Bab 5. Nama untuk Sadam

Malam itu kediaman Moreno, kedatangan tamu tak diundang. Raut wajah Rianti terlihat kesal saat melihat siapa yang datang, sosok wanita berhijab biru muda dengan gamis berwarna senada. Wanita itu datang bersama seorang pria berpakaian rapi, seperti pekerja kantoran.

"Assalamualaikum Ma," ujar wanita berhijab biru muda itu pada bu Rianti yang tengah duduk di bangku depan rumahnya.

"Assalamualaikum." kata pria itu mengucapkan salam juga dengan sopan.

Wanita berhijab biru muda itu hendak mencium tangan Bu Rianti, namun wanita tua itu langsung menarik tangannya ke belakang.

"Waalaikumsalam," jawab Bu Rianti ketus.

"Ngapain kamu kesini Alina?" tanya Bu Rianti selanjutnya dengan ketus. Alina dan pria itu mengambil tempat duduk yang berhadapan dengan tempat duduk Bu Rianti saat ini.

"Ma, apa kabar?" tanya Alina pada Bu Rianti sambil tersenyum. Akan tetapi, Bu Rianti sama sekali tidak menanggapinya dengan baik.

"Nggak usah basa-basi. Katakan saja apa tujuan kamu datang kemari?" tanya Bu Rianti langsung pada intinya.

"Tante, tolong jangan--"

Bu Rianti lantas mendelik sinis pada pria yang bernama Alina. "Tutup mulutmu! Kamu orang asing disini, tak pantas kamu bicara denganku!" sergah Bu Rianti hingga membuat pasangan suami-istri itu terdiam dengan wajah kaget.

"Kamu juga Alina. Kenapa kamu datang kemari dan membawa suami baru kamu? Apa kamu kesini mau pamer? Kenapa nggak sekalian bawa anak kalian juga?" cecar Bu Rianti pedas.

"Ma, aku datang kesini bukan untuk pamer. Mama mohon dengarkan aku bicara dulu! Aku mohon, Ma." Alina duduk bersimpuh didepan ibu mertuanya.

"Saya tau, kamu kecewa dengan kelakuan anak saya. Saya juga kecewa dengan kelakuannya. Tapi jujur saja, saya lebih kecewa sama kamu. Tega kamu meninggalkan anak kamu disaat dia sedang membutuhkan kasih sayang kamu. Setidaknya seorang ibu, harus punya hati bukan?" mata Bu Rianti berkaca-kaca, detik berikutnya. Air mata mengaliri membasahi wajahnya.

Alina dan suaminya, Ferdi jadi merasa bersalah karena sudah membuat wanita tua itu menangis. Alina memegang tangan mantan ibu mertuanya itu, kalau dia memohon maaf. Dia menyesal karena saat dulu ada masalah rumah tangga dengan mantan suaminya, Alina malah pergi keluar dari rumah dan meninggalkan Sadam seorang diri. Sadam yang saat itu sedang butuh kasih sayangnya, Sadam yang saat itu masih berusia 8 tahun. Alina dulu sangat di kuasai emosi, dia pergi tanpa membawa Sadam. Padahal Sadam terluka, ia lebih terluka karena harus tinggal bersama ayah dan ibu tirinya yang membawa saudara tirinya .

Alina malah pergi meninggalkannya seorang diri dan melakukan hal yang sama dengan mantan suaminya,yaitu menikah lagi. Tanpa peduli bagaimana keadaan Sadam, selama bertahun-tahun meninggalkannya. Dan kini Alina tiba-tiba saja datang setelah 13 tahun menghilang. Bu Rianti tidak habis pikir akan hal itu.

"Maafkan aku Bu, maaf...aku tau aku salah. Aku bukan ibu yang baik untuk Sadam. Justru itu, aku kesini untuk bertemu dengan Sadam. Aku akan mengajak Sadam tinggal denganku, Bu." Sesal Alina dengan isak tangis sedihnya.

"Buang saja jauh-jauh keinginanmu itu Alina. Sadam akan tetap bersamaku sampai aku menutup mata selamanya. Penyesalanmu itu, sudah tidak ada gunanya!" seru Bu Rianti sakit hati. Ia sakit hati bukan karena dirinya harus mengurus Sadam dari kecil sampai sekarang usia Sadam sudah memasuki usia 21. Bu Rianti sakit hati karena Alina dan putranya meninggalkan Sadam untuk memperoleh kebahagiaan mereka masing-masing. Mereka tak peduli Sadam terluka dan sedih.

Apalagi saat Sadam ditinggalkan oleh Alina begitu saja. Anak itu menangis tersedu-sedu, ingin ikut dengan mamanya. Bu Rianti sakit melihat Sadam rapuh.

"Ma, izinkan aku menebus kesalahanku. Izinkan aku bertemu dengan Sadam." pinta Alina yang masih memohon pada wanita tua itu.

"Tante, saya mohon izinkan Alina bertemu dengan Sadam. Beberapa hari ini Alina memimpikan Sadam, Alina juga sangat menderita selama ini karena jauh dari Sadam, Tante." Kali ini Ferdi yang bicara pada Bu Rianti.

"Maaf, tapi saya nggak bisa kasih tau dimana Sadam saat ini!" cetus Bu Rianti seraya menepis tangan Alina dengan kesal.

"Ma, aku mohon ma... setidaknya biarkan aku melihat wajah Sadam. Aku ingin memastikan kalau Sadam baik-baik saja!" Alina tetap memaksa Bu Rianti mengatakan dimana Sadam atau mempertemukannya dengan putranya itu. Sejujurnya, Bu Rianti juga tidak tahu dimana Sadam. Belum ada kabar tentang cucunya dari Arga dan Genan.

"Pergilah Alina!" Titah Bu Rianti, kemudian wanita tua itu pun beranjak dari tempat duduknya.

"Tapi Ma--"

Tak berselang lama kemudian, terdengar suara dua orang pria mengucapkan salam secara bersamaan. Ya, mereka adalah Arga dan Genan. Keduanya datang dengan raut wajah yang sendu dan tampak ada beberapa lebam di wajah mereka.

"Arga, Genan, gimana nak? Apa ada kabar tentang Sadam? Dia menginap di rumah temannya yang mana?" tanya Bu Rianti seraya menatap kedua teman baik cucunya itu.

Arga dan Genan saling menatap satu sama lain. Mereka terlihat ragu untuk menjawab pertanyaan dari Bu Rianti. Sementara Alina dan Ferdi juga terlihat bingung.

"Oma...Oma tenang dulu ya. Sebenarnya...aku sama Genan nggak tau Sadam kemana," ucap Arga pelan, ia takut wanita tua itu kenapa-napa.

"Maksudnya?" tanya Bu Rianti.

"Sadam, Sadam hilang Oma...motornya juga ilang. Sadam nggak tau kemana," jelas Genan yang akhirnya membuat Alina, Ferdi dan Bu Rianti tercengang.

"A-apa kamu bilang!" teriak Bu Rianti terkejut.

"Sadam hilang?" gumam Alina kaget dengan mulut menganga.

"Tapi Oma tenang aja, kita akan cari Sadam. Kita mau lapor polisi sek--"

Brugh!

"OMA!!" teriak Genan dan Arga kaget saat melihat wanita tua itu jatuh pingsan sambil memegang dadanya. Ferdi dan Alina menghampiri Bu Rianti lebih dulu.

****

Malam itu, Sadam berkumpul bersama dengan keluarga Aisha. Mereka duduk di karpet lantai, dengan makan malam yang sudah tersedia di atas lantai itu. Rumah Aisha terkesan sederhana, tapi udaranya sejuk.

"Apa kalian nggak punya meja makan? Atau kursi? Kenapa kita harus duduk di lantai?" tanya Sadam yang merasa aneh dengan posisi makan sambil duduk tanpa kursi dan meja makan.

"Si akang teh banyak nanya ya kayak Dora. Ini bukan duduk di lantai akang, tapi pakai karpet." Cetus Riki menimpali.

"Sholehah, apa Lo nyaman duduk diatas karpet kayak gini? Apa nggak dingin?" lagi-lagi Sadam mengabaikan Riki dan malah bertanya pada Aisha, seolah-olah Aisha adalah satu-satunya orang di rumah itu.

Aisha pun menoleh ke arah Sadam yang kini sedang melihatnya. Aisha menghentak aktivitasnya memindahkan nasi dari tempat nasi ke piring.

"Kita udah biasa kayak gini kok kang. Jadi ya nyaman-nyaman aja kok!" seru Aisha.

"Oh gitu ya."

"Aisha, kamu kasih si akang ini nasi sama lauknya juga!" ujar Pak Asep yang baru saja keluar dari kamarnya dan bergabung dengan Aisha, Sadam dan Riki.

"Eh pak, kok kita manggilnya akang ini terus sih sama dia. Dia pasti punya nama kan?" celetuk Riki merasa aneh bila Sadam terus dipanggil akang ini.

"Iki, akang ini nggak ingat namanya," sahut Aisha.

"Gimana kalau kita kasih nama sementara aja?" kata Riki memberi saran, kakak dan adiknya pun menganggukkan kepalanya patuh.

"Nama sementara?" gumam Sadam dengan kening berkerut yang tak terlihat karena tertutup perban.

"Gimana kalau namanya...."

"HILMAN!"

...****...

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

SKRG LO BRU DTG STELH 13 TH, DLU LO KMN, LO WANITA & IBU EGOIS, LO PISAH SAMA PAPANYA ADAM, TPI LO KORBANKN ADAM YG MSH BUTUH KASIH SAYANG LO.. BETUL APA YG DIKATAKN RIANTI..
LO SAMA SAJA DGN EVITA YG HIANATI SADAM.. LO HNY MNGTINGKN KBAHAGIAAN SENDIRI DRIPADA KBAHAGIAAN ANAK..

2023-09-04

0

Tie

Tie

Hilman nama suami ku 🤭😁

2023-08-16

0

Tiahsutiah

Tiahsutiah

malang bener nasib sadam ya😢

2023-06-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!