****
Vita terkejut mendengar dari Genan dan Arga bahwa Sadam menghilang. Bohong kalau Vita bilang dia tidak peduli lagi pada Sadam, nyatanya hatinya masih peduli pada mantan pacarnya itu.
"Hilang kemana?" tanya Vita.
"Gue rasa lo nggak perlu tau sejauh itu. Lo kan bilang kalau lo nggak ada hubungan apa-apa lagi sama Sadam," jawab Genan dengan ketus. Lalu dia pun dan Arga pergi dari depan rumah mewah yang ditempati oleh Vita dan suaminya.
Vita tertegun, ia gelisah karena Sadam menghilang. Ia pikir semua ini adalah salahnya, gara-gara dia Sadam menghilang.
"Sadam hilang? Kemana dia ya?" gumam Vita cemas. Lalu ia pun mencoba menghubungi Sadam, sayang ponselnya tidak aktif.
****
Di desa tempat Sadam berada saat ini. Sadam ditolong oleh beberapa pria yang sedang memancing di sungai, mereka membawa Sadam ke klinik desa. Sebab rumah sakit terlalu jauh dan letaknya ada di kota, takutnya Sadam keburu kenapa-napa di jalan kalau dibawa ke rumah sakit.
Akhirnya, disinilah Sadam berada. Sebuah ruangan klinik desa, bersama dengan Aisha dan ayahnya. Dokter desa mengobati luka luar yang ada di tubuh Sadam, terutama dibagian kepala. Dokter mengatakan bahwa ada kemungkinan cedera otak atau gegar otak. Namun, mereka bisa memastikan keadaan Sadam saat pria itu siuman nanti.
"Kasihan sekali akang ini. Untung kamu menemukannya neng," ucap Pak Asep, ayah dari Aisha.
"Alhamdulillah pak, tadinya neng pikir kalau si akang teh barang yang hanyut di sungai. Eh...pas dilihat-lihat lagi dari dekat, kok kayak orang." Kata Aisha seraya menatap lekat wajah Sadam yang dipenuhi luka lebam.
"Ya udah neng, bapak teh mau ngurus administrasinya dulu ya. Neng tunggu si akangnya disini," ucap pak Asep kepada putrinya. Aisha menganggukkan kepalanya. Dia duduk di kursi yang tak jauh dari tempat Sadam berbaring. Sementara pak Asep pergi keluar ruangan di klinik itu, menuju ke bagian administrasi untuk membayar biaya perawatan Sadam.
Asep, ayah Aisha adalah ketua RW di desa tersebut. Dia cukup berpengaruh dan terkenal baik hati. Keramahtamahannya tidak perlu diragukan lagi. Dia suka menolong sesama, tidak peduli siapapun yang ditolongnya. Meski hidupnya sederhana dan hanya bekerja di sawah, tapi hidupnya dan kedua anaknya berkecukupan.
"Akang... sebenernya apa yang terjadi sama akang? kenapa akang sampai seperti ini? Semoga akang teh baik-baik saja," gumam Aisha mendoakan Sadam dengan tulus. Ia memperhatikan wajah Sadam yang banyak luka itu, setelah dilihat-lihat oleh Aisha. Wajah Sadam cukup tampan dan kulitnya juga putih bersih. Namun banyak luka penganiyaan di wajahnya, goresan-goresan dari benda tajam juga ada.
Waktu pun berganti menjadi sore, Aisha dan adiknya masih menunggu Sadam siuman di klinik. Sedangkan ayahnya pulang dulu ke rumah untuk membereskan pekerjaannya dulu di sawah, lalu membersihkan tempat untuk Sadam nanti.
Pak Asep dan beberapa temannya sudah memeriksa identitas Sadam, namun identitasnya tidak ditemukan di dalam pakaiannya. Tadinya pak Asep ingin memasang iklan orang hilang, tapi pak Asep takut bila ini membahayakan Sadam kalau ada orang jahat yang memang sengaja ingin mencelakainya. Jadi, untuk sementara ini pak Asep akan menunggu Sadam siuman dulu.
"Teh, Iki keluar dulu ya cari makanan buat kita. Teteh nggak apa-apa kan Iki tinggal sebentar?" tanya Riki, adik Aisha yang masih sekolah SMA kelas 1. Sedangkan Aisha duduk dibangku kelas 3 dan sebentar lagi lulus ujian.
"Iya udah, nggak apa-apa kok. Teteh juga laper dek," sahut Aisha pada adiknya.
"Ya udah deh, Iki pergi dulu. Assalamualaikum teh!" kata Riki pada Kakaknya.
"Waalaikumsalam," jawab Aisha sambil tersenyum.
Dan sekarang Aisha tinggal berdua dengan pria yang masih terbaring tak sadarkan diri itu. Dia juga sambil menunggu ayahnya yang katanya akan datang lagi ke klinik.
Tak berselang lama kemudian, Aisha mendengar suara erangan pelan dari pria yang terbaring di ranjang itu. Aisha beranjak dari tempat duduknya kemudian mendekati Sadam. Aisha melihat kelopak mata Sadam mulai terbuka secara perlahan-lahan.
"Eungh--"
"Akang, akang teh sudah siuman? Alhamdulillah...kalau gitu saya teh panggil dokter dulu!" Aisha tersenyum lega melihat Sadam sudah membuka matanya, walaupun wajahnya tampak pucat dan kesakitan.
Saat Aisha akan pergi memanggil dokter, tangan Sadam menahan Aisha dan membuat gadis itu berhenti melangkah. Aisha melihat Sadam dengan kening berkerut.
"Kenapa? Apa akang butuh sesuatu?" tanya Aisha lembut.
"Ma...jangan tinggalin aku...mama...aku janji nggak akan nakal lagi. Aku janji..." gumam Sadam dengan bulir air mata yang jatuh membasahi wajahnya. Dia menatap Aisha dengan penuh kesedihan.
"Mama?" gumam Aisha bingung. Ia dapat merasakan tangan Sadam yang gemetaran saat memegang tangannya. "Tunggu akang, saya akan panggil dokter!"
"Jangan pergi Ma...aku mohon..." Sadam menangis terisak, dia tidak mau melepaskan genggaman tangannya dari Aisha. Dia menggenggam tangan Aisha semakin erat.
"Tapi saya teh bukan mama...akang...saya..."
Sadam melepaskan genggaman tangannya dari Aisha, kemudian tangannya meremass rambut di kepalanya. Pria itu memekik kesakitan. "AKHH!!! Sakit....argh!!"
"Akang... astagfirullahaladzim..." Aisha panik melihat kondisi Sadam yang seperti itu, kemudian Aisha berlari keluar dari ruangan dan memanggil dokter.
Tak butuh waktu lama, dokter itu langsung memeriksa kondisi Sadam. Untung saja ada alat Rontgen di klinik desa, hingga kepala Sadam bisa di periksa. Dokter menjelaskan pada Aisha bahwa Sadam mengalami gegar otak juga amnesia. Sadam tidak mengingat namanya ketika ditanya dan dia juga tidak tahu siapa dirinya.
"Serius akang teh amnesia? Kayak si sinetron aja ya." celetuk Riki sambil menatap Sadam dengan heran.
"Sholehah, dia siapa?" tanya Sadam pada Aisha, seraya melihat ke arah Riki.
"Nama saya bukan Sholehah akang, nama saya Aisha." ralat Aisha.
"Terserah Lo aja deh, mau nama Lo siapa kek. Gue gak peduli, yang jelas siapa cowok ini? Pacar Lo?" tuduh Sadam dengan gaya juteknya. Sejak bangun tadi, Sadam hanya bicara pada Aisha walaupun ucapannya ketus dan jutek. Dengan gaya gue-elo yang khas orang kota.
"Astagfirullahaladzim, jangan ngomong sembarangan soal teteh! Si akang ini sombong banget," gerutu Riki yang tidak suka dengan gaya bicara Sadam.
Sadam acuh kepada Riki dan hanya melihat Aisha saja. Sadam juga tidak terlalu ramah dan terkesan menyebalkan. Tapi Aisha tetap sabar menghadapinya.
"Sholehah, dimana rumah Lo?" tanya Sadam pada Aisha. "Gue nggak mau ada disini, bau obat."
"Siapa bilang akang boleh pulang ke rumah saya?" ketus Riki kesal, lalu Aisha pun menyenggol lengan adiknya dan meminta Riki untuk diam.
"Iya nanti kita pulang ya kang. Tunggu bapak dulu," ucap Aisha lembut sambil tersenyum. Sadam tetap cuek meski Aisha tersenyum padanya, pria itu terlihat bingung. Ya, jelas saja karena dia hilang ingatan.
****
Di kota, kedua teman Sadam belum menemukan informasi tentang Sadam ada dimana. Namun, mereka menemukan ponsel Sadam didekat sebuah jembatan yang dibawahnya ada air sungai mengalir deras.
"Kita harus lapor ini ke polisi! Pasti terjadi sesuatu sama Sadam, Ga." kata Genan menyarankan.
"Gue yakin ini ada hubungannya sama geng Thanos. Mending kita temuin dulu si geng Thanos dan tanyain dimana Sadam. Setelah itu kita lapor polisi!" ujar Arga pada temannya.
"Ayo Ga."
Genan setuju dengan usul Arga, kini mereka berdua menuju ke tempat geng Thanos. Tak peduli kalau disana tidak menerima orang asing. Dan taruhannya nyawa, bila mereka datang ke markas Thanos. Tapi demi teman mereka, akan mereka lakukan.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
CERDAS JUGA PAK ASEP..
2023-09-04
0
Ramadhani Kania
gpp Ais d panggil sholehah...
2023-05-20
1
Bila
Upnya banyakan atuh kak
2023-05-08
0