Cahaya putih menyambut kedatangan Sang Dewa Tertinggi keluar dari lingkaran aneh tersebut. Kini dia tengah berdiri didepan sebuah rumah kayu biasa yang letaknya agak terpencil, Sang Dewa Tertinggi melihat sekitarnya dengan bingung lalu berjalan kedepan dan mengetuk pintu kayu didepannya.
Tok! Tok! Tok!
Tidak berselang lama keluar seorang wanita paruh baya yang mengenakan daster selutut dan berkata "Ada apa Max?"
"Max?" ujarnya dengan bingung.
"Kau kenapa nak? Ada apa denganmu?" Tanya wanita itu lagi.
Sang Dewa Tertinggi yang masih bingung dengan semuanya memundurkan tubuhnya dan menatap wanita paruh baya itu, dalam hati dia bertanya-tanya Mengapa dia memanggilku dengan sebutan Max? Bahkan nak? Apa aku anaknya?.
"Tunggu, kenapa kau memanggilku Max?"
"Tentu saja karena itu namamu." Jawab wanita itu dan kemudian mengusap rambut Sang Dewa Tertinggi yang dia panggil dengan sebutan Max.
"Apa?"
"Ayo masuk dulu, ibu tahu kamu pasti lapar kan?."
Wanita paruh baya itu menuntun Sang Dewa Tertinggi untuk masuk kedalam rumah dan mendudukkan di kursi kayu yang terdapat di ruangan tersebut.
"Duduklah Max. Ibu akan pergi mengambilkan makanan untukmu."
"Tidak! Ah maksudku aku tidak lapar bisakah kau mengantarku untuk beristirahat?"
".....Tentu"
Dengan di pimpin oleh wanita itu Sang Dewa Tertinggi meninggalkan ruangan tadi dan pergi menuju kedalam sebuah kamar yang cukup sederhana.
"Istirahatlah, nak. Jika kau butuh sesuatu panggil saja ibu." Setelah menyematkan untuk mengusap rambutnya wanita itu pergi dan menutup pintu kamar.
Kini hanya Sang Dewa Tertinggi saja yang berada didalam ruangan yang disebut dengan kamar, luasnya bahkan tidak sepertiga dari ruangannya dahulu bahkan disana hanya terdapat sebuah tempat tidur kecil dan satu buah lemari di pojok.
Sang Dewa Tertinggi berjalan dan duduk diatas kasur dengan pandangan menerawang jauh memikirkan semuanya. Dia bahkan belum sadar kalau tubuhnya sudah menyusut menjadi seorang anak berusia 15 tahun, meski wajahnya tidak terlalu berbeda dengannya dulu.
"Dia menyebutku dengan sebutan Max, apa itu namaku? Lalu dia juga memanggilku nak, apa dia ibuku? Lili apa kau bisa mendengar ucapan ku?"
"Ya, Dewa. Anda kini telah memasuki tubuh seorang anak lelaki berusia 15 tahun yang baru saja meninggal akibat serangan jantung, mulai sekarang namamu Max atau Maxine Ya, Dewa" terdengar suara Lili dari kekosongan di dalam ruangan itu.
"Jadi, maksudmu sekarang aku memiliki seorang ibu? Benar begitu" Tanya kembali Sang Dewa Tertinggi atau yang sekarang kita sebut dengan Max.
"Benar, Ya Dewa."
"Lalu apa kekuatan ku juga menghilang, Lili?"
"Tidak. Namun kekuatan anda secar otomatis akan di segel."
"Segel ya. Lalu bagaimana caranya agar aku bisa membuka segel itu?"
"Tidak ada caranya."
"Apa? Apa aku tidak salah dengar, Lili?"
"Ya, Dewa. Tempat mu sekarang tidak akan bisa menahan kekuatan mu yang luar biasa besar itu, dan jika kau memaksakan untuk membukanya kau bisa saja menghancurkan Bumi hanya dengan sekali injak saja." Jelas Lili dengan sabar.
"Bumi?"
"Nama dunia yang sekarang anda tempati." jawab Lili.
"Lalu, Lili. Siapa nama wanita tadi?"
"Anda sekarang memiliki seorang ibu Ya, Dewa. Dia bernama Sandra"
"Ah' begitu rupanya. Baiklah karena aku sudah disini maka mari kita jalani kehidupan menyenangkan."
Max merebahkan tubuhnya di atas kasur meski tidurnya tidak nyaman karena kasurnya yang keras tapi Max masih bisa menahannya, dia sekarang akan mulai membiasakan dirinya dengan kehidupan barunya sebagai Max.
...****************...
Keesokan paginya Max bangun dengan badan yang pegal dan berjalan keruang makan setelah tadi sempat membersihkan diri terlebih dahulu.
"Pagi Max" Sapa wanita yang Max tahu sebagai ibunya.
"Pagi juga" Jawab Max dengan santai, kemudian dia mendudukkan dirinya di salah satu kuri disana.
"Max, ayo makan" Tegur Sandra saat melihat Max yang hanya diam saja.
"Ah' Iya"
Max yang pulih dari lamunannya segera memakan habis masakan ibunya yang menurutnya sangat enak itu, ini adalah kali pertamanya memakan makanan yang enak meski tampilannya sederhana.
Setelah menghabiskan semua makannya Max pamit untuk bermain di luar.
Max menyusuri jalan setapak di pinggir hutan untuk menuju sebuah aliran sungai, sepanjang jalan Max berusaha mengingat kenangan sang pemilik tubuh namun hasilnya nihil dia tidak bisa mengingat apapun.
"Waaah... Meski ini di Bumi tapi tempatnya tidak kalah indah dengan duniaku dulu" Max duduk disebuah batu besar dan menghirup udara segar disana. Dia melepas sepatunya dan mencelupkan kakinya kedalam air yang dingin.
Dari tempatnya duduk Max dapat melihat kedalaman air yang lumayan, dia bahkan bisa melihat ikan yang berenang bersama kawan-kawannya, airnya yang berwarna biru jernih itu memudahkan Max untuk melihat dasar sungai.
"Baiklah Max, apa yang harus kau lakukan mulai sekarang?" Jujur saja ini pertama kalinya aku bermain dengan bebas tanpa harus menghawatirkan rakyatku.
Max mengepalkan tangannya dan mengangkat ke atas sambil berteriak.
"Selamat datang kebebasan! Mulai sekarang aku akan hidup dengan bebas semauku tanpa harus memikirkan tugas-tugas yang merepotkan itu! Hahaha"
Max Berteriak dan tertawa dengan puas kemudian merebahkan tubuhnya diatas batu besar merasakan angin yang berhembus dengan lembut Max memutuskan untuk tidur sejenak disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
RyuCandra7
Reverse Isekai yah? Menarik!
2023-05-22
0
Buang Sengketa
dewa nya maha kuasa tapi gak tau portal dunia lain..butuh banyak perbaikan serius ini cerita
2023-05-14
1