Hm … apa yang sebenarnya sedang terjadi? Apakah mereka sungguh mengabaikan aku? Aku … Luo Xiao sang Raja Daratan?!
Aku hanya dapat tersenyum kala dua orang pemuda dengan panah di masing-masing tangan mereka, bergegas mengambil babi hutan tadi. Mereka sepenuhnya mengabaikan aku yang dengan tulus hendak mengucapkan terima kasih.
“Anu …,” kataku, pelan, masih tersenyum kaku ke arah mereka. “Babi hutan itu milikku.”
“Huh?!” Salah satu pemuda itu akhirnya menoleh padaku. “Kenapa ada seorang anak kecil di sini? Cepat pulanglah. Tempat ini berbahaya untukmu, adik kecil.”
“Adik kecil …?” Mereka memanggilku, seorang Raja Daratan ini, adik kecil? “Kau yang adik kecil, bocah ingusan!” Akhirnya aku tidak menahan diri lagi, langsung berteriak.
“Kau berisik sekali,” jawab pemuda lain sembari mencabut anak panahnya. “Kalau kau memang menginginkan babi hutan ini, kau boleh makan bersama kami. Kurasa dagingnya terlalu banyak jika hanya untuk kami berdua.”
Pemuda yang satunya lagi ternyata lebih baik daripada pemuda sebelumnya. Harus kuakui, berkat itu kalian berhasil keluar dari murka sang Raja Daratan ini!
“Itu katanya, adik kecil. Bagaimana, apa kau mau ikut?”
“Aku bukan adik kecilmu, bocah ingusan!” Kurasa aku tidak ingin lagi mendengar pemuda yang pertama berbicara tadi. Namun, aku menghela napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. “Baiklah, aku menghargai tawaran kalian. Tapi, aku juga akan mengajak nenekku untuk makan bersama!”
“Kenapa kau tidak ajak orang sekampung saja?!”
“Sudahlah.” Pemuda yang selesai mencabut semua anak panahnya, berdiri, menenangkan pemuda yang lain. “Tidak masalah. Tapi kami tak sudi bila harus kembali ke desa.”
“Kau beruntung, karena rumah kami ada di hutan ini,” jawabku.
***
Akhirnya, karena merasa kasihan dengan dua pemburu ini yang sepertinya adalah buronan, aku membawa mereka ke rumahku. Saat dalam perjalanan, mereka memberitahuku nama mereka.
Pemuda yang sangat tenang dan baik hati bernama Yue Jian. Sedangkan pemuda kurang ajar yang memanggil Raja Daratan ini dengan sebutan adik kecil, bernama Zhang. Namun, aku tidak akan sudi memanggil dia dengan namanya!
“Kita sampai,” kataku ketika tiba di depan rumah reyot.
“Aku tak menyangka sungguh ada rumah di tengah hutan yang berbahaya ini.” Yue Jian terlihat sedikit kagum. Padahal, apa yang harus dikagumi dari rumah reyot yang terlihat akan segera roboh ini?
“Kukira rumahmu akan sangat megah, Raja Daratan kecil.”
“Diam kau bocah ingusan! Aku tidak butuh komentarmu!”
“Hahaha! Maafkan aku. Aku hanya bercanda.”
“Tidak akan pernah ada maaf bagimu, bocah ingusan!”
“Ada apa ini rebut-ribut?” Nenek pun keluar ketika mendengar ada sedikit keributan. “Luo Xiao, kau sudah kembali? Siapa orang-orang ini?”
“Maaf mengganggu, Nek,” sahut Yue Jian. “Aku Yue Jian. Kami adalah kenalan Luo Xiao, ke sini untuk makan bersama ….”
“Namaku, Zhang—”
“Tidak perlu,” aku segera memotong, lalu mendekat pada nenek. “Bolehkah kami meminjam rumah untuk makan siang, Nek?”
“Hahaha.” Nenek mengelus kepalaku. “Jika itu untukmu dan teman-temanmu, mereka menginap pun boleh.”
“Terima kasih, Nek.”
“Hm. Kalau begitu, nenek akan kembali.”
“Iya.”
Setelah nenek masuk, aku segera memberikan perintah pada dua pemuda tadi. Mungkin lebih tepatnya, aku hanya memberikan perintah pada Bocah ingusan.
“Bocah ingusan, segera nyalakan api untuk menyiapkan makan siang kita!” suruhku.
“Kau pikir aku anak buahmu?!” Bocah ingusan membalas.
“Kalau kalian terus bertengkar, aku tidak akan memberikan kalian sepotong pun daging babi ini,” Yue Jian menegaskan.
“Dengarkan itu, Bocah ingusan!”
“Yang Yue Jian maksud itu kau, adik kecil!”
“Kalau kalian tidak segera menyiapkan api, aku akan memasak kalian juga sebagai makanan penutup!” Kali ini Yue Jian menatap tajam ke arah aku dan Bocah ingusan.
Aku tidak mau mengakuinya, tetapi Yue Jian berhasil membuatku bekerja sama dengan Bocah ingusan untuk menyiapkan perapian. Meskipun kerjasama yang terjadi hanya sebatas mengumpulkan kayu, lalu menumpuknya sebelum dibakar.
Setelah merasa kayu yang ditumpuk sudah cukup, aku melihat Bocah ingusan mengeluarkan dua buah batu dari tas kecilnya. Bukan hanya itu, dia juga mengeluarkan sesuatu seperti sabuk kelapa, lalu menggosok-gosokkan kedua batu tadi di dekat sabuk kepala.
“Apa yang kau lakukan, Bocah ingusan?” tanyaku.
“Kau tidak tahu?” Dia menatap heran pada aku yang menggelengkan kepala. “Aku hampir lupa kalau kau masih kecil. Tidak heran kau tak tahu cara menyalakan api. Hahaha!”
“Huh?! Aku tak perlu bersusah payah hanya untuk menyalakan api, Bocah ingusan!” Aku mengarahkan telapak tangan kananku ke tumpukan kayu.
“Apa yang mau kau lakukan?”
“Apa lagi kalau bukan menyalakan api?” Segera energi Chi di tangan kananku berubah menjadi api yang menyembur ke tumpukan kayu. Dalam sekejap mata, perapian sudah berhasil dinyalakan.
“Kau ….” Bocah ingusan mundur dan segera berdiri. Dia mengamatiku sembari siaga. “Siapa kau sebenarnya? Kenapa bisa menggunakan kekuatan tingkat tinggi seperti itu?!”
“Tingkat tinggi?” Aku memiringkan kepala. “Bukankah ini adalah Teknik dasar yang dikuasai oleh semua pendekar?”
“Jangan bercanda denganku, Luo Xiao.” Bocah ingusan lantas menarik keluar anak panahnya, siap bertarung dengan panah di tangannya. “Mengubah Chi menjadi kekuatan elemen tidak dapat dilakukan pendekar biasa!”
“Jadi kau juga pendekar?”
“Ya, aku adalah pendekar. Aku sangat tahu bahwa melakukan perubahan Chi menjadi kekuatan elemen itu sangatlah sulit! Hanya orang-orang kuat dan memiliki banyak sumber daya yang dapat melakukannya!”
Aku tidak memikirkan ini sebelumnya, tetapi sekarang aku harus mulai bertanya-tanya. Sebenarnya, aku hidup di dunia apa? Kenapa pengetahuan mereka tentang kekuatan pendekar bisa seperti ini? Di zamanku dulu, mengubah Chi menjadi kekuatan elemen adalah Teknik paling dasar yang harus dikuasi sebelum akhirnya memiliki cara bertarungnya sendiri. Namun, di sini mengubah Chi menjadi kekuatan elemen hanya bisa dilakukan orang-orang kuat dan kaya?
“Apa yang terjadi?” tanya Yue Jian yang baru kembali setelah membersihkan bahan makan siang kami.
Bocah ingusan segera menjawab, “Berhati-hatilah, Yue Jian.” Dia menatap tajam mataku. “Orang ini bisa mengubah Chi menjadi kekuatan elemen dengan sangat mudah! Aku yakin dia bukan orang biasa!”
“Oh ….” Yue Jian tampak tidak begitu peduli. “Bukankah dia memang reinkarnasi dari Raja Daratan—Luo Xiao? Apa yang kau herankan, Zhang?” Pemuda ini benar-benar tidak peduli dan malah mulai memanggang babi hutan seorang diri.
“Yue Jian!” bentak Bocah ingusan. “Kau tidak mungkin memercayai ucapannya begitu saja, kan? Reinkarnasi apanya? Meskipun namanya sama, tetapi bukan berarti sungguh dia! Orang ini sangat mungkin adalah penipu atau sejenisnya!”
“Lalu apa yang akan kau lakukan tentang itu?” Jauh di luar dugaanku, Yue Jian masih tampak acuh tak acuh. “Kalau dia memang sekuat itu, ketika dia mau membunuh kita, kita juga tak dapat berbuat apa-apa. Panah di tangan kita ini sangat mungkin tak berguna untuk melawannya, Zhang.”
Aku harus mengakui kalau Yue Jian dapat berpikir dengan lebih tenang dalam segala situasi. Sangat jauh berbeda dengan Bocah ingusan yang terlihat jelas sangat gegabah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Jade Meamoure
koq menggunakan kata bocah ingusan sih Thor gak enak banget d baca
2024-01-19
1
eakk
2023-09-18
0
Luthfi Afifzaidan
up
2023-07-31
1