Tanaman hijau

Angin sepoi-sepoi menerpa wajah Max yang sedang tertidur dengan pulas di atas batu besar.

Pohon-pohon bergoyang menerbangkan dedaunan yang telah gugur dengan elegan.

Tuk!

Sebuah batu mendarat dengan mulus di kening Max yang sedang menguap, seolah tidak merasakan apapun Max kembali melanjutkan tidurnya dengan membalikan posisi tubuhnya.

Tuk!

Satu lemparan lagi sukses mendarat di lengan kanan Max namun lagi-lagi seolah tak merasakan apapun Max hanya menggaruk lengannya saja.

Tuk!

"Aiss sial!"

Max bangun dengan kesal ketika batu mendarat di area terlarangnya.

Max mengusap wajah dengan kesal lalu melihat ke arah batu terkutuk itu berasal. Max berdiri dan berjalan ke arah semak-semak yang bergoyang didekat pohon besar di pinggir sungai.

Splash!

Max mengayunkan tangannya dan menebas semak-semak itu dengan brutal dan alangkah terkejutnya Max saat tahu bahwa di balik semak-semak itu adalah seekor anak kecil yang sedang tersenyum dengan bodoh kearahnya, dia mengangkat satu lengannya yang terdapat sebuah batu kecil disana bersiap melempar ke arah Max.

"Kau!"

"Hehe akhirnya kau bangun juga" Kata anak kecil tersebut.

"Apa yang kau lakukan disini bocah?"

"Ayolah jangan menyebut ku dengan bocah paman, Theo namaku adalah Theo" Balasnya dengan ngegas.

"Oh"

Max berjalan kembali ke arah batu tempatnya tidur semula dengan satu tangan yang berada di lubang hidungnya.

"Mau apa kau bocah?"

Kata Max ketika tahu bocah yang mengaku bernama Theo itu mengikutinya dan duduk disampingnya.

"Sudah aku katakan jangan memanggilku dengan bocah, huhmp!"

Theo yang kesal terus di panggil bocah hanya bisa melipat tangannya dan membuang muka dengan pipi bergelembung. Ingin rasanya dia menginjak-injak Max namun apalah daya dia tidak mungkin bisa menang melawannya.

"Terserah kau. Jadi, untuk apa kau menggangguku?" Tanya Max.

Theo berbalik dengan senyuman aneh di wajahnya dia berdiri dan berjalan kedepan Max kemudian berkata "Tidak ada, jadikanlah aku murid mu!" Dengan satu tangan yang menunjuk Max Theo berucap dengan tegas.

?

Max terlihat mengerutkan alisnya ketika mendengar ucapan bocah didepannya, sungguh apa dia tidak salah dengar? Apa katanya? Menjadikan bocah ingusan itu muridnya? Yang benar saja!.

"Kau" Tunjuk Max

"Ya?"

"Jadi muridku? YANG BENAR SAJA!" Max yang kesal meninggikan suaranya diakhir dan menghembuskan nafas kasar.

"Oh Ayolah~ Kau tidak akan rugi menjadikan ku sebagai muridmu~" Theo mengedipkan matanya dengan tangan didepan dagu berusaha terlihat lucu di mata Max.

"Apa yang dia lakukan? Sungguh membuatku merinding, Hiiih.."

"Tidak tidak, kau tidak pantas menjadi muridku"

Max berdiri dan berbalik arah menuju jalan setapak berniat untuk pulang.

Theo yang ditinggalkan hanya bisa terdiam dengan jawaban ketus dari Max, sungguh dia ingin menjadi muridnya.

...****************...

Besoknya Max bangun dan pagi dan berniat ingin belajar memasak dari ibunya, Sandra. Max pikir jika dia bisa memasak maka di masa depan tidak perlu lagi mencari koki untuk menyiapkan makanannya.

Tok! Tok! Tok!

"Ibu apa kau didalam?" Tanya Max ketika tidak mendapatkan balasan dari dalam.

"Ibu?" Max kembali mengetuk pintu kamar ibunya dengan sedikit lebih keras, mungkin ibunya masih tidur pikir Max.

"Max, ada apa nak?"

Max menoleh kebelakang ketika mendengar suara yang dia kenali dan benar saja disana Max dapat melihat ibunya yang baru masuk dari pintu belakang.

Max melihat sebuah tanaman hijau yang masih segar di tangan ibunya itu dan berjalan menghampiri wanita yang berstatus sebagai ibunya.

"Kau dari mana?" tanya Max.

Sandra mengangkat tanaman hijau di tangannya dan menunjukannya pada Max "Nih, ibu baru metik kangkung dihalaman belakang"

"Kangkung?" gumam Max ketika Sandra menyebutkan nama tanaman hijau ditangannya itu. Max kira itu adalah makanan hewan karena bentuknya yang mirip dengan rumput.

"Untuk apa?" tanya Max kembali dan berjalan mengikuti Sandra dari belakang menuju dapur.

"Tentu saja untuk menu makanan kita pagi ini." jawab Sandra dengan senyuman di wajahnya.

"Apa kau yakin itu bisa di makan? Bukankah itu tanaman untuk hewan?" Max kembali bertanya dengan wajah kebingungan.

"Ya ampun Max, kau pikir kita ini hewan apa? Ini tuh kangkung Max K.A.N.G.K.U.N.G ingat itu! Sayuran ini bisa kita makan lagian rasanya juga enak ko"

Max menggaruk kepala belakangnya bingung dengan ucapan ibunya tersebut.

"Baiklah jika itu memang bisa di makan, maka aku akan mencicipinya" Max duduk disalah satu kursi di sana Max dengan serius memperhatikan setiap gerakan Sandra saat memasak. Dimulai dari mencuci kangkungnya terlebih dahulu, lalu di potong-potong dengan ukuran yang pas, menyiapkan bumbunya, dan semuanya tidak luput dari pandangan tajam Max.

Ketika tanaman hijau bernama kangkung itu dimasak dengan api yang pas bau yang menggugah selera tercium oleh Max, tanpa sadar Max menelan air liurnya.

"Apa sudah matang bu?" tanya Max dengan penasaran.

"Tunggu sebentar lagi" Sandra kembali fokus pada masakannya, dan ketika dirasa sudah matang wanita paruh baya itu menyajikan tumis kangkung dan menyimpannya di meja depan Max.

"Usap air liur mu Max" Goda Sandra ketika melihat Max terus menatap makanan didepannya.

Max yang malu segera membuang mukanya kesamping dengan tangan yang mengusap mulutnya.

"Haha" Sandra terkekeh kecil melihat wajah Max yang memerah menahan malu.

Terpopuler

Comments

グルシャ

グルシャ

Hahaha 😂😂😂

2023-05-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!