampak terkejut. “Yue Jian. Aku tahu kau memang aneh, tetapi tetap tidak sampai ke tahap kau membungkuk untuk menjadi murid seorang anak kecil!”

“Aku sungguh akan memukulmu hingga terbang kalau kau menyebutku anak kecil lagi!”

“Akui saja kau memang masih kecil, adik kecil! Hahaha!”

Sebelum aku sempat merespons balasan Bocah ingusan, Yue Jian berkata, “Meskipun tubuhnya kecil, tetapi dia sangat kuat.” Dia mengepal erat tangan kanannya. “Aku sudah bertekad untuk menjadi kuat. Terima aku sebagai muridmu, Luo Xiao!”

“Haah ….” Aku tak habis pikir. “Aku tidak tahu harus berkata kau itu pintar atau bodoh.”

“Aku tidak berada di dua-duanya. Aku hanya ingin bertambah kuat. Itu saja!”

Baiklah, ini merupakan percakapan serius, aku tak bisa menjawabnya dengan lelucon. Saatnya serius.

“Apa tujuanmu setelah menjadi kuat?” Kali ini aku membuat suaraku terdengar lebih memiliki kharisma. “Balas dendam? Kekuasaan? Atau hal lain?”

“Aku ….” Yue Jian mengatur tarikan napas sejenak. “Aku hendak membalas dendam pada Ras Manusia Naga!”

“Ras Manusia Naga?”

“Biar aku saja yang menjelaskan,” potong Bocah ingusan. “Sejujurnya kami dulunya pembantu di kediaman Ras Manusia Naga. Sampai akhirnya, Ras Manusia Naga itu mulai menganiaya, hingga orantua kami masing-masing meninggal akibat penganiayaan itu.”

Sejauh ini, aku dapat paham alasan mereka balas dendam. Aku yakin hidup dengan menyimpan dendam itu memang tidak mudah. Namun, aku mempunyai pertanyaan lain, “Lalu, apakah dengan balas dendam, kalian akan menjadi bahagia? Apa kalian akan puas?”

“Itu ….”

“Sudahlah.” Aku mengembuskan napas panjang. “Kalian tidak perlu menjawabnya sekarang. Tapi, biarkan aku mendengar jawabannya ketika kalian sudah siap.”

“Apa itu artinya …?” Yue Jian yang sedari tadi menundukkan kepalanya, kini kembali tegak dan menatapku.

Aku tersenyum tipis. “Aku akan mengajari kalian menjadi Pendekar Manusia yang hebat! Setelah itu, baru kalian jawab pertanyaanku tadi, Yue Jian, Bocah ingusan!”

“Namaku Zhang!” sahut Bocah ingusan.

“Baiklah. Saatnya untuk menguji kekuatan kalian terlebih dahulu!” Aku mengabaikan Bocah ingusan, mulai berjalan ke halaman. “Tunjukkan semua kemampuan yang kalian miliki.”

***

Serangan jarak jauh dengan panah yang sangat akurat, aku bisa menghitungnya sebagai poin terbaik untuk Yue Jian. Dia sungguh hebat dalam meluncurkan tembakan-tembakan dengan akurasi yang luar biasa. Jika saja aku tidak menangkis serangannya dengan tanganku, mungkin sekarang anak panahnya sudah menembus jantungku.

Akan tetapi, di sisi lain, Bocah ingusan sangat tidak berbakat dalam memanah. Semua anak panahnya melesat tanpa arah, seperti memang tidak diarahkan. Tidak hanya itu, karena kesal panahnya tidak ada yang menyentuhku, dia kehabisan kesabaran dan langsung menerjang ke depan.

“Pukulan selemah ini, tetapi kau mencoba menyerang lawan dari jarak dekat? Kau bodoh, ya?!” Tanpa ampun sedikit pun, aku menangkis semua pukulan Bocah ingusan, lalu menyerang balik.

Aku mengangkat tubuh Bocah ingusan, lalu membantingnya. Kurasa ini bisa menjadi salah satu pelajaran berharga padanya, di hari pertama dia menjadi muridku.

“Yue Jian, kau terlalu meninggikan tembakan panahmu sampai lupa kalau ada banyak jenis serangan di luar sana!” Aku melesat cepat, menghindari semua tembakan anak panah yang akurasinya memang sangat mengerikan. “Akan kutunjukkan padamu bagaimana jadinya kalau serangan itu tidak berfungsi lagi!”

“Aku tidak akan kalah, Guru!” Yue Jian melepaskan anak panah terakhirnya.

Mengesankan. Bahkan dalam keadaan yang menyudutkan, dia masih sanggup meluncurkan satu tembakan anak panah yang mengarah tepat ke jantungku. Namun, sangat disayangkan, aku berhasil menangkis serangan itu dengan satu tangan, lalu memperpendek jarak dengan Yue Jian.

“Terima ini!” Aku meluncurkan satu pukulan keras, tetapi langsung ditangkis oleh Yue Jian.

Meskipun Yue Jian berhasil meluncurkan pukulan tepat ke pukulanku, pukulannya yang lemah tidak berhasil menghentikan seranganku. Yue Jian kehilangan keseimbangan, lalu aku meluncurkan serangan susulan dengan tendangan hingga membuat pemuda itu jatuh.

“Kurasa kau paham apa yang kurang dari dirimu, Yue Jian,” kataku.

“Iya, Guru.” Yue Jian menganggukkan kepala.

Entah mengapa, menjadi guru dari Yue Jian dan Bocah ingusan membuatku bernostalgia. Aku jadi terpikir, kapan terakhir kali aku melatih seorang pendekar di kehidupan sebelumnya?

 

Terpopuler

Comments

Jade Meamoure

Jade Meamoure

ini si Luo kan kembali jadi anak kecil walaupun kesadaran dia orang yg udah bangkotan koq cepet ngaku seorang reinkarnator bingung aq

2024-01-19

1

Iyah

2023-09-18

0

Firenia

Firenia

iya kesambet apa ni orang

2023-06-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!