4. Merasa Terganggu

Dewi hanya beralasan bahwa mobilnya nggak bisa nyala karena tidak berselang lama setelah kepergian Eric, ia pun berangkat menggunakan mobil tersebut dan semua ini disaksikan oleh Anna yang mengintip dari jendela kaca rumahnya.

"Tittt, tittt, tittt!" ponsel Eric berdering pertanda ada pesan yang masuk.

Ia memeriksa ponselnya dan benar ada pesan ynag masuk dikirim oleh seseorang yang namanya tidak tercantum dalam penyimpanan memori pada ponselnya, hanya nomor yang muncul.

(Jangan bohong Kak, saya tahu kamu masih cinta sama aku dan itu dapat kulihat pada sorot matamu. Kamu hanya takut kepada istrimu sehingga berpura-pura tidak kenal denganku. Aku tidak seperti yang kamu kira, buktinya sampai sekarang aku belum menikah karena masih mengharapkan cintamu. Aku tidak bisa melupakan dirimu!)

Eric memeriksa foto profil yang punya nomor tersebut dan dugaannya benar bahwa siapa lagi yang berani mengirim chat seperti itu kalau bukan mantan kekasihnya.

Ia mengabaikan pesan tersebut dan berusaha untuk konsentrasi dengan pekerjaannya namun bayangan Dewi justru semakin menari-nari di pelupuk matanya. Senyuman yang selalu menghias bibir seksinya kembali memenuhi kepalanya. Ia juga teringat dengan sikap mantan kekasihnya itu yang kadang membuat dirinya kewalahan tapi Dewi selalu berhasil menggodanya.

(Kenapa chatku nggak dibalas? Aku sangat merindukanmu makanya aku nekat mencari tahu alamatmu dan aku siap kok jadi istri ke-dua buat kamu!)

Eric semakin tidak tenang dibuatnya apalagi chat berikut yang dikirim disertai foto dengan bibir seksi yang sangat menggiurkan. Dulu bibir itu sering ia ***** hingga lupa segalanya.

(Kalau Kakak udah siap mau ketemu denganku, hubungi aja nomorku soalnya kantor kita berdekatan loh! Aku kerja di kantor BPJS Ketenagakerjaan.)

Letak kantor yang disebut oleh Dewi hanya berjarak dua bangunan dengan kantor tempat Eric bekerja.

(Ya udah dulu Kak, aku mau kerja dulu. I love you!)

Chat dari Dewi masuk lagi.

Sepanjang hari itu Eric tidak bisa bekerja dengan baik. Bayangan Dewi dan Anna, istrinya sedang mengganggu pikirannya. "Kenapa Dewi tiba-tiba muncul lagi setelah saya hidup bahagia? Mampukah saya menghadapi cobaan ini?" rintihnya dalam hati.

Sebelum pulang ke rumah untuk makan siang, Eric tak lupa menghapus semua pesan dari Dewi karena takut jika Anna melihatnya.

Ia memasang wajah ceria ketika tiba di rumah dan seperti biasa ia selalu memuji masakan istrinya sehingga Anna ikut senang.

Eric berdoa dalam hati agar Tuhan menjauhkan segala godaan dari luar karena sesungguhnya ia sudah hidup bahagia bersama sang istri dan buah hatinya.

Tak bisa dipungkiri bahwa Dewi memang lebih cantik dari pada Anna tapi dua-duanya punya kelebihan.

"Sebentar malam kita jalan-jalan, yuk!" kata Eric setelah beristirahat di ruang keluarga.

"Yang benar, Mas?" tanya Anna dengan senang.

"Iya Sayang, udah lama loh kita nggak pernah jalan-jalan," sahut Eric sambil tersenyum.

Ia senang melihat respon istrinya dan dalam hati berharap agar Anna bisa terhibur dari masalah yang sedang membuatnya risau.

Setelah Eric kembali ke kantor, Anna mempersiapkan segala sesuatunya sehubungan dengan rencana jalan-jalannya sebentar malam. Ia senyum-senyum membayangkan bagaimana serunya nanti bahkan ia sudah merencanakan untuk berbelanja pakaian dan tas agar tidak kalah oleh tetangga baru.

***

"Sudah siap, Sayang?" seru Eric yang telah mengenakan jaketnya.

"Tunggu sebentar, Felyn masih ingin buang air kecil!" suara Anna terdegar dari dalam kamar.

Setelah Felyn keluar dari kamar mandi, mereka bersiap untuk berangkat. Anna mengunci pintu dan bergegas membuntuti suami dan anaknya yang sudah jalan duluan ke halaman rumah.

"Kalian mau ke mana?" suara Dewi mengagetkan mereka.

"Mau jalan-jalan, memangnya kenapa?" tanya Anna dengan ketus, ia tidak suka perempuan itu datang dan merusak moodnya.

"Sabar..., tadinya aku mau minta tolong kepada Kak Eric untuk mengantarku beli sesuatu, maklum aku 'kan orang baru yang belum tahu letak toko-toko di sini tapi rupanya kalian mau bepergian jadi besok aja deh," ujar Dewi dengan suara yang begitu lembut namun bagi Anna, sangat memuakkan.

"Kenapa harus minta tolong ama suami saya? Memangnya Mbak nggak punya suami?" ucap Anna dengan emosi.

"Yah, namanya juga tetanggaan, masa nggak boleh minta tolong? Kalau aku udah punya suami, mana mungkin mau minta pertolongan sama orang lain. Aku tuh masih single loh, mau puas-puasin masa muda dulu!' kata Dewi sambil senyum-senyum dan sesekali melirik ke arah Eric yang pura -pura sibuk memeriksa motornya dan seolah-olah tidak mendengar percakapan mereka.

Anna sudah malas meladeni tetangga yang satu ini, bikin masalah saja. Ia berlalu meninggalkan Dewi yang masih berdiri di dekat teras rumah.

"Yuk, kita berangkat, Mas!" ajak Anna kepada suaminya.

Eric mengangguk dan menyalakan mesin motornya lalu segera berangkat tanpa menghiraukan Dewi lagi. Sepanjang perjalanan Anna terdiam, pikirannya galau dengan sikap Dewi yang selalu mengganggunya. Baru satu hari jadi tetangga tapi kelakuannya sudah menjadi-jadi, apalagi kalau sudah seminggu, sebulan, atau setahun.

Pertama, Eric membawa istri dan anaknya ke rumah makan yang terletak di sudut kota. Ia tahu Anna sangat menyukai menu yang ada di situ. Keduanya sering mengunjungi rumah makan tersebut waktu masih pacaran dulu.

"Mau pesan apa, Sayang?" tanya Eric ketika mereka sudah duduk.

"Terserah Mas aja, selerah makanku sudah hilang gara-gara perempuan gatal itu!" Anna menggerutu dengan kesal.

"Jangan gitu dong Sayang, kita ke sini mau bersenang-senang, bukan mau ngebahas sesuatu yang tidak penting.

"Harusnya tadi Mas gertak dia atau setidaknya ngomong satu kalimat aja biar mantan kamu itu nggak ganggu kita lagi, tapi Mas malah diam aja!" seru Anna dengan nada emosi.

"Yah, udah Sayang, Mas yang salah," ucap Eric mengalah. Ia tidak mau memperpanjang masalah lagi. Malu dilihat oleh para pengunjung yang lain.

Tanpa bertanya lagi, Eric langsung memesan makanan kesukaan mereka sementara Anna sibuk dengan ponselnya untuk meredam kemarahan dalam hati.

Eric menggendong putrinya sambil berceloteh. Ia mencoba mencairkan suasana yang lagi tegang dengan bermain bersama Felyn.

Tak lama kemudian makanan yang dipesan sudah datang. Eric langsung mencicipinya setelah membaca doa sambil menyuapi anaknya sedikit demi sedikit.

"Ayo Sayang nasinya dimakan, entar keburu dingin. Enggak enak loh kalau sudah dingin!" kata Eric kepada istrinya yang masih sibuk dengan ponselnya.

Anna menyimpan ponselnya ke dalam tas lalu menikmati makanannya karena sebetulanya perutnya juga sudah keroncongan.

Usai makan mereka masih menyempatkan diri untuk berbelanja di toko yang tidak jauh dari rumah makan tersebut. Wajah Anna sudah tidak murung lagi. Ia kembali sadar bahwa apa yang terjadi tadi bukanlah kesalahan suaminya.

Eric membebaskan istrinya untuk berbelanja karena tadi ia baru terima THR di kantor sehingga apa yang direncanakan oleh Anna tadi di rumah sebelum berangkat, kini semuanya sudah terkabul.

Episodes
1 1. Wanita Kedua
2 2. Tetangga Baru
3 3. Tamu di Pagi Hari
4 4. Merasa Terganggu
5 5. Dapat Kiriman Berupa Gambar
6 6. Tidak Bisa Fokus Bekerja
7 7. Terjebak
8 8. Semakin Berpeluang
9 9. Rencana Baru
10 10. Kenangan Masa Lalu
11 11. Jatuh Sakit
12 12. Penghalang Sudah Pergi
13 13. Tamu di Malam Hari
14 14. Merasa Kehilangan
15 15. Begitu Dingin
16 16. Segera Urus Surat Cerai!
17 17. Pindah Rumah
18 18. Senjata Makan Tuan
19 19. Pengaruh Obat Perangsang
20 20. Ada Rasa Rindu
21 21. Kepergok
22 22. Datang dan Pergi dengan Tangan Kosong
23 23. Teman Curhat
24 24. Punya Karyawan
25 25. Foto Profil Masih Tetap
26 26. Tetangga Sudah Pergi
27 27. Hari Pernikahan Sang Kakak
28 28. Kecelakaan
29 29. Maafkan Ayah, Nak!
30 30. Tetap Sabar dan Setia
31 31. Bisnis Baru
32 32. Foto Keluarga
33 33. Rindu Sosok Ayah
34 34. Apa yang Harus Kita Lakukan?
35 35. Rasa Bersalah
36 36. Terharu
37 37. Acara Perpisahan
38 38. Sama-sama Kecewa
39 39. Perasaan Lega
40 40. Teman Masa Kecil
41 41. Tidak Tega
42 42. Jangan Ikut Campur Urusanku!
43 43. Tidak Memaksa
44 44. Teman Biasa
45 45. Kembali
46 46. Mengundurkan Diri
47 47. Pertemuan yang Mengharukan
48 48. Wajah yang Tidak Asing
49 49. Iri
50 50. Tidak Punya Rasa Malu
51 51. Jangan Sampai Menyesal
52 52. Meresahkan Saja
53 53. Tulus dan Ikhlas
54 54. Sudah Berubah
55 55. Segan dan Malu
56 56. Pengaruh Miras
57 57. Kembali
58 58. Menjadi Tamu Spesial
59 59. Suasana yang Baru
60 60. Hanya Bisa Menangis
61 61. Tempat Untuk Berlindung
62 62. Tidak Yakin
63 63. Ulang Tahun Ibu
64 64. Wanita itu Hamil
65 65. Tidak Mau Merepotkan
66 66. Tatapan Penuh Kebencian
67 67. Video Viral
68 68. Tidak Pernah Mengabaikan
69 69. Nuansa Merah Putih
70 70. Berjanji Akan Berubah
71 71. Tidak Sengaja Menunda
72 72. Lebih Dari Cukup
73 73. Sebuah Ganjaran
74 74. Merasa Tersinggung
75 75. Memberikan Kejutan
76 76. Sepenggal Cinta
77 77. Mobil Baru
78 78. Bijaksana
79 79. Ulang Tahun Krisna
80 80. Rindu Rumah
81 81. Depresi
82 82. Cantik dan Baik Hati
83 83. Tidak Salah Lagi
84 84. Tampil Apa Adanya
85 85. Dia Sudah Berubah
86 86. Berbeda Dengan Masa Lalu
87 87. Tetap Berhati-hati
88 88. Janda Bolong
89 89. Memberi Maaf
90 90. Selamat Menikmati Kebahagiaan!
Episodes

Updated 90 Episodes

1
1. Wanita Kedua
2
2. Tetangga Baru
3
3. Tamu di Pagi Hari
4
4. Merasa Terganggu
5
5. Dapat Kiriman Berupa Gambar
6
6. Tidak Bisa Fokus Bekerja
7
7. Terjebak
8
8. Semakin Berpeluang
9
9. Rencana Baru
10
10. Kenangan Masa Lalu
11
11. Jatuh Sakit
12
12. Penghalang Sudah Pergi
13
13. Tamu di Malam Hari
14
14. Merasa Kehilangan
15
15. Begitu Dingin
16
16. Segera Urus Surat Cerai!
17
17. Pindah Rumah
18
18. Senjata Makan Tuan
19
19. Pengaruh Obat Perangsang
20
20. Ada Rasa Rindu
21
21. Kepergok
22
22. Datang dan Pergi dengan Tangan Kosong
23
23. Teman Curhat
24
24. Punya Karyawan
25
25. Foto Profil Masih Tetap
26
26. Tetangga Sudah Pergi
27
27. Hari Pernikahan Sang Kakak
28
28. Kecelakaan
29
29. Maafkan Ayah, Nak!
30
30. Tetap Sabar dan Setia
31
31. Bisnis Baru
32
32. Foto Keluarga
33
33. Rindu Sosok Ayah
34
34. Apa yang Harus Kita Lakukan?
35
35. Rasa Bersalah
36
36. Terharu
37
37. Acara Perpisahan
38
38. Sama-sama Kecewa
39
39. Perasaan Lega
40
40. Teman Masa Kecil
41
41. Tidak Tega
42
42. Jangan Ikut Campur Urusanku!
43
43. Tidak Memaksa
44
44. Teman Biasa
45
45. Kembali
46
46. Mengundurkan Diri
47
47. Pertemuan yang Mengharukan
48
48. Wajah yang Tidak Asing
49
49. Iri
50
50. Tidak Punya Rasa Malu
51
51. Jangan Sampai Menyesal
52
52. Meresahkan Saja
53
53. Tulus dan Ikhlas
54
54. Sudah Berubah
55
55. Segan dan Malu
56
56. Pengaruh Miras
57
57. Kembali
58
58. Menjadi Tamu Spesial
59
59. Suasana yang Baru
60
60. Hanya Bisa Menangis
61
61. Tempat Untuk Berlindung
62
62. Tidak Yakin
63
63. Ulang Tahun Ibu
64
64. Wanita itu Hamil
65
65. Tidak Mau Merepotkan
66
66. Tatapan Penuh Kebencian
67
67. Video Viral
68
68. Tidak Pernah Mengabaikan
69
69. Nuansa Merah Putih
70
70. Berjanji Akan Berubah
71
71. Tidak Sengaja Menunda
72
72. Lebih Dari Cukup
73
73. Sebuah Ganjaran
74
74. Merasa Tersinggung
75
75. Memberikan Kejutan
76
76. Sepenggal Cinta
77
77. Mobil Baru
78
78. Bijaksana
79
79. Ulang Tahun Krisna
80
80. Rindu Rumah
81
81. Depresi
82
82. Cantik dan Baik Hati
83
83. Tidak Salah Lagi
84
84. Tampil Apa Adanya
85
85. Dia Sudah Berubah
86
86. Berbeda Dengan Masa Lalu
87
87. Tetap Berhati-hati
88
88. Janda Bolong
89
89. Memberi Maaf
90
90. Selamat Menikmati Kebahagiaan!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!