Ok arah pintu utama, seolah sedang menanti kehadiran seseorang. Siapa lagi kalau bukan Eric yang ditunggu.
"Selamat sore Sayang!" sapa Eric seperti yang biasa ia lakukan.
"Pa... pa!" Felyn berlari menghambur ke pelukan papanya.
Eric menyambutnya dengan ciuman di pipi.
"Mama mana, kok nggak balas sapaan Papa?" tanya Eric kepada anaknya.
Felyn menunjuk-nunjuk ke dalam rumah dengan jari kecilnya.
"Ohh, mama lagi sibuk masak di dapur yah? Yuk kita samperin!" ajaknya sambil menimang-nimang anaknya dengan nyanyian kecil-kecil.
Felyn minta diturunin ketika lewat di ruang tengah karena ia masih mau bermain dengan tante Dewi. Eric tidak melihat Dewi karena dihalangi oleh sofa sedangkan mereka duduk melantai sambil main.
"Papa kamu udah pulang, yah?" tanya Dewi kepada Felyn.
Suara tersebut membuat Eric tertegun. "Dia lagi... dia lagi," gumamnya dalam hati. Ia pun mempercepat langkahnya ke dapur untuk mencari keberadaan istrinya.
"Pantas aja salamku nggak dibalas, rupanya sedang sibuk yah?" kata Eric yang mendapati istrinya sedang mengaduk-aduk masakannya di panci.
"Iya, maaf, saya nggak dengar, lagian malas bangat nunggu Mas di ruang depan soalnya si benalu itu datang lagi!"
"Nggak usah dihiraukan Sayang, nanti dia juga akan bosan kalau tidak ada yang menghiraukannya!" sahut Eric.
"Gimana mau bosan kalau tujuannya belum tercapai yaitu menginginkan dirimu. Dia itu pintar loh, lihatlah dia sedang membujuk anak kita dan sudah terbukti, Felyn sudah akrab dengan dia bahkan tadi ia datang membawa aneka mainan buat anak kita," ujar Anna.
"Kalau perlu jangan buka pintu kalau ia datang lagi!" kata Eric lalu ke kamar untuk berganti pakaian.
Anna sudah melakukan apa yang diucapkan oleh suaminya yaitu menutup pintu tapi Dewi memang cerdas, ia selalu muncul ketika melihat pintu terbuka dan tidak mungkin menutupnya langsung jika ia sudah berada di teras rumah. Ia bahkan langsung masuk ke dalam rumah tanpa dipersilahkan.
Sebenarnya Eric mau keluar dan pengennya bersantai di teras samping rumah namun niatnya diurungkan karena Dewi masih saja asyik bermain dengan Felyn. Sesekali suaranya terdengar dan sangat mengganggu ketenangan Eric. Suara itu lama-kelamaan menjadi nyanyian indah di telinganya. Eric kembali mengutuk diri dan pikirannya yang tiba-tiba ingat lagi masa-masa indah bersama dengan mantan kekasihnya itu.
"Sini mandi dulu, Nak! Tante Dewi juga sudah mau pulang, iya 'kan?" suara Anna terdengar hingga ke kamar. Ia sengaja ngomong begitu agar Dewi cepat-cepat pulang ke rumahnya.
"Oh ya, kalau begitu Tante pulang dulu Sayang, besok kita main-main lagi!" ucap Dewi lalu mencium pipi Felyn dengan gemas.
Felyn adalah anak yang penurut walaupun usianya baru satu setengah tahun tapi sudah lancar berjalan. Ia mengikuti mamanya ke kamar.
Dewi terpaksa pulang ke rumahnya walau sebenarnya ia masih ingin melihat wajah mantan kekasihnya.
(Aku tau kamu selalu menghindar dariku tapi aku akan tetap sabar menanti cinta darimu. Aku rindu belaianmu, rindu ciumanmu, rindu elusanmu... ahhhh... rindu segalanya.) Dewi mengirim pesan tersebut ke nomor ponsel Eric.
Eric meraih ponselnya di samping tempat tidur. Ia kaget dan gugup karena bersamaan dengan itu pula Anna dan Felyn keluar dari kamar mandi.
"Ada apa Mas, kok wajahnya gugup gitu?"
"Nggak ada apa-apa, saya lagi liat chat teman-teman di grup kantor, eh... ternyata besok ada meething," sahut Eric lalu tersenyum. Buru-buru ia menghapus pesan dari dewi lalu mematikan ponselnya.
"Ehhh, anaknya Papa udah mandi, pasti harum deh!" katanya lagi untuk menutupi rasa gugup di wajahnya.
"yah, pasti harumlah, sana mandi biar harum juga!" kata Anna dengan nada memerintah.
"Iya deh, Papa itu selalu harum walaupun nggak mandi seharian," ucap Eric lalu menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi.
Setelah keluar dari kamar mandi, istri dan anaknya sudah tidak nampak. Mungkin sudah ke ruang keluarga untuk menonton.
Eric menyalakan ponselnya kembali dan memeriksa pesan yang masuk. "Astaga!!!" pekiknya dalam hati.
Ada beberapa foto seksi yang dikirim oleh Dewi, bahkan gambar sesuatu yang belum pernah ia sentuh pada saat pacaran dulu pun dikirimnya. Sangat menawan dan menggiurkan sehingga mampu membuatnya tegang.
(Tolong jangan selalu kirim chat kepada saya pada saat sedang berada di rumah. Istriku bisa melihatnya karena ia juga sering menggunakan ponsel milikku!) Eric mengirim pesan tersebut.
(Oke, jadi boleh yah aku kirim chat jika Kakak sedang di luar rumah?) balasan dari Dewi.
Eric masih ingin membalas chat tersebut tapi mendengar derap langkah yang semakin mendekat ke arah kamar membuat ia cepat-cepat mengenakan pakaian dan mematikan nada dering ponselnya lalu buru-buru keluar untuk bergabung dengan istri dan anaknya.
Foto-foto yang dikirim oleh Dewi benar-benar telah meracuni otaknya bahkan ada keinginan untuk melihatnya secara langsung. Gambar-gambar tersebut membuatnya sangat penasaran.
"Kenapa menghayal, Mas?"
"Siapa yang menghayal? Nggak Sayang, cuman sedikit capek dengan pekerjaan di kantor tadi,"
"Oh, ya kalau gitu, sini saya pijitin!"
Anna mulai memijit bahu suaminya sambil menyentuh bagian-bagian leher yang sensitif membuat Eric terangsang. Tapi ia sedang membayangkan bahwa Dewi -lah yang sedang mencumbuhnya.
"Terima kasih Sayang, sudah membuat Mas senang!"
"Sama-sama,"
Anna berpindah ke depan dan keduanya saling berhadapan. Eric baru sadar jika istrinya saat ini sangat seksi. Paha mulusnya sengaja ia pamer dan belahan dadanya terbuka dengan lebar. Sayang sekali buah itu masih tetap dalam kekuasaan si kecil.
"Kapan yah, benda ini menjadi kekuasaanku kembali?" tanya Eric sambil terkekeh.
"Nggak lama lagi, kok," sahut Anna dengan manja.
Tangan Eric mulai nakal. Pemandangan di depannya ia padukan dengan foto-foto yang masih melekat di ingatannya membuatnya bersemangat, ditambah lagi dengan reaksi dari Anna yang sepertinya sangat menginginkan sentuhannya.
Kedua kaki Anna sengaja di buka sehingga tidak ada yang menghalangi pandangan Eric lagi. Keduanya saling raba-meraba dan sesekali mendesah penuh kenikmatan.
Mereka beraktifitas di kursi sofa sedangkan Felyn sama sekali tidak menghiraukan apa yang sedang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Ia sedang asyik membolak-balik mainan pemberian tante Dewi. Tak sedikit pun ia menoleh ke arah suara aneh yang saling bersahutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments