Keesokan paginya Dea tampak lesu melangkah menuju tempat kerjanya, seperti biasa ia menyelesaikan pekerjaannya dengan baik hingga jam kerjanya berakhir.
Karena pengunjung cafe cukup ramai, Dea di minta lembur hari ini hingga dirinya pulang sedikit larut malam.
Dea melihat lampu ruang tengah sudah mati, Dea berpikir jika ayahnya saat ini sudah tertidur. Karena biasanya sang ayah sudah pulang dan tidur lebih awal.
Saat hendak mengambil kunci serep di tasnya, tak sengaja Dea mendorong pintu rumah yang ternyata tidak terkunci.
“Tidak di kunci?” gumamnya dalam hati.
Dea perlahan melangkah masuk, agar tidak mengganggu tidur ayahnya pikirnya. Karena Dea berpikir ayahnya sudah tidur.
Namun, Dea mendengar samar-samar suara ayahnya tengah berbincang dengan seseorang di dalam kamar.
Rasa penasaran yang cukup tinggi, Dea menajamkan telinga mendekati kamar ayahnya kebetulan saat itu pintu kamar terbuka lebar.
“Bagaimana Pak, berapa harganya jika aku menjualnya padamu? Aku sangat butuh uang sekarang,” ujarnya.
Dea masih belum mengerti apa yang di maksud oleh ayahnya dan ayahnya menjual apa.
Terlihat ayahnya berdecap kesal, karena Dea juga tidak mendengar suara di balik telepon tersebut.
“Ck ... hanya segitu?! Dia itu masih perawan, belum pernah di sentuh pria manapun. Bahkan, dia belum pernah berpacaran,” lanjut ayahnya mencoba menawarkan harga tinggi.
Dea tampak gusar mendengar ucapan ayahnya tersebut.
“Dia bukan anak kandungku!” sentaknya terlihat marah.
Dea membulatkan matanya, ia baru menyadari jika dirinya yang di bicarakan oleh ayahnya tersebut. Tubuh Dea tampak bergetar, bersamaan dengan air mata yang mengalir begitu saja.
Dengan langkah yang gemetar, Dea masuk ke kamarnya tanpa suara.
Di kamar Dea terduduk lemas, tak menyangka pria yang sudah dianggap seperti ayah kandungnya sendiri, tega ingin menjual dirinya.
“Tidak! Aku harus segera pergi dari rumah ini,” gumamnya sembari mengusap air matanya dengan kasar.
Dea melirik jam di pergelangan tangannya, jam tersebut baru menunjukkan pukul 11 malam.
Dea berniat akan kabur dari rumah tersebut, ketika ayahnya sudah tidur.
Dea segera mengemasi pakaiannya sebagian dan memasukkan ke dalam tas ranselnya.
Namun, di tengah sibuk mengemasi pakaiannya, terdengar ketukan pintu kamarnya.
Tok ... Tok ...
“Dea, kamu sudah pulang?” teriak ayahnya dari luar kamarnya.
Dea terdiam sejenak, ia melihat ada gelas kaca di kamarnya untuk berjaga-jaga. Sebelum itu Dea mengusap air matanya terlebih dahulu, agar tak terlihat seperti orang yang sedang menangis.
Lalu mengambil gelas tersebut, tangannya satunya di lipat kebelakang. Sementara tangan satunya, untuk membuka pintu kamar.
“Dea, kapan kamu kembali?” tanya ayahnya menatap sang putri.
Tak seperti biasanya, pria setengah baya itu tampak berkata lembut.
“A-aku ... aku baru saja kembali, Ayah. Apa Ayah butuh sesuatu?” tanyanya berusaha terlihat baik-baik saja.
“Hah, tidak. Ayah hanya memastikan kamu baik-baik saja. Oh ya, besok ada teman Ayah yang ingin bertemu denganmu.”
Dea tidak terkejut dengan ucapan yang di lontarkan oleh ayahnya tersebut, karena sudah mengetahui rencana busuk ayah tirinya itu.
Dea tak banyak bertanya, ia hanya mengangguk patuh.
Ia kembali menutup pintu dan menguncinya setelah melihat ayahnya pergi.
Dea menghela napas berat setelah melihat kepergian ayahnya, Dea bersandar di pintu.
“Huft ... Ibu, Maafkan Dea, Bu.” Dea bergumam, teringat dengan mendiang ibunya.
Tanpa menunggu lagi, Dea kembali mengemasi pakaiannya dan menunggu waktu yang tepat untuk kabur dari rumah tersebut.
***
Hai semua, maafkan author yang belum bisa up banyak ya. Karena kesibukan author di rl, sehat selalu untuk kalian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Ruk Mini
bener mending kaburrrr...
2023-07-20
0
Yusria Mumba
yang fea,
2023-06-23
0