“TIDAK!” teriak Eleanor sambil memegang lehernya yang rasanya seperti tercekik.
“Kau sudah sadar?” tanya seorang pria membuat Eleanor terdiam. Semuanya serba putih ketika Eleanor memperhatikan sekitarnya.
“Apa ini surga?” tanya Eleanor membuat pria itu memanggil dokter.
“Pasien baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” ujar Dokter setelah memeriksa Eleanor.
Setelah Dokter pergi Eleanor bangkit dari tempat tidur ia harus memastikan kalau dirinya masih waras.
“Nona, anda masih belum boleh bergerak banyak,” ujar pria itu namun Eleanor tidak mendengarkan lalu melihat kearah jendela. Ramai, banyak pasien diluar sana.
Apakah Tuhan mengabuklkan keinginan Eleanor, tapi ini tidak masuk akal.
“Tahun berapa sekarang?” tanya Eleanor duduk dibangsal.
“Tahun 2023, tepatnya 11 Mei 2023,” jawab pria itu membuat Eleanor berpikir, artinya dirinya kembali 2 tahun kebelakang. Eleanor memegang perut datarnya, masih belum ada calon bayi didalam perutnya.
Eleanor mengepalkan kedua tangannya, ia akan membalas dendam inilah kesempatan yang Tuhan berikan padanya.
“Papa, apa Mama sudah sadar?” tanya seorang gadis kecil masuk.
“Siapa?” tanya Eleanor situasi sekarang membuatnya bingung.
“Maafkan kelancangan putri saya, dan mohon maaf sebelumnya saya yang telah membuat anda seperti ini,” ujar pria itu membuat Eleanor mengerutkan keningnya.
“Saya Liam Keith berterima kasih pada anda karena telah menyelamatkan putri saya,” ujar pria itu lagi dan Eleanor ingat sekarang ia kembali pada saat ia menyelamatkan anak pengusaha kaya raya ketika tenggelam di danau.
“Sama-sama, saya Eleanor.”
“Apa Mama tidak mengingat Cessa?” tanya gadis kecil yang berada digendongan Liam.
Eleanor ingat, anak kecil itu menganggapnya sebagai ibu. Dulu Eleanor menolak keras karena ia memang bukan ibu anak itu. Tapi sekarang walaupun dia bukan ibu dari Cessa setidaknya ada jatung ibu kandung Cessa didalam tubuhnya.
Dari kecil Eleanor memiliki penyakit jantung dan ketika ia dewasa seseorang mendonorkan padanya dan itu adalah ibu Cessa.
“Maafkan Aunty sayang, Aunty bukan mama Cessa,” ujar Eleanor membuat Cessa menangis dengan keras membuat Eleanor merasa bersalah.
“Papa, Mama jahat, hikss.”
“Cessa, Aunty El benar sayang. Mama Cessa sekarang sudah berada di surga,” ujar Liam mencoba memberi pengertian pada Cessa.
“Engga, pokoknya mama Cessa.”
Eleanor mengambil alih menggendong Cessa dengan infus masih ditangannya dan seketika Cessa diam tidak lagi menangis.
“Maafkan Aunty ya sayang, cantik tidak boleh menangis. Nanti cantiknya hilang,” ujar Eleanor membuat Cessa kembali tenang.
Eleanor menggendong Cessa hingga gadis kecil itu tertidur di gendongannya.
“Terima kasih,” ujar Liam ketika ia sudah menggendong Cessa.
“Sama-sama, sepertinya aku sudah boleh pulang. Sudah habis,” ujar Eleanor menunjuk infusnya yang sudah habis.
Setelah kembali diperiksa oleh dokter, Eleanor dinyatakan boleh pulang. Semua biaya rumah sakit Liam yang menanggung sebagai ucapan terima kasih.
“Kalau begitu aku permisi pulang, selamat malam Liam,” ujar Eleanor pamit pulang dan mengambil tas nya.
“Sekali lagi terima kasih.”
“Sama-sama, ini kartu namaku. Nanti jika Cessa rewel jangan sungkan untuk menghubungiku,” ujar Eleanor memberikan kartu namanya. Liam tidak bisa berkata-kata ia hanya mengucapkan terima kasih.
Liam juga tidak menyangka bisa bertemu dengan Eleanor lagi, wanita yang sekarang memiliki jantung istrinya.
*
Liam membaringkan Cessa ditempat tidur, setelah itu ia langsung melanjutkan pekerjaan yang tertunda.
“Cari tahu lebih lanjut tentang Eleanor Smith,” perinta Liam pada bawahannya.
“Baik Tuan.”
Sementara itu Eleanor baru saja pulang dan rumahnya terasa sangat sepi.
“Sayang, sudah pulang?” tanya Sean turun dengan terburu-buru dari lantai dua. Tampilannya sangat berantakan, sepertinya suaminya sangat terburu-buru menyambutnya pulang.
Ah, Amel. Ternyata pelayan itu yang memberitahu kepulangannya mangkanya suami sekarang dalam keadaan berantakan.
“Ada apa terburu-buru sayang?” tanya Eleanor berpura-pura bodoh.
“Aku ingin menyambutmu sayang.”
“Tapi apa ini, kau berkeringat sayang. Mandilah, aku akan istirahat sebentar,” ujar Eleanor masuk kedalam kamar.
“Tidak ingin mandi bersama sayang?” tanya Sean membuat Eleanor tersenyum.
“Tidak sayang, aku sangat lelah,” jawab Eleanor, sampai matipun Eleanor tidak akan melayani Sean lagi. Karena baginya tidak ada gunanya melayani suami yang sudah dilayani oleh orang lain apalagi orang itu tidak lain adalah adiknya sendiri. Eleanor tidak ingin berbagi, jika Sean bukan tidak memilihnya maka ia juga tidak akan memilih Sean.
Tidak mau membuang waktu, Eleanor harus membalas dendam. Tidak Eleanor akan mempermalukan kedua orang itu yang telah mengkhianatinya.
Makan malam bersama terasa hambar sekali, tidak ada percakapan yang keluar dari mulut Eleanor.
“Kakak, kakak harus memakan sayur juga nanti kak Sean akan sedih lho,” ujar Nora membuatnya tanpa sadar tersenyum sinis. Dulu Eleanor akan berpikir bahwa adiknya memang perhatian padanya, tapi tidak dengan sekarang karena Eleanor sudah tahu keburukan adik dan suaminya.
“Kakak ada apa? Apa kakak tidak enak badan, aku dengar kakak mengunjungi makam kedua orang tua kita.”
“Hm, aku sudah kenyang. Aku kekamar dulu,” ujar Eleanor bangkit dari duduknya meninggalkan Nora dan Sean yang kebingungan atas perubahan Eleanor.
“Ada apa dengan kakak? Atau jangan-jangan kakak sudah tahu tentang hubungan kita?” tanya Nora pada Sean, Sean menggelengkan kepalanya.
“Tentu tidak mungkin sayang, seperti yang kau tau kakakmu itu bodoh,” jawab Sean sambil memeluk Nora.
“Kau benar sayang, aku mencintaimu. Bagaimana kalau malam ini tidur dikamarku?”
“Seperti biasa sayang, ketika kakakmu tidur aku akan menghampirimu.”
“Kau yang terbaik sayang.”
Tanpa mereka sadari Eleanor mendengar semua percakapan keduanya, ck. Eleanor menahan air matanya agar tidak tumpah.
Bisa-bisa nya selama ini ia tinggal bersama para manusia menjijikan, dan Eleanor tidak ingin menangis sia-sia.
‘Kalian lihat saja apa yang terjadi kedepannya, aku akan membalas dendam.’
Sesuai dengan perkataan Sean tadi setelah Eleanor tertidur ia langsung mengunjungi kamar Nora dan melakukan aktivitas yang menggairahkan.
Eleanor membuka matanya ketika Sean pergi.
‘Dasar pria bajingan!’ umpat Eleanor menahan amarahnya.
Eleanor keluar dari kamar dan berjalan menuju kamar Nora, ia mengintip dari cela pintu. Mentang-mentang ia tidak tahu seharusnya mereka mengunci pintu, bodoh.
“Sayang, sebentar lagi aku akan keluar..Umm, Ahh.”
“Bareng sayang.”
“SAYANG, KAU DIMANA!” teriak Eleanor sehingga keduanya saling melepaskan diri tanpa pelepasan, dan Eleanor tersenyum puas ketika Sean terburu memakai pakaiannya.
“Apakah kau disini sayang?” tanya Eleanor menerobos masuk, sedangkan Nora mengepalkan tangannya kesal dan bersembunyi dikamar mandi karena ia tidak sempat memakai pakaiannya.
“Kenapa disini bau sekali, omong-omong mengapa kau disini sayang?” tanya Eleanor membuat Sean jadi gelagapan.
“Kak Sean, pembalutku sudah ketemu?” tanya Nora dari dalam kamar mandi.
“Ah, kau sedang membantu adiku ternyata,” ujar Eleanor membuat Sean langsung menganggukan kepalanya.
“Ini, kau bisa meminta pelayan Nor. Kalau kakak sampai salah paham bagaimana,” ujar Eleanor memberikan pembalut pada Nora.
“Maaf kak, akan ku ingat untuk lain kali.”
“Oke, sayang ayo kembali tidur.”
Omong-omong apa dimasuk akal Sean datang dan menolong Nora untuk pembalut, tapi Eleanor memilih untuk berpura-pura tidak tahu.
‘Sialan!’ umpat Nora ketika Sean dan Eleanor meninggalkan kamarnya.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments