Bab 3 Kegelisahan hati

Aksa memeluk kembali mamanya semakin erat, seolah dia ketakutan akan sesuatu. Bahkan dia enggan sekali terpisah dari mamanya saat ini.

"Sayang... Aksa kenapa? Apa ada yang membuat Aksa ketakutan?" tanya Hani dengan pelan dan mengusap lembut punggung putranya.

Aksa menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan mamanya. Masih dengan memeluk mamanya, dia pun berkata,

"Tiba-tiba Aksa tidak bisa tidur. Aksa ingin tidur bersama Mama dan Papa saja."

Hani melihat ke arah suaminya. Mereka saling memandang seolah mengetahui kekhawatiran dari anak mereka.

"Mau tidur di sini apa di kamar Aksa?" tanya Abhiyasa pada putranya sambil mengusap lembut rambutnya.

"Di sini saja. Di kamar Mama dan Papa," jawab Aksa yang masih dalam pelukan mamanya.

Tiba-tiba badan Aksa melayang dan terpisah dari pelukan mamanya. Badannya diangkat oleh Abhiyasa tanpa mengatakan apa pun pada putranya itu.

"Ngeeeeng... Jadi pesawat terbang...," seru Abhiyasa sambil mengangkat badan Aksa layaknya pesawat terbang.

Aksa tertawa senang diperlakukan seperti itu oleh papanya. Memang permainan seperti inilah yang membuat Aksa sangat bahagia. Setiap hari papanya selalu meluangkan waktunya untuk melakukan hal itu agar dia lebih dekat dengan putra kesayangannya itu.

Tawa Aksa membuat Abhiyasa dan Hani sangat bahagia. Kebahagiaan putra mereka merupakan kebahagiaan baginya. Begitu pula dengan kesedihannya. Kesedihan putra mereka merupakan kesedihan bagi mereka. Dan sebisa mungkin mereka menghalau kesedihan itu agar tidak menghampiri putra mereka.

Direbahkannya secara perlahan tubuh putranya itu di atas tempat tidur mereka. Hani dan Abhiyasa mengapit tubuh putra mereka agar berada di tengah-tengah sambil memeluknya dengan erat.

"Ma... Pa... kenapa piyama Aksa jadi beda? Perasaan tadi Aksa gak pakai piyama yang ini," tanya Aksa pada mama dan papanya sambil menatap mereka secara bergantian.

Hani tersenyum melihat wajah polos putranya. Kemudian dia mencubit gemas hidung putranya itu seraya berkata,

"Mama dan Papa yang menggantikannya tadi. Piyama Aksa basah semua. Kamu seperti mandi keringat tadi. Apa tadi Aksa bermimpi sesuatu sehingga keringat Aksa sebanyak itu?"

Tangan Hani sudah terlepas dari hidung Aksa. Putranya itu terlihat sedang berpikir mengenai pertanyaan yang ditujukan mamanya padanya.

"Mmm... Sepertinya Aksa tidak bermimpi apa-apa Ma. Apa Aksa yang lupa ya?" ucap Aksa sambil mengingat-ingat kembali apa yang terjadi dalam tidurnya.

"Sudah... tidak usah dipikirkan. Lebih baik kita tidur saja sekarang. Tapi... Pangeran Tampan Papa ini jangan lupa berdoa dulu sebelum tidur," tutur Abhiyasa sambil tangannya menggapai tubuh istrinya untuk memeluk kedua belahan hatinya.

Saat ini, saat seperti inilah yang paling membahagiakan bagi Abhiyasa. Dia memandang wajah damai putranya yang sudah memejamkan matanya dan terlelap dalam tidurnya. Serta wajah cantik nan damai dari istrinya yang memenuhi ruang hatinya.

Aku sangat bahagia memiliki kalian dalam hidupku. Aku janji akan selalu membahagiakan kalian di sepanjang hidupku, Abhiyasa berkata dalam hatinya sambil tersenyum memandang anak dan istrinya yang menjadi penyemangat hidupnya.

Malam ini mereka bertiga tidur bersama dengan saling berpelukan. Dengkuran halus dari mulut mereka bertiga menjadi melodi tersendiri dalam kamar tersebut.

Menjelang pagi, Hani terbangun karena merasakan badan putranya yang kembali berkeringat. Dia mengusap lembut dahi serta pelipis putranya yang basah oleh keringat. Bahkan seluruh badannya juga berkeringat. Hanya saja basahnya tidak seperti tadi pada saat dia menggantikan piyama putranya.

Dengan perlahan Hani membangunkan suaminya. Dia menggerak-gerakkan secara perlahan tubuh Abhiyasa dan berbisik di telinganya,

"Abhi, Sayang, bangun sebentar."

Mata Abhiyasa sedikit demi sedikit terbuka. Bibirnya melengkung ke atas melihat wajah cantik istrinya yang berada tepat di hadapannya.

Tangannya bergerak mengusap lembut pipi istrinya seraya berkata lirih,

"Ada apa Sayang? Apa sudah pagi?"

Hani menggelengkan kepalanya menanggapi pertanyaan dari suaminya.

"Kenapa hmmm? Apa kamu mau lagi?" tanya Abhiyasa sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Ck! Bukan itu Abhi... Lihatlah Aksa. Dia berkeringat lagi. Hanya saja tidak sebanyak tadi," bisik Hani di sebelah telinga suaminya.

Sontak saja Abhiyasa melihat wajah putranya. Tangannya menyentuh lembut wajahnya dan dia berkata,

"Wajahnya lembab. Apa kamu sudah mengusap keringatnya Sayang?"

"Iya. Badannya juga. Apa Aksa sakit? Tapi dia kelihatan baik-baik saja dan sehat seperti biasanya," jawab Hani sambil mengernyitkan dahinya.

"Besok, setelah dia bangun. Kita coba lihat saja kondisi tubuhnya selama beberapa jam. Jika dia sehat dan tidak ada masalah, mungkin hanya suhu tubuhnya saja yang berubah malam ini," ujar Abhiyasa sambil tersenyum untuk menenangkan istrinya yang terlihat khawatir pada putra mereka.

Hani tersenyum dan menganggukkan kepalanya menyetujui perkataan suaminya. Dia membuka selimut dan memeriksa kaki putranya.

"Abhi, kaki dan tangan Aksa juga berkeringat semua. Basah sekali," ucap Hani dengan sedikit panik.

Abhiyasa segera bangun dari tidurnya. Dia memeriksa kaki putranya yang memang sedang berkeringat.

"Memang aneh sih, jika dia sehat dan baik-baik saja, maka di suhu ruangan yang sedingin ini pasti tidak akan berkeringat. Apa lagi sebanyak Aksa tadi," ucap Abhiyasa sambil memijit telapak kaki putranya.

"Jadi...--"

"Tidak akan terjadi apa-apa Sayang. Tenang saja. Mungkin saja hanya malam ini dia berkeringat seperti ini," sahut Abhiyasa sambil tersenyum menenangkan istrinya.

Hani menganggukkan kepalanya seraya berkata,

"Semoga tidak terjadi apa-apa pada putra kita."

Abhiyasa meraih tangan istrinya dan menatap dalam mata istrinya itu seraya berkata,

"Tidak akan terjadi apa-apa pada putra kita. Dia jagoan kita yang sangat kuat. Dia pasti akan baik-baik saja."

Abhiyasa melihat jam yang bergantung pada dinding kamar mereka. Kemudian dia berkata,

"Masih jam segini. Kita tidur lagi saja sebelum waktu subuh tiba."

Tangan Abhiyasa membantu merebahkan tubuh istrinya di sebelah putra mereka dan dia kembali memeluknya sehingga tangannya memeluk anak dan istrinya.

...----------------...

Pagi harinya, ketika Aksa sedang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, Hani membantunya untuk memakai bajunya dan merapikan penampilannya. Aksa memang masih berusia dua setengah tahun, akan tetapi dia sangat senang sekali bersekolah.

"Sayang, Aksa kemarin kegerahan ya pada saat tidur malam?" tanya Hani menyelidik.

"Kemarin malam?" celetuk Aksa mengulangi pertanyaan mamanya.

Hani menganggukkan kepalanya membenarkan pertanyaan yang diajukan Aksa padanya.

"Kemarin malam kan sama seperti biasanya Ma. AC kamar Aksa dan kamar Mama Papa menyala seperti biasanya. Dan Aksa juga tidak merasa kegerahan semalam. Memangnya kenapa Ma? Apa Mama merasa kegerahan semalam?" tanya Aksa yang merasa heran pada pertanyaan yang diajukan mamanya padanya.

Hani tersenyum dan menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan putranya. Akan tetapi dalam hati Hani merasakan ada yang janggal dan jujur saja dia tidak tenang memikirkannya.

"Ayo kita sarapan dahulu. Setelah itu kita berangkat bersama dengan Papa," tutur Hani sambil menggandeng tangan putranya.

Pagi itu mereka bersama mengawali pagi mereka dengan aktivitas mereka seperti biasanya. Dan yang paling penting mereka selalu berangkat bersama layaknya keluarga bahagia yang sesungguhnya.

"Sayang, tadi aku sempat bertanya pada Aksa. Katanya semalam dia tidak merasa kegerahan. Sekarang Aksa juga terlihat sehat dan baik-baik saja. Apa perlu kita periksakan saja ke dokter?" tanya Hani berbisik di telinga Abhiyasa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!