Hani menghela nafasnya di sela kegelisahannya. Tentu saja dia khawatir pada putranya, sama seperti suaminya yang terlihat panik karena sangat khawatir pada keadaan putranya saat ini.
"Tapi... Bukankah dokter anaknya gak ada jam segini Sayang? Adanya cuma dokter IGD saja. Aksa juga tidak merasakan sakit atau apapun. Jadi besok pagi saja kita bawa dia ke rumah sakit. Sekarang lebih baik kita gantikan saja piyamanya, sama seperti kemarin," tutur Hani sambil membuka kancing piyama putranya.
Abhiyasa mengangguk setuju dengan penuturan istrinya. Tentu saja dia juga memikirkan semua itu sebelum memutuskan untuk menyetujuinya.
Dia segera beranjak dari tempat tidur tersebut dan berjalan menuju lemari pakaian untuk mengambil piyama Aksa.
"Ini Honey piyamanya. Aku bantu pakaikan untuk celananya," ujar Abhiyasa sambil memberikan piyama yang baru saja diambilnya dari lemari.
Hani menerima piyama bagian atas dan berkata,
"Pelan-pelan Abhi, kasihan Aksa jika tidurnya terganggu."
Hani melepas piyama bagian atas putranya dengan sangat hati-hati sekali. Dia tidak menginginkan jika istirahat putranya terganggu, apa lagi oleh dirinya.
Abhiyasa pun demikian. Dia mengganti celana putranya dengan sangat perlahan, sesuai dengan perintah dari istrinya.
Aksa, putra kesayangan mereka itu hanya bergerak sedikit saja tanpa merengek ataupun terganggu tidurnya.
"Ayo Honey, kita tidur lagi. Atau kamu mau kita pindah di kamar kita sendiri?" tanya Abhiyasa sambil tersenyum lebar pada istrinya.
"Lebih baik kita tidur di sini saja bersama dengan Aksa. Aku takut dia terbangun dan berlari ke kamar kita seperti kemarin," jawab Hani sambil melihat wajah damai putranya yang sedang tertidur nyenyak.
Abhiyasa meraih lengan istrinya dan menggerakkannya secara perlahan agar tidur kembali di tempatnya semula seraya berkata,
"Ya sudah, ayo kita tidur lagi. Besok pagi kita harus bekerja. Jangan sampai kamu kurang beristirahat sehingga tidak bisa fokus pada pekerjaanmu."
"Sebentar Abhi, aku haus. Aku akan mengambil minuman terlebih dahulu, setelah itu aku akan kembali ke sini," ucap Hani sambil memegang tangan Abhiyasa yang sedang memegang lengannya.
"Biar aku saja yang mengambil minumannya. Kamu tunggu saja di sini Honey," tutur Abhiyasa sambil beranjak dari tempat tidur.
Hani tersenyum dan menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan suaminya. Dia tidak bisa membantahnya karena suaminya itu tidak suka dibantah, karena semua perintah yang diberikan suaminya itu hanya bertujuan baik untuknya, terlebih untuk kebaikan dan keselamatannya.
Selang beberapa saat, Abhiyasa membawa sebotol mineral water ke dalam kamar tersebut. Sebenarnya dia ingin membuatkan minuman hangat untuk istrinya, hanya saja dia tidak mau membuat istrinya menunggunya terlalu lama, sehingga dia memutuskan untuk membawakan istrinya miner water yang diambilnya dari dalam lemari es.
"Honey, ini minumannya. Minumlah," ucap Abhiyasa sambil memberikan botol mineral water tersebut pada Hani yang masih duduk menunggunya.
Hani menerima botol tersebut dan bersiap membuka tutup botolnya. Tiba-tiba botol tersebut terlah berpindah tangan kembali di tangan Abhiyasa.
Hani menatap heran pada suaminya tanpa berkomentar atau bertanya apapun padanya.
"Maaf Honey, aku lupa membuka tutupnya," ucap Abhiyasa sambil membuka tutup botol tersebut.
Hani terkekeh mendengar permintaan maaf suaminya hanya karena dia tidak membukakan tutup botol minuman yang diambilkannya. Kemudian dia berkata,
"Sayang, kamu gak perlu minta maaf hanya karena masalah sepele seperti itu. Lagian aku juga masih punya tenaga untuk membuka tutup botol itu."
"Enggak. Sebisa mungkin aku akan membuatmu seperti seorang ratu. Biar aku saja yang mengeluarkan tenaga untukmu," ujar Abhiyasa dengan tegas seolah tidak ingin dibantah.
Hani semakin terkekeh mendengar perkataan suaminya. Dia segera menerima botol tersebut ketika Abhiyasa memberikannya kembali padanya. Setelah meminumnya, Hani meletakkan botol tersebut di atas meja yang ada di sebelah tempat tidur tersebut.
"Terima kasih Sayang. Kamu benar-benar seorang suami yang sangat aku cintai. Bahkan rasa cintaku setiap hari semakin bertambah padamu," ujar Hani sambil tersenyum manis dan menatap penuh cinta pada suaminya.
"Honey, tiba-tiba aku ingin menggigit kamu," ucap Abhiyasa lirih sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Abhi...," sahut Hani sambil tersenyum malu.
Dengan cepatnya Hani merebahkan tubuhnya dan menutupi wajahnya menggunakan selimut yang dipakainya.
Abhiyasa terkekeh melihat tingkah malu-malu istrinya yang semenjak dulu tidak berubah. Dan dengan isengnya dia berkata,
"Honey, Sayang, aku menginginkanmu."
Bukannya Hani membuka selimut yang menutupi wajahnya, dia malah bergerak menghadap ke lain arah sehingga kini dia memunggungi Aksa dan suaminya.
Melihat hal itu, Abhiyasa menahan tawanya. Dia membaringkan badannya. Kemudian tangannya terulur meraih tubuh istrinya agar lebih mendekat padanya, sehingga dia bisa memeluk erat anak dan istrinya.
Dari dalam selimut tersebut Hani tersenyum bahagia. Kegelisahan yang tadi dirasakannya karena putranya, kini berangsur menghilang karena perlakuan manis suaminya.
Tanpa terasa mata mereka berdua terpejam seolah bersama-sama masuk ke dalam alam mimpi dan merajut mimpi di sana secara bersamaan.
...----------------...
Suara kokok ayam yang menyapa datangnya pagi sebagai alarm bagi alam untuk memberitahukan pada dunia akan hadirnya sang matahari.
Keluarga kecil Abhiyasa sudah terbangun semenjak tadi. Mereka bertiga terbiasa melakukan shalat subuh berjamaah di rumah. Abhiyasa sangat bersyukur mempunyai seorang Hani sebagai istrinya. Dia memang seorang mualaf, akan tetapi dia selalu bersemangat untuk beribadah. Bahkan dia selalu belajar untuk memperdalam ilmu agamanya.
"Aksa libur hari ini kan?" tanya Hani sambil memberikan piring yang sudah berisi nasi dan ayam goreng kesukaan Aksa.
"Iya Ma, Aksa libur hari ini. Nanti Aksa boleh main bola kan Ma?" tanya Aksa pada mamanya di sela kunyahan makannya.
"Boleh dong. Aksa nanti main bolanya di halaman depan saja ya sama Bik Sumi," jawab Hani setelah menelan makanannya.
Aksa bertepuk tangan kegirangan karena mendapatkan ijin dari mamanya. Abhiyasa tersenyum melihat tingkah anaknya yang masih berusia dua setengah tahun itu sedang bahagia hanya karena hal yang sangat sepele menurut orang dewasa.
Setelah sarapan mereka selesai, Abhiyasa dan Hani berangkat bekerja. Mereka meninggalkan Abhiyasa bersama dengan Bik Sumi yang merupakan pembantu rumah tangga mereka.
Selang beberapa jam setelah keberangkatan Hani dan Abhiyasa untuk bekerja, Aksa bermain bola di halaman depan rumahnya dengan diawasi oleh Bik Sum.
"Gol!!!" teriak Aksa ketika berhasil memasukkan bolanya ke dalam gawang kecil yang dipasangkan oleh Abhiyasa untuknya dan Aksa bermain sepak bola bersama.
Aksa melakukan selebrasi dengan berlari keliling lapangan sambil menutupkan kaosnya pada wajahnya.
Bruuuk!
"Aksa!" teriak Bik Sumi ketika melihat Aksa terjatuh.
Bik Sumi yang duduk menunggu dan memperhatikan Aksa dari tempat yang tidak jauh, segera berlari untuk menolong Aksa.
Dia segera menggendong Aksa dan diletakkan di atas kursi yang ada di teras rumah mereka.
"Aksa, kamu baik-baik saja kan?" tanya Bik Sumi yang terlihat panik.
Nafas Aksa tersengal-sengal. Dia tidak bernafas normal seperti biasanya. Bik Sumi cemas, dia segera menghubungi Abhiyasa dan Hani.
"Halo, Aksa terjatuh pada saat main bola dan sekarang dia...," Bik Sumi menggantungkan ucapannya.
"Kenapa Bik? Apa yang terjadi?"
"Bik! Katakan apa yang terjadi?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments