Max mengambil bagian makanannya dan mulai mencicipinya, Max mengambil sendok dan mencicipi kuahnya terlebih dahulu.
!
Ketika sendok yang berisi kuah kangkung itu masuk ke mulutnya, Max tidak tahu harus berkata apa, dengan pandangan tidak percaya melihat makanan di depannya. Sekali lagi Max mengambil tumis kangkung dan memakannya, matanya semakin membulat tidak percaya. Tanaman hijau yang awalnya dia kira sebagai makanan hewan itu begitu nikmat di mulutnya.
"Enak..!"
Dengan lahap Max menyantap tumis kangkung buatan ibunya itu bahkan dia menambah sebanyak 5 kali.
Sandra hanya tersenyum melihat tingkah anaknya, meski sedikit sakit melihat Max yang begitu rakus menghabiskan makanan tapi tidak apa Sandra lebih senang melihat Max seperti sekarang.
Dulu Max adalah anak yang pendiam dia tidak gampang mengekspresikan perasaannya seperti sekarang. Max hanya akan bicara jika di tanya, setiap harinya Max selalu menyendiri di sungai pinggir hutan.
Kadang kala Sandra sering melihat anaknya itu lebih banyak melamun, sebagai ibunya tentu saja Sandra sudah berusaha lebih banyak berinteraksi dengan anaknya namun ya memang sikap Max lah yang menjauh dari itu semua.
Max tidak pernah sekolah mungkin itu juga penyebabnya jika Max sering bermain sendirian, Max tidak punya teman jangankan teman bahkan tetangga pun mereka tidak punya.
Sandra adalah janda beranak 1 yang di beri nama Maxine atau sering dipanggil dengan Max. Suami Sandra meninggal 3 tahun yang lalu tepatnya ketika Max berumur 9th. Saat itu Gutian, suaminya pergi ke hutan untuk berburu hewan buat makan malam keluarganya namun naasnya bukannya mendapatkan hewan buruan Gutian malah terkena gigitan ular berbisa. Karena memang keluarga mereka tidak kaya jadi Sandra hanya mampu membalut luka dan mengobati semampunya saja, 2 hari setelah kejadian Gutian menghembuskan nafas terakhirnya.
"Apa kau tidak makan, ibu?"
!
Suara Max mengagetkan Sandra dari lamunannya dengan senyum penuh keibuan Sandra bertanya "Apa makanannya enak, Max?."
Max mengangguk dengan mulut penuh makanan dia mengangkat kedua ibu jarinya "Enak.. Sangat enak.. Aku belum pernah makan makanan seenak ini" pujinya.
"Maka makanlah sebanyak yang kau mau Max"
"Tentu, tentu saja aku akan menghabiskan semuanya"
Max kembali melanjutkan kegiatan makannya sungguh meski tampilannya yang sederhana tapi bagi Max ini adalah makanan terenak yang pernah dia makan.
Dulu sewaktu masih menjadi Sang Dewa Tertinggi Max tidak pernah memakan masakan seperti ini. Lili tidak akan mungkin mengijinkannya dan lagi indentitas nya yang Agung itu tidak akan mungkin ada yang berani memberikannya masakan dari tanaman hijau atau mungkin bahkan di dunianya dulu tidak ada tanaman kangkung ini jikapun ada itu mungkin hanyalah rumput biasa, tidak ada orang yang akan berpikir kalau tanaman hijau yang mereka anggap sebagai rumput itu bisa di masak apalagi di makan.
"Apa kabar ya dengan Lili?" Batin Max ketika mengingat pelayan setianya itu.
"Apa kau merindukanku Ya, Dewa?"
?!
Tiba-tiba terdengar suara Lili dari kekosongan yang sedikit mengagetkan Max dari acara mengunyahnya.
"Kenapa Max?" Tanya Sandra ketika melihat Max yang berhenti mengunyah.
"Ekhem.. Tidak. Aku sudah selesai bu," Max berdiri dan berniat merapikan piring kotor namun dia bingung bagaimana cara melakukannya.
"Ini.."
"Tidak apa biar ibu saja yang merapikan." Ujar Sandra kemudian merapikan piring-piring kotor di atas meja.
"Ini... Baiklah. Kalau begitu aku akan bermain di luar bu."
Max pergi ketika sudah mendapatkan anggukan dari ibunya yang hanya memperingati jangan bermain terlalu jauh dari rumah.
Max kembali berjalan menyusuri jalan setapak menuju Hulu sungai dan duduk di atas batu besar yang mungkin mulai sekarang akan menjadi singgasana nya.
"Huhff.." Max menghembuskan nafas kasar sebelum mulai duduk dengan posisi lotus. Max memejamkan matanya dan mulai berkomunikasi dengan Lili lewat batin.
"Lili.. Lili.. Apa kau bisa mendengar suara ku?"
Tidak ada jawaban.
"Lili? Apa kau di sana?"
Swossh~~
Max membuka matanya ketika tidak mendapat jawaban dari Lili. Max mengangkat wajahnya melihat ke atas dan menyipitkan matanya.
"Lili. Apa kau sudah berani mengabaikan panggilanku?"
Max berkata dengan nada penuh penekanan. Tiba-tiba Max dapat penglihatan yang dimana dia melihat sebuah kerajaan yang luluh lantah oleh serangan yang dilakukan oleh pria tua dengan jenggot putih. Namun, itu hanya sekilas saja seakan sengaja hanya ingin membuat Max melihatnya sebentar.
"Apa maksudnya?" tanya Max dengan bingung.
"Sekarang kau tahu alasan kenapa aku tidak sempat waktu untuk membalas panggilan mu Ya, Dewa"
Suara yang dikenal Max menjawab pertanyaannya tadi.
"Lili apa maksudmu?"
"Ya, Dewa. Kau baru saja melihat sebuah kerajaan yang hancur akibat serangan pria tua. Semenjak kau pergi, banyak dunia-dunia di bawah kendalimu mulai melakukan pemberontakan, mereka akan bertarung sampai salah satu dari mereka musnah tentu saja tujuannya agar mereka dapat menguasai dunia." Jelas Lili.
"Lalu apa hubungannya denganku? Bukankah itu sekarang menjadi tugasmu"
"Ya, Dewa. Jika semua dunia itu hancur maka Bumi tempatmu tinggal sekarang juga akan mengalami kehancuran, bahkan lebih parahnya para master itu akan datang dan berusaha untuk merebut Bumi."
"Apa kau tidak bisa mencegah itu Lili?" Max kembali bertanya.
"Jikalau bisa tapi itu bukanlah tugasku. Kau lah yang mendapatkan tugas untuk membereskan itu semua Ya, Dewa."
"Apa? Bagaimana mungkin itu aku?"
"Tentu saja itu tugas karena kau telah memasuki tubuh orang lain. Sudahlah anggap saja ini sebagai hiburan seperti yang kau minta sebelumnya. Lagipula aku sangat yakin kau akan berbahagia melakukannya, bukankah kau ingin merasakan apa yang tidak pernah kau rasakan? Apa aku benar Ya, Dewa?"
Max diam mendengar penjelasan Lili yang panjang itu, namun tidak ayal apa yang dikatakan oleh Lili ada benarnya juga. Bukankah dia ingin tahu bagaimana rasanya bertempur dengan bebas, apa itu yang dinamakan rasa sakit, dan tentu saja apa yang paling dia ingin rasakan adalah bagaimana rasanya ketika di ambang kematian.
"Lili.. Apa yang kau katakan barusan ada benarnya juga.. Hmm" Max berpikir dengan satu tangan memilin poni depannya "Baiklah Lili, sesuai dengan apa yang kau katakan aku akan melakukan tugas itu. Namun, bagaimana caraku untuk datang ke dunia tersebut?"
"Tenang saja Ya, Dewa aku sudah menyiapkan semuanya dengan sempurna kau hanya perlu mempersiapkan dirimu terlebih dahulu, tidak mungkinkah kau datang ke dunia yang di mana penuh dengan master-master hebat dengan tubuh anak kecil yang lemah itu" Lili berkata dengan nada sedikit menyindir di akhir kalimatnya.
"Kau..! Hah.. sudahlah, tubuh anak ini memang terlalu lemah." Max meniup poni depannya dengan kasar kemudian merebahkan tubuhnya.
"Mari kita mulai dengan memperkuat tubuh ini..!" Batin Max dengan nada penuh semangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments