Sekitar pukul tiga sore Anna bangun. Tadi ia ketiduran pada saat menidurkan Felyn yang rewel terus sejak semalam karena ada giginya yang mau tumbuh. Kata orang tua, anak-anak akan rewel jika giginya tumbuh dan biasanya satu paket dengan sakit perut. Persis yang dialami oleh Felyn saat ini, namun entah benar, entah salah atau hanya terjadi secara kebetulan.
Sambil mengucek-ngucek matanya ia menengok dari balik jendela kamarnya untuk melihat asal suara gaduh. Rupanya ada pendatang baru yang akan mengisi rumah kosong di sebelahnya. Pemilik rumah tersebut sedang berada di rantau orang karena tuntutan pekerjaan sehingga rumah itu dikontrakan.
Baru satu bulan rumah itu kosong setelah orang yang mengontraknya pindah ke tempat lain dan hari ini sudah ada lagi orang yang akan mengisinya.
Tampak sebuah mobil truk penuh dengan barang-barang dan sementara diturunkan membuat suara gaduh hingga terdengar ke rumah Anna.
Sebagai tetangga, Anna ingin tahu siapa kira-kira yang akan menjadi tetangga barunya.
"Ada yang mau pindah ke rumah ini, Pak?" tanya Anna kepada salah seorang laki-laki paru baya yang turut membantu menurunkan barang-barang dari mobil.
"Iya Bu, tapi orangnya belum datang, rencananya besok siang baru tiba di sini karena ia berangkat dari luar kota," sahut bapak itu.
Anna segera kembali ke rumahnya karena mengingat anaknya yang tidur sendirian di kamar.
***
Malam hari sebelum tidur Eric dan Anna saling bincang-bincang dan bertukar cerita tentang pengalaman seharian di rumah dan di kantor.
Eric selalu menjadi pendengar yang setia ketika istrinya menceritakan pekerjaannya, kenakalan anaknya, dan ada saja yang jadi bahan ceritanya hingga mas-mas penjual sayur dan ikan tak ketinggalan dari cerita yang diungkapkan.
"Ehh, hampir lupa Mas, besok kita akan punya tetangga baru loh!"
"Oh, yah,"
"Iya, tadi barang-barangnya udah datang. Mudah-mudahan aja orangnya baik sehingga kita punya teman lagi seperti ibu Mira, tetangga kita dulu,"
"Semoga aja,"
Tak lama kemudian rasa kantuk pun datang membuat mata terasa berat. Keduanya pun tertidur sambil berpelukan.
Keesokan harinya Anna bangun ketika hari masih malam seperti biasanya dan ia akan gelisah apabila sudah tiba waktunya. Dengan lincah ia menyiapkan sarapan sambil menggiling pakaian kotor menggunakan mesin cuci. Ia selalu menggunakan peribahasa "Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui", dan suaminya akan bangun setelah sarapan sudah siap di meja.
Sejak kehadiran Felyn di tangah-tengah keluarga mereka terkadang membuat jam tidurnya di malam hari terganggu tapi walaupun demikian ia tidak pernah ketiduran dan lupa bangun di pagi hari.
Eric selalu mengakui dan memuji sifat istrinya yang rajin dan lincah. Di tengah kesibukannnya setiap hari Ia tidak pernah lupa untuk merapikan pakaian suaminya karena itu Eric selalu berpakain bersih, rapi, dan harum saat ke kantor.
Menjelang sore, sebuah mobil Avanza berwarna putih tulang memasuki pekarangan rumah tetangga sebelah. Rupanya orang yang akan menghuni rumah tersebut sudah datang.
Anna mengintip dari balik jendela kaca rumanya. Seorang perempuan muda dengan rambut panjang berwarna kuning keemasan dan terurai turun dari mobil. Wanita itu memakai kaca mata riben.
Kerena penasaran, Anna pindah ke ruang tamu untuk melihat calon tetangganya itu lebih dekat.
Tampak wanita itu melangkah dengan gemulai, lekuk-lekuk tubuhnya terlihat sangat jelas karena ia memakai pakaian pas badan. Anna heran karena tidak ada lagi orang yang turun dari mobil.
Sebelum ia masuk ke rumah, wanita itu kembali ke mobilnya, mungkin ada sesuatu yang tertinggal. Ia menaikkan kaca matanya menjadi bando di kepala dan kini wajahnya sudah sangat jelas. "Sepertinya saya pernah lihat wanita itu," guman Anna dalam hati. Ia berusaha mengingat-ingat siapa wanita yang akan menjadi tatangga barunya.
"Tidak mungkin... tidak mungkin!" katanya sambil mondar-mandir di ruang tamu.
Ia kembali mengintip wanita itu dan jaraknya semakin dekat karena wanita itu sedang menelepon dan ia berbicara sambil jalan-jalan mengintari pekarangan rumahnya.
Dada Anna berdebar kencang karena ia sudah yakin bahwa penglihatannya tidak salah. Wanita itu adalah Dewi, mantan kekasih Eric. "Apa yang harus kulakukan? Mengapa dia muncul di saat kami sudah bahagia? Apa maksudnya ia datang mendekat?" jeritnya dalam hati.
Anna duduk di sofa dengan perasaan yang kurang enak. Rasa khawatir dan takut membuatnya gelisah. Ia mencoba meredam dengan cara menghirup udara dan menghembuskan secara perlahan.
Ia tak habis pikir dengan tetangga barunya yang hanya datang sendirian. "Mungkinkah ia belum bersuami? jika ya, berarti rumah tanggaku sedang dalam ancaman, ataukah mungkin ia datang karena dipanggil oleh Eric? Tidak, tidak mungkin karena selama ini Eric sangat perhatian dan tidak pernah menunjukkan sikap yang aneh-aneh, bahkan ponselnya selalu diletakkan begitu saja dan tidak pernah dikunci atau dipasangi sandi, ataukah Eric punya ponsel lebih dari satu? entahlah!" pikirnya dalam hati.
"Selamat sore Sayang!" suara Eric yang baru pulang dari kantor mengagetkan dirinya.
"Selamat sore," sahutnya dengan suara datar dan wajah tanpa ekspresi membuat suaminya heran.
Eric menghampiri dan meletakkan punggung tangannya pada kening sang istri.
"Apa kamu sedang sakit, Sakit?" tanyanya dengan khawatir.
"Enggak kok, aku baik-baik saja," sahut Anna masih dengan wajah yang datar.
"Tapi kamu kurang semangat, atau kamu lagi capek ngurusun Felyn seharian?"
Anna menggeleng kepala dan beranjak dari duduknya lalu masuk ke kamar untuk merebahkan tubuhnya. Ia sadar bahwa tak seharusnya ia bersikap demikian kepada suaminya tapi rasa takut kehilangan dan rasa cemburu telah menguasai pikirannya membuat ia cuek.
Eric tak habis pikir dengan sikap istrinya yang tidak biasa. Wajah riangnya seketika hilang tanpa alasan. Ia mengganti pakaian seragamnya dengan pakaian santai lalu keluar dari kamar dan mulai menyibukkan diri dengan ponselnya untuk mengurangi rasa penasaran atas perubahan sikap istrinya.
Perlahan Anna bangkit dan mengintip suaminya dari balik pintu kamar. Hatinya semakin galau melihat Eric yang menatap layar ponselnya sambil senyum-senyum. "Jangan-jangan ia sedang chatingan dengan mantan kekasihnya," desianya dalam hati. Debaran jantungnya semakin berpacu cepat dan lututnya ikut gemetar dan seolah tak mampu untuk menopang bobot tubuhnya. Kakinya lemas serasa tak bertulang.
Ia kembali masuk ke kamar dengan perasaan galau. Ingin menangis dan berteriak namun masih punya kesadaran bahwa apa yang ada di pikirannya saat ini belum tentu benar.
Suara Felyn membuatnya terhenyak, ia menghampiri dan menggendong lalu menyusuinya.
"Eh, anak papa udah bangun?" ucap Eric yang muncul di pintu kamar.
Felyn melirik papanya sambil tersenyum dengan mulut masih mengisap ****** susu sang mama dengan lahap.
Eric menatap istrinya yang menunduk lesu lalu mencoba mengingat-ingat, kira-kira apa yang telah ia lakukan hari ini yang membuat istrinya jadi berubah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments