Bab 05

Dea tampak berpikir keras, siapa wanita tersebut. Kenapa wanita itu mau memberitahunya pintu rahasia untuk keluar dari rumah besar tersebut.

Kali ini Dea tidak lagi menyia-nyiakan kesempatan untuk kabur dari rumah tersebut, apalagi di dalam kamar tersebut jendela terlihat terkunci dengan sangat rapat.

Perlahan Dea melangkah menuju pintu kamar, ia mulai memutar kenop pintu perlahan. Pintu terbuka sedikit, tampak dua pria kekar berdiri di depan pintu tersebut membuat Dea menelan salivanya dengan kasar lalu menutup pintu tersebut kembali.

“Huh! Bagaimana aku bisa keluar dari kamar ini?!” keluh Dea bersandar di belakang pintu.

Dea berpikir sejenak, lalu kembali membuka pintu tersebut.

“Ada apa, Nona? Apa anda butuh sesuatu?” tanya dua pria tersebut saat melihat Dea membuka pintu.

“A-aku, aku lapar,” sahutnya berusaha menyembunyikan kegugupannya.

Dua pria tersebut tampak menatap satu sama lain.

“Tunggu sebentar,” ucap pria tersebut.

Melihat kepergian pria itu, Dea berpikir lagi bagaimana cara pria satunya agar pergi dari depan kamar.

“Mm ... apa kau punya pembalut?” tanya Dea dengan hati-hati.

Pria tersebut mengernyit heran.

“Nona pikir saya cewek?!” ketus pria bertubuh kekar tersebut.

“Begitu saja marah! Aku hanya bertanya, masalahnya aku saat ini sedang datang bulan. Apa penghuni di rumah ini punya pembalut? Bukankah banyak perempuan di rumah ini?!” seru Dea tak mau kalah.

Pria itu tampak terdiam, lalu berdecap kesal.

“Tunggu sebentar! Jangan berani selangkah keluar dari kamar ini!” ancam pria tersebut sembari menunjuk wajah Dea.

Membuat Dea menelan salivanya dengan kasar.

Dea mengangguk ragu.

Setalah melihat kepergian pria tersebut, Dea tak mau menunggu lagi ia mulai menghitung langkahnya menuju ke arah kiri sebanyak sepuluh kali.

Langkahnya berhenti tepat di sebuah pintu, Dea perlahan membuka pintu tersebut dan terdapat banyak barang bekas di dalamnya.

“Hei mau kemana kau?!” teriak pria bertubuh kekar dengan membawa piring berisi makanan di tangannya.

Dea tampak terkejut, ia langsung masuk ke dalam gudang.

Di dalam, Dea berusaha mencari pintu tersembunyi untuk keluar. Akan tetapi tak menemukannya sama sekali.

Pria bertubuh kekar tersebut mendobrak pintu gudang yang sebelumnya di kunci oleh Dea, dengan sekali dobrakan pintu tersebut langsung terbuka.

Dea segera mencari tempat persembunyian yang aman untuknya, karena dirinya masih belum menemukan pintu rahasia tersebut.

“Apa wanita tadi sedang mempermainkanku?!” gumamnya dalam hati karena dirinya masih belum menemukan pintu yang di katakan oleh wanita tadi.

“Hei, Nona. Keluar lah, sebelum Tuan kembali! Kalau tidak, nyawa Nona akan dalam bahaya!” ucap pria tersebut, Dea menutup mulutnya sendiri agar dirinya tak bersuara.

“Cepat cari dia sampai dapat! Wanita itu pasti masih berada di sini, sebentar lagi bos akan datang.” Dea mendengar jelas percakapan diantara kedua pria bertubuh kekar tersebut.

Karena gudang tersebut berdebu, membuat Dea tak bisa menahan lagi untuk bersin.

Haciuu ....

Dea langsung menutup mulutnya kembali dan mengutuk dirinya kembali karena tidak bisa menahan debu yang masuk ke rongga hidungnya.

Namun, beberapa menit kemudian Dea tak mendengar suara kedua pria itu lagi. Dea menajamkan telinganya untuk mendengar suara langkah kakinya, tapi tak terdengar sama sekali.

“Apa mereka sudah pergi?” tanya Dea dalam hati.

Dea perlahan keluar dari tempat persembunyiannya, ternyata Dea tak cukup pintar.

Pria bertubuh kekar tersebut ternyata masih berada di dalam gudang tersebut, sengaja tanpa bersuara agar Dea keluar dari persembunyiannya.

“Hai, Nona. Ternyata anda tak cukup pandai dalam bersembunyi!” ucap pria tersebut sembari menyeringai.

Dea langsung menoleh ke arah belakangnya, melihat kedua pria tersebut tampak menatapnya dengan tajam.

Dengan napas yang turun naik, Dea mengambil sebuah sapu dan memperlihatkan ke arah mereka.

“Jangan berani mendekat! Atau kalian akan menerima akibatnya!” ancam Dea dengan menggunakan sapu.

Dengan tangan bergetar memegang sapu, bersamaan dengan air mata yang mengalir deras.

Kedua pria bertubuh kekar tersebut hanya menyeringai melihat ancaman Dea, apalagi mengancam mereka dengan sebuah sapu.

“Jangan banyak bicara, kau telah mengancam nyawa kami jika Bos mengetahui hal ini!” seru pria tersebut.

Langsung menarik sapu tersebut dan melemparnya kesembarang arah.

“Tangkap dia!” ujar pria tersebut pada rekannya.

Dengan cepat pria tersebut menggendong tubuh kecil Dea, meletakkan di bahunya.

Dea memberontak memukul belakang pria tersebut, tapi sedikitpun pria tersebut tak merasa kesakitan sama sekali.

“Lepaskan aku, aku mohon ... lepaskan!” teriak Dea masih berusaha melepaskan diri.

Namun, kedua pria tersebut tampak tak menghiraukan teriakannya tersebut.

Pria itu membuka pintu kamar yang sama, kamar yang sebelumnya di tempati Dea lalu meletakkan Dea di kasur lalu keluar dan mengunci pintu dari luar.

Dea mengambil vas bunga dan melemparnya ke arah pintu, hingga vas bunga yang terbuat dari kaca tersebut pecah berkeping-keping.

“Hiks ... apa salahku pada kalian?! Kenapa kalian kejam sekali!” teriak Dea histeris.

Karena dirinya bingung harus bagaimana lagi untuk melarikan diri.

“Ibu, tolongin Dea Bu ... hiks!” Dea menangis sejadi-jadinya.

Dea meringkuk di tempat tidur, hingga tanpa sadar dirinya tertidur dalam keadaan menangis. Bahkan masih ada sisa air mata yang mengering di pipinya.

Malam harinya, Dea terbangun. Melihat sekelilingnya masih di dalam kamar yang sama.

Ceklek!

Pintu kamar terbuka lebar.

“Nona, kita ke kamar Tuan sekarang,” ucap wanita yang sebelumnya mengatakan padanya pintu jalan keluar dari rumah tersebut, namun ternyata Dea gagal menemukannya.

“Ka-kamar?” tanya Dea bingung.

Wanita itu mengangguk dengan wajah datar, Dea semakin bingung siapa sebenarnya wanita yang ada di hadapannya saat ini.

Karena tubuh Dea sudah lemah dan tidak bisa melawan lagi. Dea terpaksa mengikuti apa yang di ucapkan oleh wanita tersebut, pakaian yang Dea kenakan juga di ganti oleh wanita tersebut dengan pakaian yang lebih menerawang dari sebelumnya.

Kali ini Dea sudah pasrah dengan keadaannya sekarang, kabur dari rumah besar dan kejaran para pria bertubuh kekar sangat mustahil baginya.

“Sebentar lagi Tuan akan tiba,” ucap wanita tersebut tampak dingin dan datar setelah membawa Dea ke kamar tuannya.

“Siapa kamu sebenarnya?” tanya Dea dengan suara lemah.

Saat hendak melangkah keluar, langkah kakinya terhenti saat mendengar Dea bertanya tentang dirinya.

“Nona, berusahalah jangan membantah dan memberontak jika ingin selamat! Anda belum mengetahui bagaimana kejamnya Tuan Alex,” ucap wanita tersebut pelan.

“Itu jika anda ingin selamat, Nona. Sebelumnya, Nona terlalu gegabah. Bersabarlah, Nona.”

Setelah mengatakan itu, wanita itu langsung melangkah keluar.

Dea terdiam mematung mendengar ucapan wanita tersebut, Dea menghela napas kasar.

Saat ini Dea hanya memikirkan rencana bagaimana dirinya bisa lolos malam ini dari pria tersebut, ia tidak mungkin memberikan kehormatannya begitu saja pada pria yang sama sekali tidak ia kenal, apalagi melakukannya tanpa ikatan pernikahan.

***

Terpopuler

Comments

Ruk Mini

Ruk Mini

yg cerdik cuy..mikir yg keras..udeh dpt clue tuh

2023-07-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!