Bab 4 Raja, Ratu dan Pangeran

"Pintar sekali sih anak Mama. Pasti Aksa nanti akan jadi juara kelas setiap tahun. Benar kan Pa?" tanya Hani pada Abhiyasa yang sedang menata diorama kereta api di dekat mereka.

Abhiyasa menghentikan kegiatannya. Dia menoleh ke arah istrinya yang sedang mendampingi anaknya yang sedang belajar. Dia pun berkata,

"Tentu saja, jagoan Mama dan Papa kan hebat. Pasti gak akan ada yang bisa mengalahkan anak tampan Mama dan Papa."

"Apa benar Ma, Pa?" tanya Aksa sambil menatap mama dan papanya secara bergantian.

Abhiyasa dan Hani mengangguk secara bersamaan. Hal itu membuat Aksa yang masih berumur lima tahun sangat gembira. Dia melonjak-lonjak bahagia mendapatkan sanjungan dari mama dan papanya.

Tawa Hani dan Abhiyasa mengisi seisi rumah mereka. Kegembiraan keluarga kecilnya sangat berarti bagi mereka berdua. Awal hubungan mereka yang sedikit terhambat karena perbedaan keyakinan, kini sudah terlampaui. Dan hanya kebahagiaan dari keluarga mereka yang menjadi prioritas utama mereka saat ini.

"Aksa! Ayo Sayang bantu Papa. Kita mainkan kereta yang baru saja Papa beli khusus untuk anak Papa yang paling tampan ini," tukas Abhiyasa pada Aksa yang masih melakukan selebrasi.

Sontak saja Aksa berhenti melompat. Dia segera membantu papanya yang sedang merangkai diorama untuk kereta api yang sangat digemari oleh Aksa dan papanya.

Mereka bermain sambil bercanda. Bahkan obrolan mereka hanya seputar kereta api dan sejarahnya. Hobi yang sama itu membuat mereka berdua benar-benar terlihat seperti seorang ayah dan anaknya.

Senyuman Hani tetap mengembang melihat Abhiyasa bersama dengan Aksa yang sedang bermain dan tertawa bersama. Mereka berdua adalah raja dan pangeran dalam hati Hani.

"Aku sangat bersyukur mempunyai kalian sebagai suami dan anakku. Allah memang baik. Allah mempertemukan aku dengan suami yang sangat hangat dan penuh kasih. Dan juga Allah telah mempertemukan aku dengan seorang anak yang baik dan penurut," ucap Hani lirih sambil tersenyum melihat suami dan anaknya yang sedang tertawa dan bermain bersama.

Setelah beberapa saat, Aksa beranjak dari duduknya dan berkata,

"Ma... Aksa capek. Aksa ngantuk. Aksa mau tidur sekarang."

Aksa berlari ke arah mamanya dan memeluknya. Dia bermanja-manja dengan mamanya seperti biasanya.

Hani tersenyum dan memeluk erat tubuh putranya yang sedang memeluknya seraya berkata,

"Mau tidur di sini, lalu dipindahkan sama Papa atau langsung tidur di kamar?"

"Di kamar saja yuk Ma. Tapi... Aksa mau Mama sama Papa menemani Aksa sampai tertidur ya. Malam ini Aksa ingin sekali mendengar cerita dari Papa. Boleh kan Pa?" tanya Aksa pada Papanya dengan tatapan memohonnya.

Abhiyasa tersenyum dan segera beranjak dari duduknya. Dia berjalan cepat menghampiri putranya seraya berkata,

"Tentu saja boleh. Aksa mau tiap hari pun pasti Papa dan Mama tidak akan menolaknya."

"Yeee...," seru Aksa kegirangan mendengar perkataan papanya.

Melihat anaknya yang sedang bahagia, dengan cepatnya Abhiyasa meraih tubuh Aksa dan mengangkatnya layaknya pesawat terbang menuju kamar putranya.

Tentu saja Aksa sangat senang. Dia tertawa bahagia memperlihatkan suasana hatinya saat ini. Hani mengikuti mereka di belakangnya dan dia berbelok arah menuju dapur.

Seperti biasanya, Hani membawakan segelas susu UHT coklat hangat kesukaan Aksa yang di minum sebelum tidur.

"Aksa, Sayang, minum dulu susu coklatnya," ucap Hani sambil memberikan gelas yang berisi susu UHT coklat.

Aksa menerima gelas susu tersebut dan segera meminumnya. Segelas susu UHT coklat hangat itu habis seketika hanya dengan sekali tenggak saja.

"Wah hebatnya anak Papa. Pasti kamu akan menjadi anak hebat nanti. Kamu akan menjadi seorang pemimpin yang sangat hebat dan kuat," ujar Abhiyasa sambil mengusap lembut kepala putranya.

"Seperti Papa," sambung Aksa menanggapi perkataan papanya.

Hani mengambil gelas tersebut dari tangan Aksa dan meletakkannya pada meja yang ada di dalam kamar tersebut. Setelah itu dia menghampiri kedua jagoannya itu dan memeluk mereka berdua seraya berkata,

"Papa Abhi adalah seorang pemimpin yang hebat. Begitu pula dengan Aksa yang akan menjadi penerus Papa nantinya."

Hani mengurai pelukannya. Dia menatap suami dan putranya secara bergantian. Kemudian dia bertanya,

"Bukankah begitu Raja dan Pangeranku?"

Abhiyasa terkekeh mendengar sebutan yang selalu diberikan oleh istrinya itu. Dia mencubit gemas hidung mancung istri tercintanya itu seraya berkata,

"Tentu saja benar Ratu hatiku."

Setelah mengatakan itu, Abhiyasa menarik tubuh putranya dan istrinya untuk tidur di sampingnya. Aksa berada di antara mama dan papanya. Terlihat sekali kebahagiaan dari raut wajah Aksa saat ini. Dalam hatinya dia berharap agar selalu bisa bahagia bersama dengan mama dan papanya.

"Ayo Pa ceritakan tentang semua misi-misi Papa selama ini. Aksa ingin sekali mendengarnya," pinta Aksa pada papanya.

Abhiyasa tersenyum dan mengusap dengan lembut pucuk kepala Aksa. Dia mulai bercerita sesuai dengan keinginan putranya itu. Hani mengusap lembut lengan putranya agar dia bisa nyaman tertidur sambil mendengarkan cerita dari Abhiyasa.

Setelah melihat mata putranya terpejam, Abhiyasa menghentikan ceritanya. Dengan sangat perlahan sekali dia beranjak dari tidurnya. Bibirnya melengkung ke atas ketika melihat istrinya telah tertidur dengan posisi yang sama seperti putra mereka.

"Honey, Sayang, bangun," bisik lirih Abhiyasa pada Hani.

Namun, Hani tidak bergerak sekali pun. Bahkan kini terdengar suara dengkuran halus yang keluar dari mulut istri cantiknya itu.

Abhiyasa terkekeh melihat istrinya yang malah tertidur sebelum mereka berpindah kamar.

"Apa aku pindahkan saja ya?" tanya Abhiyasa sambil berpikir.

"Mama... Papa...."

Terdengar suara Aksa yang masih memejamkan matanya. Rupanya dia sedang mengigau saat ini. Entah apa yang sedna diimpikannya sehingga dia mengigau dengan memanggil mama dan papanya.

Melihat hal itu, Abhiyasa tidak tega untuk berpindah kamar. Niat hati untuk menggendong istrinya berpindah kamar ke kamar mereka pun diurungkannya. Akhirnya dia memutuskan untuk tidak berpindah kamar dengan istrinya. Dia tetap tidur di kamar putranya bersama dengan istri dan anak mereka.

Malam yang sunyi itu kini berganti hari. Di pagi bita itu Hani membuka matanya. Dia merasa haus dan berniat untuk meredakan rasa hausnya. Dia menatap heran pada sekelilingnya. Kemudian dia berkata,

"Ah iya, sekarang aku sedang berada di kamar Aksa."

Dia membelalakkan matanya ketika melihat peluh yang begitu banyaknya berada di pelipis dan dahi putranya. Entah mengapa tangan Hani bergerak sendiri untuk memeriksa badan putranya.

"Abhi, Sayang, bangun," bisik Hani di telinga Abhiyasa sambil mengguncang-guncang tubuh suaminya.

Perlahan mata Abhiyasa terbuka. Dia menatap heran pada istrinya yang terlihat sangat panik saat ini. Kemudian dia berkata dengan suara seraknya,

"Ada apa Honey?"

"Abhi, badan Aksa basah. Dia berkeringat seperti kemarin. Bahkan kakinya dan tanganny pun basah seperti habis mandi," jawab Hani lirih dengan paniknya.

Seketika Abhiyasa bangun dari tidurnya. Dia melihat piyama putranya yang basah kuyup ketika suhu ruangan sangat dingin. Bahkan kakinya pun sangat basah saat ini. Dia menatap cemas pada putranya dan berkata,

"Honey, apa kita bawa saja ke rumah sakit sekarang?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!