Andri berlari untungnya dia bisa mengejarnya Dewi dan mengajaknya untuk bicara di rumah Rana karena Andri benar-benar ingin menjelaskan semua yang terjadi hari ini yang membuatnya kalut. Walau dengan pikiran yang kalut Andri tetap tersenyum dan tegar dihadapan Dewi, agar kekasihnya tidak menampak pikiran yang curiga kepadanya. Karena dia berharap keputusan ini tidak menyakitanya bagi mereka.
Rumah Rana
Dewi berusaha pergi lagi namun Andri mengejar Dewi, Andri tak mau membuat Dewi berpikirkan jelek terhadapnya karena apa yang telah terjadi padanya adalah takdir yang harus diterimanya. Maka dari itu dibawalah Dewi ke rumah Rana karena jalan satu-satunya cuma di rumah Ranalah mereka bisa meluapkan isi hati masing-masing.
Sesampainya di rumah Rana mereka disuruh ngobrol di lantai atas biar tidak ada yang mengganggu mereka karena di tempat itu yang akan membuat mereka bebas meluapkan semuanya. Saat ini hanya rana yang tau situasinya sebab keluarganya Andri sudah tidak bersahabat lagi dengan hubungan Andri dan Dewi.
dilantai atas rumah Rana
Sesampainya di lantai atas rumah temannya itu, tak ada satupun yang membuka suaranya. Mereka terdiam seribu bahasa, tak saling pandang, hanya isak tangis Dewi yang menemani heningnya suasana di sana.
Dalam keadaan terdiam Andri memikirkan bagaimana menjelaskan awal mula dari bencana yang menimpa hubungan mereka. Perlahan tapi pasti Andri memulai membuka suara biar tidak hening antara mereka, dengan perasaan ragu dan juga khawatir penjelanya takut tak diterima meski begitu Andri tetap harus menjelaskannya.
"Sayang... Kenapa tadi kamu pergi? Apakah aku melakukan kesalahan sehingga kamu ingin pergi dariku? Beri tahu jika aku membuat kesalahan padamu, aku tak mau kamu diam saja." Ucapnya sambil membelai rambutnya Dewi yang tertunduk sambil terisak.
"Ceritakanlah mengapa kamu tak jadi ke rumah dan langsung meninggalkanku? malah Rana berteriak memanggilku untuk keluar rumah, saat aku keluar kamu malah ingin pergi meninggalkanku." Tak ada suara sedikitpun dari Dewi yang ada isak tangis yang terdengar. Andri mengangkat wajah Dewi dan menghapus air mata yang mengalir dipipinya. Andri pun memegang pipinya dewi dan mengecup bibirnya Dewi, tak ada sedikitpun respon dari Dewi dia hanya terdiam saja tak membalas apa yang dilakukan oleh Andri padanya.
Dewipun mendorong tubuh Andri agar tidak melakukan lagi keinginannya dan dia menarik nafas kasar agar bisa melegakan hatinya karena dia merasa ada yang berbeda pada Andri. Walaupun begitu Dewi berusaha tersenyum menatap kekasihnya yang kini ada dihadapannya itu. Sebenarnya dia sakit hati saat dia melihat ada yang berbeda dijari manisnya Andri.
Kini dia yakin dengan kehadiran wanita tadi ke rumahnya Andri akan membuat perubahan bagi keduanya, meskipun semua itu akan membuatnya sakit. Mungkin itu ciuman terakhir mereka walau Dewi tak meresponnya Andri tau itu akan menjadi yang terakhit, dalam hati Andri sebenarnya dia geram dengan kelakuannya orang tuanya namun andri tidak bisa menolak apa yang sudah terjadi pada dirinya dan Fika, karena itu sudah menjadi jalan kehidupannya. Andri menatap Dewi dengan serius dan berharap Dewi akan menerianya.
"Apakah aku harus bicara sekarang? Sebelum terlambat dan Dewi tau dari orang lain dan akan menyakitkan dia berlarut-larut," gumam antri seraya mengelis kepala Dewi yang sudah sedikit tenang dengan keadaannya. Andri memulai pembicaraannya agar semua beres tanpa ada embel-embel yang membuat suasana makin tegang dan kacau.
"Sayang... " Ucapnya sambil mengelus kepala Dewi. Dewi hanya menatap andri yang tidak biasanya memperlakukan dia seperti itu. Biasanya Andri suka gresak grusik, atau melakukan yang aneh sehingga membuat Dewi tertawa bahagia. Namun kini rasanya sangat berbeda dari biasanya, terlihat kalem dan lebih serius.
"Apa yang terjadi? Apa ada hubungannya dengan wanita tadi untuk apa dia di rumah Andri?" Gumam Dewi, dengan penuh selidik menatap Andri. Dengan sedikit kaget Andri membelai Dewi dan mulai berbicara.
"Sayang, apa kamu tidak merindukan kekasihmu ini sampai-sampai kamu tak menghiraukan aku." Dengan menatap Dewi dengan senyum, diapun menatap Andri dengan keanehan dan senyuman menjawab semua pertanyaan Andri. "Bukan begitu sayang, aku sangat merindukan kamu makanya aku datang ke sini tanpa memberi tahumu terlebih dahulu. Karena aku ingin memberi kejutan padamu tapi, pas tadi aku kerumahmu aku melihat ada perempuan dan kedua orang paruh baya keluar dari rumahmu, ya mungkin itu kedua orang tuanya aku tidak tau pasti maksud kedatanganya ke rumahmu. Namun, setelah aku pikir mending aku pulang saja dari pada aku menelan pil pahit apa yang terjadi karna aku menerka-nerka saja apa yang terjadi tadi." Ucapnya dengan mengusap air mata yang mendarat di pipinya. Andripun kebingungan dengan jawaban Dewi. Apa yang harus dia lakukan? Sedangkan 3 hari lagi dia dan Fika akan melangsungkan pernikahannya.
Dengan berat hati Andri harus mengatakan yang sebenarnya kepada Dewi yang sebenarnya terjadi. "Sayang, sebelumnya aku mau minta maaf padamu karna aku kamu seperti ini dan membuatmu menangis tanpa sebab yang pasti. tapi,..." Andri menghentikan bicaranya karna melihat Dewi yang menatapnya dengan tajam. "Tapi apa, jawab saja Dri tidak usah kamu tutup-tutupi lebih baik sekarang dari pada terlambat. Karena lambat laun bangkai yang dikubur sedalam apapun akan tercium juga" Ucap Dewi sedikit menyentil perasaan Andri, dengan berusaha menahan tangis dan berlapang dada apa yang akan terjadi padanya.
"Apa kau yakin akan mendengarkan apa yang kan aku katankan padamu? Dan kamu akan menerimanya walau itu sakit?" Ucap Andri, Dewi hayna menganggukan kepalanya, dan memberikan senyuman palsu pada kekasihnya itu.
"Wi, sebenarnya dan wanita tadi itu sudah bertunangan tadi itu dan wanita tadi bernama Fika. Sedangkan dari pihak mereka berharapnya kami berdua menikan langsung, namun aku menolaknya. Aku meminta waktu 1 bulan lamanya untuk mempersiapkan semuanya. Tapi mereka menolaknya dan mereka memberikan waktu 3 hari saja. Jadi keputusannya 3 hari lagi aku akan menikah dengan Fika." Ucap Andri, dengan menatap Dewi yang tak terasa menangis dalam diamnya. Sebelum Andri melanjutkan ceritanya, Dewi mengucapkan selamat padanya dan menjabat tangannya pada Andri. Tak ada kata yang keluar dari mulut Dewi yang menahan tangisnya dengan rasa kecewa, tak percaya kalau Andri menghianati dia. Tanpa ingin tau yang sebenarnya terjadi juga penjelasan dari Andri. Dewi pamit, tanpa sepatah katapun membuat Andri tak bisa melarangnya hanya bisa menatap kepergian Dewi dengan terisak.
Dewi pulang dengan kekecewaannya, tanpa sadar air mata terus mengalir dia pasrah dengan keadaan..
Bersambung
Lanjut ga?
Emm tapi jangan lupa like, komen, n vote ya juga jangan lupa di berikan bintang yang banyak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
anotherbyl
Hai hola Kak...
Dukunganku ku berikan pada kisah cerita mu ini..
Salam dari
MAYRA
PERJALANAN HIDUP KANIA
2020-09-15
1