Waktu terus berlalu dan sejak peristiwa itu, Zakira berusaha merupakan apa yang telah terjadi pada dirinya.
Dia mencoba mengubur rapat-rapat rahasia itu. Namun Zakira mengambil pelajaran yang berharga sehingga dia semakin waspada, dia tak pernah lagi lembur dan selalu pulang tepat waktu.
Setelah 3 bulan kejadian itu. Kini Zakira tengah menantikan kehadiran sang suami yang sebentar lagi akan pulang.
Zakira berdandan sangat cantik hari ini, karena mungkin saja sang suami akan pulang sore ini.
"Assalamualaikum," sapa seseorang di depan pintu. Zakira pun membukakan pintu.
Seketika bola matanya berembun, ketika menatap seseorang dengan pakaian loreng lengkap dengan topi baretnya tersenyum ke arah Zakira.
"Mas Rafli." Zakira langsung menghambur memeluk Rafli dan menangis haru dalam pelukan suaminya itu.
"Akhirnya kamu pulang Mas Semoga kita nggak akan pernah terpisah lagi," ucap Zakira sambil mempererat pelukannya.
"Iya sayang, aku pulang dan takkan pernah pergi jauh lagi," balas Rafli sambil mengusap punggung Zakira.
"Bener ya Mas, cukup kali ini saja kamu tinggalkan aku. Semoga kamu nggak pernah lagi mendapat tugas ke luar negeri dan meninggalkanku dalam waktu yang lama."
"Tenanglah Sayang itu takkan terjadi lagi kok."
Keduanya pun mengurai pelukannya.
Rafli menatap wajah Zakira yang tampak cantik dengan lingeri yang dipakainya saat itu.
"Kenapa Mas?" tanya Zakira ketika Rafli memandangnya sambil tersenyum.
"Kamu cantik sekali dengan lingerie itu, pasti kamu sengaja kan menggoda Mas?" tanya Rafli dengan senyum mesumnya.
Zakira tersenyum dengan wajah yang merona.
"Iyalah Mas, aku berdandan seperti ini hanya untuk kamu kok."
Rafli langsung mendaratkan kecupan di bibir Zahira, ia langsung menarik tubuh Zakira dan membawanya ke atas ranjang.
Pertempuran hangat pun terjadi di atas ranjang dimana keduanya sama-sama saling melepaskan rindu.
Setelah pertarungan beronde-ronde Rafly bersandar dengan keringat dingin yang mengalir di sekujur tubuhnya.
Begitupun dengan Zakira, rasa lelah menjalar ke seluruh tubuhnya hingga membuatnya ingin segera memejamkan mata.
"Sayang kita kebagian mess, Bagaimana menurutmu jika kita tinggal di mess saja?"
Zakira yang yang hampir terpejam itu seketika membuka matanya.
"Tinggal di mess Mas? Wah senang sekali."
Meski mess hanya rumah kecil, Namun Zakira sangat senang karena ia bisa tinggal berdua dengan suaminya itu, tanpa ada ikut campur kedua mertuanya itu.
"Baiklah, kalau begitu besok kita akan lihat mess kita."
"Iya Mas sepertinya Besok aku harus cuti karena aku ingin menghabiskan waktu seharian bersama kamu."
"Itu harus sayangku, kalau perlu kamu nggak usah kerja lagi. Kamu cukup mengurusi aku saja. Karena aku ingin kamu segera hamil dan kita bisa punya anak secepatnya."
"Iya Mas aku juga pengennya seperti itu. Berdoa sajalah semoga kita segera di beri momongan."
"Selalu Sayang. Sekarang kita istirahat dulu ya. Aku capek banget."
"Hooh aku juga capek banget," ucap Zakira sambil menguap. Tak berapa lama mereka pun terlelap.
***
Keesokan harinya Zakira dan Rafli pergi melihat mess yang akan mereka tempati.
Mess itu memang tidak terlalu besar, Namun, cukuplah untuk mereka tinggali.
Di sana juga dekat dengan kantor Rafli, dan tentunya tempat tinggal tersebut gratis.
Setelah melihat mess yang akan mereka tempati, Zakira dan Rafli berbelanja kebutuhan barang barang rumah tangga untuk rumah mereka yang baru.
Hari itu Zahira dibuat senang oleh Rafli, mereka begitu menikmati hari-hari menjadi suami istri setelah sekian lama berpisah.
***
Seminggu kemudian Zakira dan Rafli menempati rumah baru mereka. Mereka pun mulai membereskan barang-barang mereka di tempat yang semestinya. Setelah berberes keduanya tidur di rumah baru mereka untuk pertama kalinya.
***
Zakira terbangun pada pukul 02.00 dini hari, matanya mengerjap-nerjab sambil melepaskan pelukan Rafli.
"Mau ke mana sih sayang?" tanya Rafli menahan Zakira.
"Lepasin Mas, aku mau ke kamar mandi." Tiba-tiba saja Zakira merasakan mual, Ia pun bergegas turun dari tempat tidurnya dan bergegas menuju kamar mandi.
Di kamar mandi, Zakira langsung muntah-muntah.
Rafli yang mendengar itu langsung bangkit menghampiri sang istri.
Zakira terus saja muntah, hingga tak ada lagi yang dimuntahinkannya wajahnya terlihat pucat dengan telapak tangan yang terasa dingin.
"Sayang kamu kenapa?" tanya Rafli sambil memijat tengkuk Zakira.
"Nggak tahu Mas, kok aku mual kayak gini ya?"
"Oh mungkin Kamu kecapean saja, kan dua hari ini kita sibuk membersihkan rumah dan menata barang-barang rumah kita untuk pindahan."
"Mungkin Mas, apalagi beberapa hari ini selera makanku bermasalah."
"Ya sudah tidurlah."
Rafli menuntun Zakira untuk kembali tempat tidur mereka. Namun lagi-lagi Zakira merasa mual dan merasa hendak muntah Ia pun berlari kembali ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya hingga tak tersisa.
Zakira muntah, hingga tak ada lagi yang bisa ia memuntahkan, seketika tubuhnya jadi lemas dan tak bertenaga.
Zakira bersandar pada dinding kamar mandi sambil berpegangan pada wastafel. Keringat dingin mengucur sekujur tubuhnya.
"Sayang, mungkin kamu punya penyakit maag. Kalau begitu kita periksa saja besok."
"Iya Mas, sepertinya begitu."
"Ayo biar aku gendong." Rafli mengangkat tubuh Zakira.dan membawanya ke kamar.
Setelah berbaring beberapa saat, Zakira kembali tertidur.
Keesokan harinya Zakira dan Rafli sudah berada di rumah sakit mereka berniat untuk memeriksakan keadaan Zakira.
Setelah beberapa orang antrian, kini tiba giliran Zakira yang diperiksa oleh dokter umum.
"Keluhannya apa ya mbak?' tanya dokter itu sambil memeriksa tekanan darah Zakira.
"Pusing mual dan tadi pagi muntah-muntah Dok."
"Sudah menikah?" tanya Dokter.
"Sudah dok."
"Kalau begitu kita periksa urine saja ya."
Dokter memberikan sebuah tempat berbahan stainless kepada Zakira dengan sebuah alat tes kehamilan.
Jantung zakirah berdetak dengan kencang ketika melihat alat tes kehamilan itu.
Berbeda dengan Rafli yang tidak mengetahui apa yang diberikan dokter kepada Zakira.
"Ayo silakan bawa saja alatnya ke kamar kecil, Nanti hasilnya berikan kepada saya lagi."
Dengan jantung yang berdebar Zakira menuju toilet umum yang ada di rumah sakit, kemudian Ia melakukan apa yang seperti di instruksikan oleh dokter itu.
Zakira mulai membuka pelindung plester dan mencelupkan stop tersebut ke dalam urine dengan batas tertentu.
Bola matanya membelalak membesar dengan sempurna ketika melihat dua garis merah tegas.
"Astaga aku hamil," lirih Zakira. Saat itu juga air mata perlahan menetes di pipinya.
Untuk beberapa saat Zakira terdiam, Entah berapa lama dia berada di dalam kamar mandi hingga suara gedoran pintu mengagetkannya.
Tok tok
'Zakira! Zakira kamu tidak apa-apa kan?" Zakira mengenali suara itu dan suara itu adalah suara Rafli.
"Mas Rafli, Apa mungkin aku hamil anak mas Rafli sedangkan aku bersama mas Rafly baru seminggu."
Zakira membersihkan bagian tubuhnya, kemudian kembali memakai pakaiannya.
Setelah itu Zakira keluar dari kamar mandi.
"Sayang kau tidak apa-apa kan? Aku jadi khawatir," ucap Rafli.
"Tidak apa-apa Mas." Zakira terlihat grogi dengan wajah yang pucat pasi.
"Ayo, kamu lama sekali, kasihan dokter yang menunggu."
Zakira dan Raffi kembali ke ruangan dokter.
Mereka duduk menghadap dokter.
Zakira menyerahkan alat tes tersebut kepada dokter itu.
Dokter itu tersenyum.
"Selamat ya Anda postif hamil."
Seketika bola mata Rafly membelalak menatap dokter dan Zakira bergantian.
"Hamil," gumamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Desy Rs Azuz
Nah itukan kalau ga jujur
2023-05-10
0
⸙ᵍᵏoᷡuͦbᷡliͣer༄༅⃟𝐐
apakah Rafi akan menerima atau mengusirnya ya kasian baru seminggu memadukan manisnya rmh tangga
2023-05-06
0
Astri
lanjut
2023-05-05
0