Salju di Amsterdam, Bab 5.

Salma Keysa.

Devin Sanusi Syarif.

***

Sore itu Sandi dan yang lainnya sampai di Amsterdam, Mereka langsung menuju hotel dimana Salma berada.

Salma menelungkup kan tubuh nya di ranjang, Kenapa semesta kembali mempertemukan nya dengan Pria itu? beruntung nya ia menggunakan masker dan syal tebal berbulu.

jika tidak seperti nya pria itu akan mengenali nya, Salma termangu sendiri. kenapa Ia begitu percaya diri dan berpikir pria itu pasti mencari nya, mungkin saja pria itu tidak peduli pada nya?

Seharusnya Ia hidup normal seperti biasa, pria itu saja terlihat tanpa beban.

Salma menghela nafas panjang, semua gara gara rencana jahat Charles. Salma masih tak habis pikir kenapa Ia tega melakukan hal itu.

Salma menoleh pada ponsel nya yang berdering, Sandi tengah menghubungi nya.

"Halo papah?"

"Salma, papah sudah berada di depan lobi hotel, keluar lah nak ! kita akan pergi ke rumah teman papah !"

Salma langsung beranjak dari ranjang, Gegas ia mengemasi barang-barangnya.

Awalnya Sandi hendak menginap di hotel, namun seorang kawan menawarkan rumah untuk mereka.

Rumah tersebut kosong karena sang pemilik berada di London, rumahnya cukup terawat dan layak untuk di singgahi.

"Sayang....!"

Seru Maura saat Salma menghampiri mereka berdua.

"Mah, pah...maaf lama menunggu !"

ujar Salma berganti mencium mereka, Hani, Hana, dan Sang papah.

"Ya sudah tidak apa-apa, kamu cek out saja langsung !"

Salma mengangguk.

Setelah itu Sandi langsung membawa keluarga nya pergi dari hotel menggunakan mobil milik kawan nya juga.

"Kita kemana pah ?"

Tanya Salma duduk di belakang bersama kedua adiknya.

"Rumah teman Papah !"

Salma menoleh pada kedua adiknya yang sibuk dengan ponsel sendiri, mereka memang tidak terlalu dekat karena kesibukan masing-masing.

Saat seperti ini juga mereka terlihat biasa saja, sempat berpikiran ada sesuatu yang aneh dengan mereka, karena mereka tidak seperti kebanyakan adik yang lain nya, dekat dengan sang kakak, kedua nya cuek terlebih lagi mereka sekolah di asrama putri jadi mereka jarang sekali bersama.

Tak berapa lama mereka sampai di depan rumah milik kawan Sandi, agak jauh dari pusat kota. Namun halaman rumah tersebut membuat Salma kagum, taman bunga tulip yang begitu luas dan indah.

"wah bagus banget !"

ujar Hana saat keluar dari mobil, udara begitu dingin karena rintikan salju mulai turun.

Beberapa orang pembantu rumah tersebut langsung menyambut kedatangan mereka, Salma terpaku melihat dekorasi rumah yang bergaya klasik modern itu, sangat elegan.

Salma memindai sekeliling rumah itu, barang barang nya pun bergaya klasik. di pojok rumah itu terdapat pembakaran yang biasa di gunakan untuk menghangatkan tubuh saat musim dingin tiba.

"Silahkan tuan dan nyonya, kami akan tunjukkan kamar kalian...!"

Sandi mengangguk, ia juga kagum dengan keindahan rumah itu.

Pembantu menunjukkan kamar mereka masing masing, Salma terpisah dari si kembar.

"Jika butuh sesuatu jangan sungkan untuk mengatakan nya pada kami !"

Sahut pembantu sembari membungkuk kan tubuh nya.

"Terimakasih....!"

jawab sandi, lalu mereka masuk ke dalam kamar.

*

Salma menghempas kan tubuh nya di ranjang, dari jendela terlihat bunga tulip yang di jatuhi serpihan salju, mereka tetap kuat di hantam kedinginan.

Salma meringkuk menatap salju yang turun, kejadian malam itu terus membayangi. wajah pria asing itu begitu melekat di benak nya, beberapa kali memejamkan mata nya untuk menghapus bayangan itu, namun wajah pria itu semakin nyata menghantui.

"Salma kenapa kau terus mengingat nya ?"

gerutu salma sendiri dalam hati lalu beranjak dari ranjang, terlihat Hana dan Hani keluar dari rumah menghampiri luas nya taman bunga tulip tersebut.

Selalu menjadi pertanyaan dalam benak nya, mengapa mereka bertiga tidak seperti saudara, bahkan dari raut wajah pun mereka tidak sama.

"Bagaimana kalau kita bukan saudara Salma ?"

Tiba tiba saja apa yang Charles utarakan terngiang di telinganya, entah apa maksud Charles mengatakan hal itu.

Hm, mungkin itu hanya alasan agar Salma menerima cintanya.

Salma kembali ke ranjang menarik selimut tebal, senja ini ia hanya ingin tertidur pulas.

*

"Salma....!"

Seru seseorang mengetuk pintu, Salma mengerjapkan mata nya.

"Salma Ayo makan malam dulu !"

Titah sandi dari balik pintu, Salma beranjak lalu menghampiri pintu.

"Sejak datang kamu terus di kamar, ayo kita makan malam dulu !"

Salma mengangguk lalu Sandi merangkul pundak nya untuk turun ke bawah.

**

Pagi...

Salma perlahan membuka mata nya, salju turun cukup deras dan mimpi semalam membuat Salma membeku.

Entah apa yang terjadi dengan dirinya, Ia tidak bisa melupakan malam itu? Kejadian malam itu terekam dalam mimpi, Salma mengigit bibirnya sendiri. begitu memalukan nya Ia benar benar kacau?

Salma menghela nafas panjang kemudian menutup wajahnya dengan bantal, berharap bayangan wajah pria itu tak lagi nampak dalam benak nya.

"Ah sial....!"

umpat Salma kesal karena semakin ia berusaha melupakan, bayangan wajah pria itu semakin nyata membuatnya jengah.

"Salma....!"

Seseorang kembali memanggil nya, kali ini sepertinya sang Mama.

"Ya....!"

Salma membuka pintu dan melihat Maura sudah rapih dengan syal dan jaket tebal nya.

"Bersiap lah kita akan pergi ke luar....!"

ujarnya mengajak Salma pergi keluar.

"Hm, tapi Salma ingin di rumah saja mah!"

Maura tertegun.

"Kita akan pergi jalan-jalan dan mainan ice skating...! Hana dan Hani juga ikut pergi !"

"ya, tapi Salma sedang malas."

Elak Salma menolak untuk pergi karena Ia memang tengah malas pergi.

"Ya sudah kalau begitu !"

Maura tidak memaksa hanya saja Ia sedikit heran dengan Salma, padahal sebelumnya ia sangat bersemangat untuk pergi ke Amsterdam dan sekarang tiba tiba semangat itu meredup.

Jauh jauh Ia menjemput si kembar di rumah Tantenya agar mereka bisa berlibur bersama, Salma malah memilih untuk tetap di kamar.

***

"Aku tuh heran dengan Salma, Kemarin dia sangat bersemangat untuk pergi, bahkan Ia tidak sabaran untuk sampai di Amsterdam, tapi sekarang Ia bilang malas untuk pergi."

ujar Maura pada sandi, keduanya duduk di kursi memperhatikan si kembar yang tengah bermain ice skating.

"Biarkan saja dia memang seperti itu...!"

Ujar Sandi tidak mau ambil pusing karena Seperti itu lah Salma, semau nya dia sendiri.

"Apa Kita akan memberi tahu Salma rahasia Itu ?"

Tanya Maura membuat Sandi menoleh seketika.

"Aku rasa tidak perlu, aku tidak ingin Salma terluka !"

Cukup lah rahasia itu menjadi bagian dari masa lalu yang tidak perlu salma ketahui, bagi sandi yang terpenting adalah masa kini. dimana Salma tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sehat, tanpa beban apapun.

Sandi tidak ingin Salma mengetahui hal sebenarnya, karena kenyataan itu sangat lah menyakitkan.

bersambung....

Terima kasih sudah mampir 😍😍😍

Dukung karya ku ya 😘😘😘

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!