4

Kurasa aku secara tidak sengaja menjadi ingat kembali, hari ketika aku melatih murid terbaikku. Namanya Chi Ling, seorang pemuda berbakat yang aku pungut di sungai.

Sekarang, di kehidupan keduaku ini, aku sangat yakin tidak akan bisa bertemu dengannya lagi. Namun, satu hal yang jelas adalah bahwa Chi Ling merupakan salah satu pendekar kuat di saat aku duduk di takhta.

Walaupun Chi Ling dulunya pendekar kuat, dia tidak tertarik dengan kekuasaan atau apa pun itu. Dia selalu saja pergi mengembara bahkan sampai bertahun-tahun tidak pulang. Dan tentu saja, dia tidak ada saat aku dibunuh oleh temanku sendiri.

“Apakah aku bisa bertemu dengannya di kehidupan kedua ini?” gumamku. “Kurasa aku sedikit rindu dengannya.”

“Bertemu dengan siapa, Guru?” tanya Yue Jian yang perlahan berdiri.

“Hahaha. Bukan apa-apa.” Aku mulai berjalan pergi, masuk ke dalam rumah. “Sudah cukup untuk hari ini. Aku akan menyiapkan latihan yang cocok untuk kalian berdua besok.”

“Baik, Guru!”

***

Hari pun berganti. Angin berembus pelan di pagi hari kala aku, Yue Jian dan Bocah ingusan berkumpul di halaman rumah. Alasan kami berkumpul tak lain adalah berlatih, atau lebih tepatnya aku akan melatih mereka dengan formula latihan yang sudah kusiapkan.

“Setelah aku pikirkan lagi, kalian berdua memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang bisa saling melengkapi,” kataku, mulai menjelaskan.

“Kelebihan dan kekurangan yang saling melengkapi?” Yue Jian hendak memastikan.

“Ya.” Jawaban ini pasti tidak akan cukup, jadi aku uraikan, “Kau, Yue Jian, secara keseluruhan sebenarnya lebih baik dari Bocah ingusan. Tapi, harus kuakui kalau serangan jarak dekat Bocah ingusan yang tanpa strategi memang lebih kuat darimu.”

“Sepertinya kau memang tidak pernah berniat memanggilku dengan nama …,” sahut Bocah ingusan yang tampak cemberut.

“Lupakan soal itu,” pungkasku. “Dari pertarungan kemarin, aku dapat menarik kesimpulan bahwa Yue Jian memiliki strategi yang baik dengan memaksimalkan kemampuannya. Sedangkan Bocah ingusan hanya meniru dengan melakukan serangan yang sama sekali tidak dia kuasai. Itu adalah tindakan paling bodoh. Dia tidak memaksimalkan kemampuan pertarungan jarak dekatnya.”

“Kalau begitu aku tidak akan bisa menjadi pemburu,” potong Bocah ingusan.

“Dengarkan dulu, Zhang,” tegur Yue Jian.

Aku sepenuhnya mengabaikan ucapan Bocah ingusan, lalu lanjut menjelaskan, “Kebanyakan orang akan membuat sebuah formula latihan yang dapat menutupi kelemahannya, misal Yue Jian belajar pertarungan jarak dekat dan diharapkan dapat menjadi lebih kuat. Namun, aku tidak menyarankan itu, meski harus diakui kalau Yue Jian perlu melakukannya. Tapi, tidak ada manusia yang sempurna. Oleh sebab itu, manusia tidak hidup seorang diri supaya dapat saling melengkapi satu sama lain.”

“Jadi, apa yang harus kami lakukan, Guru?”

“Mudah saja.” Aku memasukkan kedua tangan dalam saku celana. “Yue Jian, kau harus lebih banyak belajar tentang strategi yang baik dan membuat anak panahmu bekerja dengan lebih efektif lagi. Lalu, mulai sekarang Bocah ingusan akan berduel denganku setiap hari untuk memperkuat serangan jarak dekatnya.”

“Pada intinya Guru ingin aku menjadi otak dalam pertarungan?” Yue Jian sekali lagi hendak memastikan.

“Tepat!”

“Dan kau ingin aku jadi samsak tinju, huh?!” Bocah ingusan menambahi.

“Bukan aku yang mengatakannya. Haha.”

Setelah percakapan tentang formula latihan mereka berdua kuakhiri, aku memberikan banyak catatan tentang strategi bertarung pada Yue Jian. Catatan itu hasil dari pemikiranku yang dulu pernah menjadi Raja Daratan. Dan aku semalaman begadang hanya untuk menulis ulang semuanya, meskipun masih belum selesai.

Sementara Yue Jian sibuk dengan tumpukan catatan yang kuberikan, aku dan Bocah ingusan kini berdiri tepat di tengah-tengah halaman rumah. Dari sudut pandangku, Bocah ingusan tampak tengah bersiap menjadi samsak tinju tanpa perlu aku suruh.

“Baiklah, Bocah ingusan,” kataku. “Sekarang Yue Jian tengah sibuk mempelajari apa yang dia perlu pelajari, dan pastinya kau takkan pernah bisa melakukannya.”

“Aku sudah tahu!”

“Oleh karena itu, daripada aku harus kerepotan membuat otak kecilmu itu berpikir, kita di sini akan melatih ototmu saja. Jujur aku sudah menyerah untuk membuat otakmu berfungsi sebelum aku mencobanya.”

“Sialan!” Bocah ingusan pun kesal, lalu membuat kuda-kuda kokoh. “Aku akan membuatmu menjadi samsak tinju di sini!”

Dia meluncurkan serangan tanpa menunggu perintah dariku. Seperti yang diharapkan darinya, kekuatan pukulannya memanglah kuat. Namun, akurasinya sangat buruk dan gerakannya tidak efisien sama sekali. Ah, berapa lama aku harus mengajari bocah ini agar dia menjadi kuat?

“Langkah kakimu sangat tidak efisien, terlalu banyak gerakan tidak penting. Pola seranganmu terlalu banyak memanfaatkan tangan kanan, serangan tangan kirimu sangat buruk.” Aku membeberkan fakta kala menghindari serangan. “Kau itu seorang pendekar, lebarkan sedikit langkahmu dan jangan ragu untuk menggunakan tangan kirimu!”

Aku bergerak mundur perlahan, tetapi kemudian menghentikan langkah dan menyerang balik dengan menendang perut Bocah ingusan dari samping kanannya. Tentu dia behasil menahan serangan itu, tetapi aku lantas meluncurkan serangan susulan dengan kaki kanan yang bergerak lurus ke perutnya, membuat dia jatuh bersujud.

“Meskipun serangan kaki dan tangan kirimu tidak terlalu kuat, kau bisa menggunakannya untuk mengecoh lawan. Sama persis seperti yang baru saja aku lakukan!” Aku tahu Bocah ingusan tidak akan paham bila aku hanya menjelaskan, jadi aku langsung memberinya contoh.

“Baik!” Bocah ingusan kembali berdiri sambil memegangi perutnya.

Aku akui kalau dia memang gigih. “Kalau begitu, coba lagi!”

“Ya!”

Bocah ingusan kembali menyerang. Kini, serangannya tidak mononton hanya dengan mengandalkan tangan kanannya saja, melainkan juga memanfaatkan tangan kiri dan kedua kakinya. Meski memang serangnya bisa dibilang masih jauh dari bayanganku, tetap saja ini sebuah perkembangan yang cepat.

“Kau masih banyak ragu dengan seranganmu sendiri!” Aku segera menendang perut Bocah ingusan lagi dari depan, hingga dia sedikit terdorong. “Otakmu itu tidak di-desain untuk berpikir, jadi jangan berpikir dan lakukan saja!”

“Hia!!!”

Tentu Bocah ingusan tidak menyerah dan kembali menyerang. Kali ini, serangannya menjadi jauh lebih cepat dan padat. Namun, gerakannya masih tidak efisien, karena memang dia baru kulatih.

“Terus seperti itu! Lakukan saja dan jangan terlalu dipikirkan!” Aku sengaja tak menyuruhnya untuk memikirkan hal-hal yang tidak dia perlukan. “Aku di sini untuk melatih ototmu, bukan otakmu, jadi lakukan saja dengan gila! Hahahaha!”

“Ha!!!”

Pemuda yang tidak bisa memikirkan hal-hal rumit itu, menelan perkataanku begitu saja. Dia benar-benar tidak berpikir, hanya menyerang dengan mengerahkan seluruh tenaganya. Kini, keraguan yang sedari tadi kulihat dari matanya, perlahan menghilang, karena dia tak terlalu memikirkannya. Namun, itu saja tidak cukup.

“Serangan bagus! Tetap seperti itu!” Aku tersenyum tipis. “Tapi ….”

Bocah ingusan segera jatuh terbaring di tanah tanpa dia ketahui kapan aku menyerang balik dirinya. Aku dapat melihat dia memasang raut wajah penuh keheranan.

“Itu bahkan belum dapat disebut sebagai tahap awal, Bocah ingusan!”

 

Terpopuler

Comments

Luthfi Afifzaidan

Luthfi Afifzaidan

lanjut up

2023-07-31

0

Ash

Ash

hia hia

2023-07-01

0

Firenia

Firenia

sebuah nasihat yang sangat baik

2023-06-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!