Perlahan Rafael membuka pintu kamar puteranya. Mereka berdua masuk ke dalam kamar tersebut secara perlahan agar tidak membangunkan putranya.
Tiba-tiba Hani terlihat cemas dan duduk di sebelah putranya yang tertidur. Dia memegang dahi putranya seraya berkata,
"Sayang, kenapa badan Aksa berkeringat banyak seperti ini?"
Seketika Abhiyasa mendekati putranya. Dia melihat keadaan putranya yang seperti mandi keringat saat ini. Dengan sigapnya Abhiyasa memeriksa seluruh bagian tubuh putranya yang sedang tertidur nyenyak.
Seluruh tubuh Aksa berkeringat, akan tetapi suhu tubuhnya baik-baik saja. Abhiyasa memandang ke arah istrinya dan berkata,
"Kenapa seluruh tubuh Aksa berkeringat? Padahal tubuhnya tidak panas. Bahkan suhu ruangan di sini sangat dingin."
Hani mengambil tisu yang ada di meja dekat tempat tidur tersebut. Dia mengusap dengan perlahan keringat putranya yang ada di wajahnya. Dia tidak ingin membangunkan putranya yang sangat nyenyak.
Aksa hanya bergerak sebentar untuk berganti posisi tidur. Dia benar-benar tidur dengan nyenyak meskipun badannya basah oleh keringat.
Abhiyasa memeriksa suhu AC dalam ruangan tersebut. Memang benar suhu ruangan tersebut seperti biasanya. Hanya saja dia sangat heran dengan keadaan putranya saat ini.
"Sayang, tolong ambilkan piyama Aksa di lemari. Biar aku gantikan piyamanya agar tidak masuk angin," ucap Hani sambil mengusap keringat yang berada di tangan putranya menggunakan tisu.
"Apa semuanya basah Sayang?" tanya Abhiyasa dengan rasa ingin tahunya.
Hani memandang ke arah suaminya, dengan wajah cemasnya itu dia menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan suaminya.
Abhiyasa segera mengambilkan satu set piyama untuk putranya pada lemari pakaian yang ada dalam kamar tersebut. Setelah itu dia segera memberikan pada istrinya seraya berkata,
"Ini piyamanya."
Hani berusaha membuka kancing piyama yang baru saja diberikan Abhiyasa padanya. Akan tetapi, karena cemasnya itu, dia tidak bisa membuka kancing-kancing piyama tersebut, hingga membuatnya sangat kesal bercampur dengan kecemasannya.
"Sini, biar aku bantu," ucap Abhiyasa sambil mengambil alih piyama tersebut dari tangan istrinya.
Hani segera membuka piyama yang dipakai oleh putranya. Dengan perlahan dia mencoba melepaskan piyama tersebut dari tubuh putranya.
Abhiyasa membantu memakaikan piyama yang baru saja diambilnya dari lemari. Dengan telatennya dia membantu istrinya menggantikan celana putranya.
"Mmm...," gumam Aksa sambil bergerak tanpa membuka matanya.
Abhiyasa menghela nafasnya melihat putra tampannya itu terlihat baik-baik saja. Hanya dia merasa aneh dengan keadaan putranya saat ini.
Hani menatap putranya dengan tatapan khawatir. Dia melihat piyama basah yang ada di tangannya saat ini sambil menghela nafasnya.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Apa dia baik-baik saja?" tanya Hani lirih pada suaminya yang ada di dekatnya.
Abhiyasa menatap putranya dengan kekhawatiran yang tersimpan dalam hatinya. Dia tidak ingin menunjukkan kekhawatirannya itu pada istrinya agar istrinya tidak bertambah khawatir pada putra mereka.
"Dia pasti baik-baik saja. Aksa adalah putraku. Dia kuat dan pemberani, sama seperti papanya. Mungkin dia hanya bermimpi berlari atau semacamnya sehingga dia mandi keringat meskipun dalam keadaan dingin," ujar Abhiyasa yang mencoba menenangkan istrinya.
Hani kembali menghela nafasnya. Dia menatap suaminya dan berkata,
"Mungkin benar seperti yang kamu katakan. Semoga Aksa baik-baik saja dan tidak akan terjadi hal buruk padanya."
Seketika jari telunjuk Abhiyasa mendarat di bibir Hani. Dan dia pun berkata,
"Ssstttt... Jangan mengatakan hal yang buruk. Kita bicara saja yang baik-baik agar bisa juga menjadi doa untuk putra kita."
Dengan segera Hani menganggukkan kepalanya menanggapi perkataan suaminya. Dalam hatinya berkata,
Memang benar jika ucapan kita adalah doa. Aku harus menghilangkan kecemasanku dan hanya mengatakan yang baik-baik saja untuk Aksa, putra kebanggan kami yang paling tampan.
Abhiyasa memeluk istrinya dari belakang dengan melingkarkan kedua tangannya pada pinggang istrinya. Kemudian dia berbisik di telinganya,
"Apa kita akan di sini sampai pagi?"
Hani memandang wajah damai putranya yang nyenyak dalam tidurnya. Dia menoleh ke belakang dan berkata lirih,
"Ayo kita ke kamar sekarang."
Abhiyasa kembali menggendong istrinya keluar dari kamar putranya menuju kamar mereka yang tidak jauh dari kamar tersebut.
Abhiyasa kembali merebahkan tubuh istrinya di atas tempat tidur mereka. Dia mengungkung tubuh istrinya dan menatap hangat wajah cantik istrinya seraya berkata,
"Sayang, aku kangen. Apa boleh aku menginginkanmu sekarang?"
Hani menganggukkan kepalanya untuk memberikan ijin pada suaminya melakukan sesuai keinginannya. Tidak bisa dipungkiri jika dirinya juga merindukan suaminya meskipun mereka setiap saat bertemu dan tinggal di atap yang sama.
Hubungan mereka yang sangat harmonis dan saling mencintai itu, membuat mereka saling menginginkan. Dan malam ini, mereka mengatakan kerinduan mereka melalui sentuhan mereka yang penuh cinta. Dan tentunya mereka berharap agar apa yang mereka lakukan saat ini membuahkan hasil.
Abhiyasa berharap agar benih yang dikeluarkannya bisa tumbuh dengan baik dalam rahim istrinya. Begitu pula dengan Hani, dia berharap agar benih tersebut bisa tumbuh menjadi bayi yang sehat, seperti yang mereka inginkan.
Tok... Tok... Tok...
"Ma... Pa... Buka pintunya...!"
Tiba-tiba terdengar suara putra mereka, Aksa sedang mengetuk pintu kamar mereka sambil memanggil mama dan papanya untuk membukakan pintu tersebut.
"Ma... Pa... Buka pintunya... Aksa mau masuk...!" seru Aksa kembali sambil mengetuk pintu kamar tersebut secara terus menerus.
Sepasang suami istri yang terlelap setelah ritual mereka itu sedikit terusik mendengar seruan dari luar kamar mereka. Ditambah lagi dengan ketukan pintu yang terus menerus tanpa berjeda, membuat indera pendengaran mereka terusik.
Mata Abhiyasa dan Hani seketika terbuka. Mereka terbangun dan saling memandang, seolah saling bertanya menggunakan tatapan mata mereka.
"Ma... pa... Cepat bangun! Buka pintunya!" seru Aksa kembali sambil mengetuk pintu kamar orang tuanya.
Sontak saja Hani dan Abhiyasa beranjak dari tempat tidur mereka. Abhiyasa dengan langkah lebarnya berjalan terlebih dahulu menuju pintu kamarnya.
Krieeet...
"Aksa?!" celetuk Abhiyasa ketika membuka pintu dan mendapati putranya sedang berdiri dan terlihat gelisah.
"Papa...," ucap Aksa sambil berhambur memeluk Abhiyasa.
Hani menatap heran pada putranya yang bersikap tidak biasanya. Dia berdiri di sebelah suaminya yang sedang memeluk putra mereka seraya menunduk dan berkata,
"Aksa, kenapa Sayang?"
Aksa mengurai sedikit pelukan papanya. Dia menoleh ke arah mamanya yang sedang menatapnya dengan tatapan penuh tanya. Kemudian dia melepaskan pelukan papanya dan berganti memeluk mamanya seraya berkata,
"Mama...."
Hani memeluk erat putranya. Dia merasakan kegelisahan dari putranya. Bahkan jantungnya berdegup dengan kencang saat ini. Tangannya mengusap lembut punggung putranya seraya berkata,
"Ada apa Sayang? Apa kamu bermimpi buruk?"
Aksa hanya diam dalam pelukan mamanya. Dia semakin mengeratkan pelukannya pada mamanya dan menyandarkan kepalanya pada dada mamanya yang menjadi tempat ternyaman baginya.
Hani menoleh ke arah Abhiyasa dan menatapnya seolah meminta bantuannya untuk bertanya pada putra mereka.
Abhiyasa mengusap lembut kepala putranya seraya berkata,
"Ada apa Aksa? Apa terjadi sesuatu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments