Bab 4. Menemui Geng Thanos

Seperti yang diperkirakan oleh Genan dan Arga, jalan yang mereka lalui tidak mudah untuk datang ke tempat geng Thanos. Tempat tersebut dipenuhi dengan manusia yang penuh maksiat, ada yang bermain wanita. Ada yang berjudi, mabuk-mabukan. Jelas, itu bukan hal yang positif.

Saat mereka tiba di gang tempat geng Thanos berada, mereka dihadang oleh 4 orang yang biasa disebut sebagai jawara geng Thanos. Wajah mereka tampak tidak bersahabat saat melihat kehadiran orang asing disana.

Penampilan keempat orang itu terlihat urakan bak preman pasar. Telinga ditindik, lidah yang ditindik, tangan bertato, memakai celana jeans sobek sudah menjadi ciri khas mereka.

"Mau apa kalian kemari?" tanya seorang pria sambil menaruh

"Tunggu-tunggu...gue kayaknya pernah lihat kalian berdua." kata seorang pria sambil menepuk-nepuk bahu Genan, tatapannya menelisik wajah Genan dan Arga.

"Kalian...mantan anggota geng Black Phantom kan?" tanya pria itu akhirnya.

"Kita nggak mau basa-basi sama Lo kalian. Mending kalian ngomong, dimana kalian sembunyiin Sadam?" tanya Arga dengan tatapan tajam pada keempat orang pria yang menghadangnya dan Genan itu.

Sontak saja keempat orang itu tertawa lepas, tawa yang mengejek Genan dan Arga yang menanyakan Sadam. Padahal menurut Arga dan Genan, tidak ada yang perlu ditertawakan dan tidak ada yang lucu.

"Hahaha...kenapa Lo tanyain ketua Black Phantom sama kita?" tanya seorang pria bertubuh tinggi dan berwajah tampan dengan kain merah di lengan jaketnya. Ya, kain merah itu adalah penanda bahwa pria itu adalah ketua dari geng Thanos. Ketua geng Thanos itu sendiri bernama Tristan, dia adalah musuh Sadam. Dua tahun yang lalu Tristan kehilangan adiknya karena Sadam. Dia menyalahkan Sadam karena cinta adiknya ditolak dan adiknya itu memutuskan bunuh diri.

"Tristan, gue tau hilangnya Sadam ada hubungannya sama Lo!" sentak Genan seraya menunjukkan jarinya tepat ke wajah Tristan.

Tristan menurunkan jari Genan yang menunjuk-nunjuk wajahnya, dia paling tidak suka ada orang yang menunjukkan jari padanya. "Hah? Si Sadam hilang?" tanya Tristan dengan kening berkerut dan senyuman sinis dibibirnya.

"Jangan pura-pura nggak tau!" seru Arga bersungut-sungut marah.

"Heh! Sebelum Lo nuduh kita, kenapa nggak Lo tanyain si Sadam sialan itu sama anak gengnya? Anggota yang lain?" seloroh seorang pria yang berdiri disamping Tristan.

"Atau kalian emang mau mati disini?" ancam seorang pria sambil menunjukkan senjata celuritnya yang tajam. Beberapa orang disana melayangkan tatapan membunuh pada Arga dan Genan.

Arga dan Genan berbisik-bisik, mereka pikir memang seharusnya mereka tidak gegabah dan menyelidiki ini diam-diam. Pastinya Tristan dan geng Thanos yang lainnya tidak akan mengaku. Kedua teman Sadam pun pergi dari sana dan memutuskan untuk pergi ke markas geng Black Phantom berada. Mereka akan tetap mencari Sadam sampai ketemu.

Setelah Arga dan Genan pergi, Tristan dan anak buahnya berbicara tentang Sadam yang dilempar ke sungai.

"Kalian cari dia sampai ketemu, secara diam-diam. Gue harus pastiin dia mati atau masih hidup! Kalau dia masih hidup, gue mau bunuh dia dengan tangan gue sendiri. Entah kenapa gue yakin dia masih hidup," ujar Tristan dengan raut wajahnya yang menyeramkan. Anak buahnya menganggukkan kepala mereka dengan patuh. Bagi mereka, titah Tristan adalah perintah yang tidak boleh dibantah.

Untuk keluar dan masuk ke dalam geng itu saja sudah sangat sulit. Karena Tristan adalah orang yang menyeramkan. Dia tidak segan-segan memotong lengan orang yang berani keluar dari geng. Dan bagi yang keliat dari geng ini, pasti akan diburu habis-habis oleh Tristan dan anak geng lainnya.

****

Sore itu setelah diizinkan pulang oleh dokter klinik, Sadam dibawa pulang oleh pak Asep, Aisha dan Riki. Mereka naik mobil colt buntung yang kebetulan akan menuju ke desa mereka yang terpencil. Dikelilingi sawah, hutan, bahkan sungai.

Sadam terlihat linglung saat menaiki mobil colt buntung di belakang. Dia naik di bagian belakang bersama Riki dan pak Asep, sementara Aisha disuruh naik didepan.

"Neng naik didepan aja, anginnya lagi dingin neng." Kata pak Asep pada putrinya.

"Iya pa, neng naik didepan," sahut Aisha patuh. Gadis itu tersenyum, kemudian berjalan ke kursi yang ada di bagian depan mobil itu. Namun sebelum sampai kesana, Sadam menahan pergelangan tangannya. Hingga membuat kedua mata Asep dan Riki membola.

"Lo mau kemana? Temenin gue disini, sholehah!" pinta Sadam pada Aisha. Matanya memicing menatap gadis itu, entah kenapa dia tidak mau jauh dari Aisha. Ada perasaan aneh saat Aisha jauh darinya.

Riki langsung menepis tangan Sadam dengan kesal, supaya menjauh dari kakaknya. "Hey! Kamu teh jangan pegang pegang teteh kayak gitu. Bukan muhrim!"

"Iya kang, akang nggak boleh pegang-pegang tangan anak saya seperti itu," tegur pak Asep tegas.

"Maaf, saya cuma pegang tangan doang kok bukan pegang yang lain," ucap Sadam dengan wajah datarnya.

"Dih! Tetap aja nggak boleh!" seru Riki dengan bibir yang mencebik. Dia sebal pada Sadam karena sikapnya yang angkuh.

"Saya mau Sholehah duduk sama saya disini pak, saya mohon," pinta Sadam pada pak Asep.

"Hah...ya sudah! Iki kamu pindah ke depan, bapa, Teteh kamu sama anak ini...duduk dibelakang," titah pak Asep karena ia kasihan pada Sadam.

Riki tadinya protes, tapi apa boleh buat. Dia akan memaklumi Sadam sekali ini saja. Akhirnya Aisha duduk dibelakang bersama Sadam dan Pak Asep.Di sepanjang perjalanan yang berguncang karena jalanan yang tidak rata. Sadam muntah-muntah dan pak Asep membantunya.

"Huwek...huwek..."

"Aisha, kamu ada minyak angin nggak?" tanya pak Asep sambil menepuk-nepuk punggung Sadam.

"Ada pak, ini." Aisha menyerahkan minyak angin yang selalu ia bawa di tas selempangnya yang terbuat dari bahan rajut itu.

Pak Asep mengoleskan minyak hangat pada perut dan punggung Sadam. Bahkan memakaikan jaketnya pada Sadam. 'Kenapa gue merasa senang dengan kehangatan ini? Kenapa?' batin Sadam bingung.

Tak lama kemudian, mereka pun sampai di rumah Aisha. Pak Asep dan Riki membantu Sadam turun dari mobil. Namun saat Sadam turun dari mobil, tiba-tiba saja dia jatuh terpeleset dan tanpa sengaja memeluk Aisha.

"Astagfirullahaladzim! Akang!" pekik Aisha yang menahan tubuh Sadam didalam pelukannya.

"Gue lemas, sholehah..." lirih Sadam, kemudian pria itu jatuh tidak sadarkan diri dalam dekapan tubuh mungil Aisha.

"Iki! Bantu bapak bawa anak ini ke dalam!" ujar pak Asep tanpa basa-basi, Riki menganggukkan kepalanya kemudian membantu bapaknya membawa Sadam ke dalam rumah. Aisha mengikut mereka dari belakang.

Sementara itu di rumah keluarga Moreno, nenek Sadam sedang menunggu kabar tentang Sadam. Saat itu datang seorang wanita berhijab ke rumahnya menanyakan Sadam.

****

Terpopuler

Comments

Anne Rukpaida

Anne Rukpaida

sapa cwe yg berhijab ya, yg dtg k rmh Sadam 🤔

2023-05-06

1

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

sadam kayaknya gak bisa jauh dr aisha,,,

2023-05-06

0

Kurnianovi

Kurnianovi

siapa ya kira-kira gadis berhijab yg dateng ke rumah sadam

2023-05-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!