Fitnah

Arlan tahu kalau Nenek Sania dan kedua orangtua Sania sedang tidak ada dirumah, tapi yang membuat Arlan merasa aneh. rumah Sania terlihat sunyi.

"Sania bilang ada temannya yang akan datang, tapi kenapa rumah ini sepi? Apa mungkin Sania pergi bersama temannya?" Arlan bertanya tanya sambil berdiri didepan pintu rumah Sania.

Arlan ingin pergi meninggalkan rumah Sania namun mendadak ia merasa haus. Arlan ingin membuka pintu rumah Sania, tapi ia tahu pintunya pasti dikunci.

Arlan kemudian berjalan kehalaman belakang rumah Sania, ia masuk kedalam rumah Sania melalui pintu belakang. Arlan beruntung karena pintunya tidak dikunci.

"Sania, ceroboh sekali dia. pergi tanpa mengunci pintu." Sesuai dugaan Arlan pintu belakang tidak dikunci, Arlan lalu membuka pintu belakang rumah Sania.

Kebetulan pintu itu adalah pintu yang terhubung dengan ruangan dapur, Arlan kemudian mengambil segelas air putih didapur.

Setelah meminumnya air yang ia ambil Arlan melangkahkan kaki menuju ruang tamu, Entah mengapa perasaan Arlan tidak enak. ia terus saja mencemaskan Sania.

Arlan ingin menunggu Sania pulang diruang tamu, sampai diruang tamu Arlan sangat terkejut karena ia melihat Dennis sedang berasa diatas tubuh Sania.

"Dennis! apa yang kamu lakukan?" Arlan setengah berteriak, ia sangat marah.

Walaupun sudah lama Dennis tidak berkunjung kerumah Sania, tapi Arlan masih mengenali Dennis. Dennispun masih mengenali Arlan.

Mendengar namanya disebut Dennis menoleh, Dennis buru buru turun dari atas tubuh Sania. ia tidak mengira kalau Arlan berada dirumah Sania.

Darah Arlan seakan mendidih, jiwanya terasa panas. ia benar benar sangat marah. Arlan mendekati Dennis, dengan geram ia memukuli Dennis. Arlan memukul Dennis beberapa kali.

"Anak supir! Berani beraninya kamu memukulku." Bentak Dennis saat Arlan berhenti memukulnya.

"Menurutmu apa yang harus aku lakukan? apa aku harus diam saja melihatmu berbuat jahat pada Sania?" Arlan ingin kembali memukul Dennis.

Dennis tahu, ia tidak akan menang melawan Arlan. Dennis sama sekali tidak bisa berkelahi sedangkan Arlan, Dennis tidak tahu dari mana Arlan mendapatkan ilmu bela diri.

Karena tidak ingin dipukul lagi, Dennis memutuskan untuk kabur. Dennis berlari meninggalkan Arlan dengan tergesa gesa ia membuka pintu rumah Sania.

Dennis berdecak kesal karena saat ia membuka pintu, ada mobil yang berhenti dihalaman rumah Sania. Dennis melihat Nenek Sania bersama kedua orang tua Sania keluar dari mobil itu.

Sial, aku tidak bisa kabur. Batin Dennis, ia merasa kesal.

"Dennis, benar ini kamu?" Melihat Dennis, ibu Sania langsung menyapanya.

"Iya tante Ranti, ini aku Dennis." Dennis keringat dingin karena Ia melihat Arlan juga sudah keluar dari dalam rumah Sania.

"Dennis, kenapa muka kamu?" Tanya Ayah Sania, ia kelihatan kaget.

Ibu Sania dan nenek Sania juga kaget melihat wajah Dennis luka seperti orang yang habis dipukuli.

Keluarga Sania bukan hanya mengenal Dennis, mereka juga mengenal orang tua Dennis. Dennis berasal dari keluarga terpandang dan juga keluarga baik baik sebab itu Keluarga Sania selalu bersikap ramah pada Dennis.

"Arlan memukulku." ujar Dennis dengan wajah yang dibuat memelas.

"Arlan, sebenarnya apa yang terjadi?" Nenek Sania ingin tahu.

"Arlan mau berbuat kurang ajar pada Sania." Sebelum Arlan mengatakan sesuatu Dennis sudah mendahuluinya, Dennis memutar balikan fakta.

"Saya ingin mencegahnya, tapi dia memukul saya." Dennis melanjutkan kebohongannya.

"Tidak itu tidak benar. justru Dennis yang mau berbuat kurang ajar pada Nona Sania karena itu saya memukulnya." Arlan membantah tuduhan Dennis.

"Arlan bohong. Saya datang kerumah ini hanya untuk bertemu dengan Sania. sampai dirumah ini, saya lihat pintunya terbuka. Saya lalu masuk kedalam saya kaget karena saya lihat Arlan sedang membuka kancing baju Sania." Dennis mengarang cerita.

Cerita Dennis membuat keluarga Sania terkejut. Mereka tidak percaya, Arlan yang mereka anggap sebagai orang baik ternyata bisa melakukan hal itu.

"Saya takut terjadi sesuatu pada Sania, saya lalu berlari keluar untuk mencari bantuan, saya tidak bisa melawan Arlan sendirian karena saya tidak bisa berkelahi." Untuk lebih menyakinkan semua orang Dennis bahkan meneteskan air mata. Dennis benar benar pintar akting.

"Laki laki kurang ajar, tidak tahu diri." Tuan Martin ingin memukul Arlan namun nenek sania menghalanginya.

"Martin! jangan main hakim sendiri." ucap Nenek Sania, ia kelihatan marah.

"Tapi bu, Arlan hampir saja berbuat jahat pada Sania. aku tidak tahu, apa yang terjadi pada Sania? jika Dennis tidak datang." Tuan Martin menurunkan tangannya yang semula ingin ia gunakan untuk memukul Arlan.

"Itu benar bu, Arlan salah. dia memang pantas dipukul." Ibu Sania mendukung suaminya.

"Arlan bilang, Dennis yang ingin berbuat kurang ajar pada Sania dan Dennis bilang Arlan yang ingin berbuat kurang ajar pada Sania. kalian boleh percaya pada Dennis, tapi aku percaya pada Arlan." Nenek Sania yakin Arlan tidak bersalah, nenek Sania sangat mengenal Arlan. ia merasa Arlan adalah anak yang baik.

"Maksud nenek aku bohong?" Dennis pura pura sedih.

"Bukan begitu Dennis, aku tidak melihat sendiri kejadiannya. aku juga tidak tahu siapa yang benar dan siapa yang salah. aku tidak bisa menyalahkan Arlan. kalau tidak ada bukti, bahwa Arlan bersalah." Ujar Nenek Sania membela Arlan.

"Begini saja, kita tanya pada Sania. apa yang terjadi sebenarnya?" usul Nenek Sania.

Mereka semua lalu masuk kedalam rumah untuk mencari keberadaan Sania, didalam rumah mereka menemukan Sania sedang tidur disofa ruang tamu.

"Sani... Sani bangun nak." Ibu Sania duduk disamping Sania tidur, ia mencoba membangunkan Sania.

Dengan mata yang masih terasa berat karena mengantuk Saniapun terbangun dari tidurnya.

"Mama sudah pulang?" Sania tampak bingung melihat semua orang berkumpul diruangan itu, mereka seperti sedang menunggu Sania bangun.

"Ada apa ini?" Sania berusaha untuk duduk.

"Sani... apa yang terjadi padamu?" Tanya Ibu Sania.

"Apa yang terjadi? tidak ada yang terjadi. kenapa ibu bertanya seperti itu?" Sania tidak mengerti, kenapa ibunya bertanya seperti itu.

"Dennis bilang Arlan mau berbuat kurang ajar padamu, tapi Arlan bilang itu tidak benar. " ucap ibu Sania.

"Apa?" Mata Sania berkaca kaca, sama seperti keluarganya. Sania seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Nak..katakan, siapa yang ingin berbuat jahat padamu?" wajah Ibu Sania kelihatan sedih.

"Aku... aku engga tahu, aku engga ingat apa apa. seingatku, aku lagi ngobrol sama Dennis diruang tamu. terus tiba tiba aku ngantuk, setelah itu aku engga tahu lagi apa yang terjadi, mungkin aku ketiduran disofa." Sania bercerita.

"Kalian dengar kan? Sania sedang bersama Dennis bukan bersama Arlan." Nenek Sania semakin yakin kalau Arlan tidak bersalah.

Dennis memutar otaknya. Dennis mulai berpikir, kebohongan apa lagi yang harus ia katakan pada keluarga Sania.

"Sani.. tadi kita memang lagi ngobrol. lalu kamu jatuh tertidur disofa. aku tidak tahu, kamu pingsan atau tidur? aku panik, aku keluar rumah untuk mencari bantuan tapi diluar sepi. aku masuk lagi kedalam, aku mau membawamu kerumah sakit tapi.. " Dennis berhenti bicara.

"Tapi apa?" Sania penasaran, ia ingin mendengar kelanjutan cerita Dennis.

"Tapi Aku lihat, Arlan ada diatas tubuhmu. ia sedang membuka kancing bajumu. Aku berusaha mencegah perbuatan Arlan, Arlan marah lalu dia memukuliku. kamu lihat Sani, lihat mukaku babak belur begini. Semua gara gara Arlan." Dennis memegangi wajahnya agar Sania melihat wajahnya yang lebam.

"Setelah dipukul Arlan, aku belari keluar untuk mencari bantuan. syukurlah keluargamu pulang tepat waktu." Dennis terus bicara agar Sania mempercayainya, ia juga menangis.

"Arlan, tega kamu. tega kamu melakukan itu padaku." Sania menatap kearah Arlan, ia seperti ingin menangis.

"Nona Sania, itu semua tidak benar. nona percayalah padaku. nona sudah mengenalku sejak kecil, apa selama ini pernah berbuat kasar atau berbuat tidak sopan pada nona?" Mata Arlan mulai memerah.

Pak Brata ayah Arlan memang sudah betahun tahun bekerja pada keluarga Sania, bahkan sejak Arlan masih berusia sebelas tahun. seandainya waktu itu pak Brata tidak sakit mungkin pak Brata masih bekerja pada keluarga Sania.

Hati Sania hampir luluh mendengar kata kata Arlan, tapi Dennis tidak mau kalah. ia juga berusaha untuk mempengaruhi Sania.

"Sani... aku tidak bohong padamu, kita berteman sejak kita sma. dulu hampir setiap hari kita bertemu, aku juga tidak pernah berbuat macam macam padamu. Sania aku punya banyak teman perempuan. bukan hanya didalam negeri, tapi juga diluar negeri. teman temanku sering berusaha mengajak aku ke klub malam dan aku selalu menolak." Dennis terus bicara.

"Kalau aku mau, aku bisa bersenang senang dengan perempuan lain. untuk apa aku datang kesini? lalu melakukan sesuatu yang tidak pantas padamu." Dennis masih bicara agar Sania yakin dan percaya padanya.

"Iya.. Dennis, aku percaya padamu."

Kata kata Sania membuat Arlan sakit hati, untuk sesaat ia memejamkan matanya.

"Sudah cukup bicaranya. sebaiknya sekarang kita lihat cctv." Nenek Sania tetap tidak percaya dengan Dennis.

Aku memang pintar, saat Sania tidur aku sudah merusak cctv. waktuku banyak terbuang cuma untuk melakukan hal itu. aku baru naik keatas tubuh Sania, Arlan sudah keburu datang. gara gara Arlan si anak supir, aku tidak sempat melakukan apa apa pada Sania. Dennis menggerutu dalam hati.

Terpopuler

Comments

Qorie Izraini

Qorie Izraini

panjang juga akal licik si Dennis
teringat buat ngerusak barbuk Cctv

2023-10-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!