Polisi Tampan Dan Banker Cantik 2

Polisi Tampan Dan Banker Cantik 2

Bab 1 Penyesalan

Malam yang sangat cerah dengan gemerlap bintang yang menghiasi hamparan gelapnya langit luas, kini menjadi pemandangan tersendiri bagi Abhiyasa dan Hani.

Mereka berdua berada di balkon kamar mereka dan memandangi langit luas yang selalu menjadi penenang bagi mereka.

Aksa, anak mereka yang mempunya paras tampan itu sedang terlelap merajut mimpi dalam kamarnya.

"Aku menyesal," ucap Hani dengan serius pada Abhiyasa yang sedang duduk bersamanya.

Sontak saja Abhiyasa menoleh ke arah istrinya dengan wajah syoknya. Dalam hati dia berkata,

Apa lagi ini? Kenapa harus ada kata menyesal di saat kami sudah bahagia?

"Honey, jangan mengada-ada. Aku tidak mau jika ada kata menyesal di antara keluarga kita yang sudah bahagia ini," ujar Abhiyasa yang terlihat sedih.

"Aku menyesal, kenapa aku tidak pernah ngidam waktu sedang hamil Aksa? Padahal aku sudah merencanakan banyak hal yang aku inginkan ketika sedang hamil. Dan ternyata... Hufffttt...," ucap Hani dengan wajah sedihnya disertai helaan nafasnya.

Sontak saja Abhiyasa tertawa terbahak-bahak. Ternyata apa yang dikhawatirkannya tadi salah besar.

"Itu karena kamu istri yang baik," jawab Abhiyasa sambil merangkul pundak istrinya yang sedang duduk di sebelahnya.

"Ck! Tapi aku ingin merasakan ngidam," rengek Hani dengan memperlihatkan puppy eyes nya.

Abhiyasa terkekeh melihatnya ekspresi istrinya sedang meributkan tentang mengidam yang sudah beberapa tahun lalu dan sudah lewat masa-masanya.

"Ya sudah, sebaiknya kita membuat keinginanmu itu menjadi nyata," ucap Abhiyasa sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Beneran? Gimana caranya?" tanya Hani sambil mengernyitkan dahinya.

Abhiyasa tersenyum dan mendekatkan bibirnya pada telinga istrinya untuk berbisik padanya,

"Kita buat malam ini. Semoga bisa cepat jadi."

Seketika mata Hani terbelalak mendengar bisikan suaminya. Dia tidak mengira jika maksud dari perkataan suaminya itu mengarah pada ritual mereka.

"Ck, kalau itu sih kemauan kamu. Meskipun aku gak mengatakan tentang ngidam pun, kamu pasti akan selalu memintanya," ucap Hani sambil memanyunkan bibirnya.

Abhiyasa tersenyum dan mengecup bibir Hani untuk menanggapi perkataan istrinya itu. Dia mencubit gemas hidung istrinya, serta memainkannya ke kanan dan ke kanan.

"Abhi... iiih... jahil banget sih," rengek Hani sambil memukul-mukul ringan badan Abhiyasa sekenanya.

Abhiyasa masih dengan kejahilannya meskipun sudah memiliki putra tampan yang menjadi buah hati mereka. Dia masih saja suka menjahili istri dan anaknya. Baginya, istri dan anaknya itu merupakan surganya yang harus dilindunginya.

Dia hanya tertawa melihat istrinya merajuk karena ulahnya. Dan dia bertambah gencar untuk menjahili istrinya.

"Lepasin gak? Lepasin...," rengek Hani dengan suara anehnya karena hidungnya yang dijapit oleh jempol dan jari telunjuk Abhiyasa.

Abhiyasa semakin terkekeh mendengar rengekan istrinya dengan suara lucunya itu. Dia terlihat sangat bahagia seolah sedang mendapatkan hiburan saat ini.

Hani menatap kesal suaminya yang sedang menertawakannya. Dia berhenti dan tidak berusaha melepaskan tangan Abhiyasa dari hidungnya.

Abhiyasa tahu akan tatapan istrinya itu. Dia segera melepaskan tangannya dari hidung istrinya dan dengan gerakan cepatnya dia meraup bibir istrinya yang sedang manyun karena kesal padanya.

Hani terkesiap menerima serangan mendadak dari suaminya. Dia hanya terdiam dan menggerak-gerakkan naik turun bulu mata lentiknya.

Dia bertambah terkejut ketika tiba-tiba badannya melayang. Seperti kebiasaan Abhiyasa selama ini. Kini badan Hani sedang berada dalam gendongannya.

Suaminya itu tersenyum manis padanya sambil menggendongnya menuju tempat tidur mereka yang sudah menantinya.

Abhiyasa merebahkan dengan lembut tubuh Hani. Dia menatap intens manik mata istrinya sambil perlahan mendekati wajahnya.

"Sayang, apa Aksa benar sudah tidur?" tanya Hani seolah menghentikan suaminya yang akan mulai mendaratkan bibirnya.

Seketika Abhiyasa menghentikan apa yang akan dilakukannya. Dia duduk di tempat tidur dengan memasang wajah cemberut dan berkata,

"Honey, kamu sengaja ya, tanya pada saat aku mau melakukannya?"

Hani terkekeh melihat suaminya yang sedang merajuk saat ini. Dia melihat wajah Aksa pada wajah suaminya yang sedang merajuk. Wajah Ayah dan anak itu memang sangat mirip jika diperhatikan dengan seksama. Seolah titisan yang mengingatkan bahwa Aksa adalah anak dari Abhiyasa.

Hani mendekati Abhiyasa dan memeluk suaminya itu. Dia mengusap-usap punggung suaminya seolah menenangkannya. Kemudian dia mengurai sedikit pelukannya dan berkata,

"Entah mengapa, aku kepikiran Aksa sekarang. Apa tidak sebaiknya kita lihat dia dulu sebelum kita tidur?"

Abhiyasa menatap dalam manik mata istrinya. Dia mendapati keresahan dalam mata istrinya itu. Tangannya mengusap lembut pipi istrinya dan berkata,

"Kamu memang seorang ibu yang baik, Honey. Aku memang tidak salah pilih menjadikanmu seorang istri yang akan menjadi ibu dari anak-anakku."

Hani tersenyum malu dan tersirat rona merah di wajahnya. Berapa lama pun dia hidup dengan Abhiyasa, laki-laki itu selalu bisa membuatnya tersenyum malu dengan semua sikap manisnya.

Hani duduk di sebelah Abhiyasa. Dia menghela nafasnya sambil memandang lurus ke depan. Kemudian dia berkata,

"Bagaimana jika seandainya dulu kita tidak menikah? Apa yang akan terjadi pada kita sekarang?"

Abhiyasa meraih tubuh istrinya dan membawanya dalam dekapannya seraya berkata,

"Jangan berkata seperti itu. Bahkan aku tidak bisa membayangkannya. Dari awal aku sudah yakin jika kamulah yang akan menemani hidupku hingga akhir hayatku. Karena itulah aku tetap mengajakmu untuk menjalin hubungan kita meskipun ada perbedaan yang jelas-jelas akan menghalangi hubungan kita. Dan terbukti, Allah maha baik. Allah mempersatukan kita tanpa melewati masa sulit, hingga kita memiliki Aksa sebagai buah cinta kita."

Ucapan Abhiyasa mampu membuat hati Hani bergetar. Matanya berkaca-kaca mendengar perkataan suaminya tentang sulitnya mereka untuk memutuskan menjalin hubungan di atas perbedaan yang mereka miliki pada saat itu.

Tanpa terasa air mata Hani menetes dalam pelukan suaminya. Pikirannya melayang mengingat awal pertemuan mereka, masa sulit hubungan mereka, hingga akhirnya mereka bisa bersatu dalam mahligai pernikahan.

Abhiyasa mengurai pelukannya. Tangannya mengusap lembut air mata istrinya seraya berkata,

"Jangan menangis Honey. Sekarang kita sudah bersatu. Kita harus yakin jika hanya kebahagiaan yang akan menyertai kehidupan kita."

Hani mencoba untuk tersenyum, sayangnya air matanya kembali menetes. Dengan segera Abhiyasa mencium dengan lembut kedua mata istrinya secara bergantian untuk menghentikan air mata yang menetes dari kedua matanya.

Mata mereka saling menatap dalam seolah menyelami mata masing-masing. Rasa cinta mereka begitu kuat hingga mereka bisa merasakan getaran itu pada mata pasangan mereka.

Tiba-tiba Hani teringat akan sesuatu. Kemudian dia berkata,

"Sayang, ayo kita lihat Aksa. Entah mengapa aku ingin sekali melihatnya."

"Ya sudah, ayo kita ke sana. Kita lihat jagoan kita yang sedang terlelap merajut mimpinya," ucap Abhiyasa sambil mengulurkan tangannya pada istrinya.

Hani menerima uluran tangan suaminya dan tersenyum padanya. Mereka berdua keluar dari kamar dengan tangan Abhiyasa yang melingkar pada pinggang istrinya.

"Sayang, kenapa badan Aksa berkeringat banyak seperti ini?" tanya Hani dengan cemasnya.

Terpopuler

Comments

Ghina Azfa

Ghina Azfa

karya yang bagus 👍👍

2023-05-22

3

BabyCat

BabyCat

ya Allah neng. aku kira menyesal kenapa. si eneng mah ada-ada aja😂😂

2023-05-22

5

Lina Zascia Amandia

Lina Zascia Amandia

Karya baru nih..... smg sukses She Na

2023-05-04

8

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!