Hari yang melelahkan, hari pertama kerja Monika yang sungguh luar biasa. Gaji yang besar dengan lebel janda muda yang pasti akan dia sandang tahun depan. Wanita itu menghela nafas sebelum membuka kamar kosnya.
Sebuah tepukan di tangan menepuk pundaknya, membuat Monika kaget.
"Astaga Via, bisa biasa aja nggak sih kalau mau anu, kalau copot jantungku mau diganti apa!" cerocos Monika sambil mengelus dadanya.
Bukannya minta maaf, gadis bernama Via itu malah tersenyum memamerkan giginya yang gingsul.
"Gimana kerjanya? anak pantry baik semua kok di sana, kamu pasti betahkan, betah dong masa nggak betah."
"Ssst ... aku iket tuh bibir baru tau rasa kau, nyerocos aja kayak kenek bis. Besok aja ceritanya yak, aku capek banget," ujar Monika dengan wajah memelas, hari ini memang sangat sepesial baginya.
Monika lebih baik menggembala kambing di kampus dari pada harus berkerja lagi dengan Tuan sedingin es kutub itu, belum lagi kata-kata sadis yang keluar dari mulutnya, untung saja dia tampan. Tetapi apalah daya, gaji sebagai gembala kambing tak sampai 10 juta, jadi dengan berat hati yang sudah diringankan uang, Monika memutuskan untuk bertahan.
Via yang melihat teman satu kosnya berwajah kusut seperti kain pel yang tidak di cuci lima hari pun mengangguk. Walau sebenarnya jiwa ke kepoan gadis berambut pendek itu meronta.
"Besok janji cerita lho ya, klau nggak besok nggak ada nasi pecel gratis lagi," ancam Via yang langsung membuat Monika mengangguk paham, bagaimana dia bisa melepaskan nasi pecel gratis, meski Monika juga bingung apa yang mau di ceritakan.
Setelah ancaman yang mengerikan dompet Monika, Via kembali ke kamarnya. Kamar via berjarak dua pintu dari kamar Monika, di antara mereka ada dua wanita paruh baya yang juga tinggal di kos itu lebih lama dari Via dan Monika. Tetapi mereka jarang sekali kelihatan, Monika pun tak ambil pusing yang penting dia bisa tinggal dengan damai, sembari mengais rupiah di ibukota ini.
Monika merebahkan tubuhnya di kasur lantai tipis yang ia gunakan sebagai alas. Kamar berukuran 2X2 meter dengan kamar mandi dalam ini sudah ia tempati sejak pertma kali menginjakkan kaki di kota ini. Via lah orang yang menolongnya, mereka satu kampung, satu sekolah tapi beda nasib.
Tanpa membersihkan diri Monika terlelap saking capeknya. Untung saja dia sudah mengunci pintu kamarnya.
Alarm ponsel Monika bergetar, dengan mata yang masih berat Monika memaksakan diri untuk bangun. Setelah menggeliat, menyegarkan otot-otot yang kaku. Gadis berusia 22 tahun itu segera mandi, tak perlu berlama-lama di kamar mansi, dia takut telat sampai kantor.
Setelah rapi dan mengenakan kemeja bermotif kotak-kotak berwarna coklat dengan celana kain, dan rambut yang ia ikat tinggi, Monika melangkah keluar. Agak jadul memang, karena warna kemeja yang sedikit pudar, tetapi ya sudahlah yang penting rapi, tidak mungkin dia pake baju Via kemarin.
"Via .. Via.. nasi pecelnya mana?!" Monika sedikit berteriak, karena gadis gingsul itu tak kunjung membuka pintu.
"Nganggu orang lagi dandan aja deh kamu tuh," keluh Via setelah membuka pintu, tampak gadis itu baru melukis alisnya sebelah.
"Lah salah sendiri kamu nggak buka pintu, aku laper udah mepet jug waktunya." Monika nyelonong masuk, bahkan sebelum Via mempersilahkannya.
Mata Monika berbinar melihat dia bungkus nasi yang tergeletak di meja."Cepetan makan, aku mau selesaikan alisku dulu." Via duduk di lantai setelah menutup pintu, kembali pada kegiatan yang belum terselesaikan, sementara Monika sudah membuka satu bungus nasi dan memakannya dengan lahap.
Kemari saking capeknya Monika sampai lupa isi perut, lebih tepatnya malas. Dia sempat terbangun tengah malam karena lapar, mau masak mie dapur bersama ada di luar, mau beli makan dia tidak punya motor. Akhirnya dia hanya mengganjal perut dengan air putih dan kembali tidur.
"Kamu belum dapat seragam Mon?" tanya Via setelah melirik sekilas penampilan Monika.
Biasanya para OB akan langsung mendapatkan seragam berwarna biru muda dari kantor. Tetapi Monika malah memakai kemeja. Monika meletakkan kemabli sendok yang hendak masuk ke mulutnya.
"Aku nggak jadi Cleaning service Vi," jawab Monika tanpa melhat temennya.
"Lalu?" tanya Via dengan alis menyatu, pasalnya dia diberi tahu juka ada lowongan OB di perusahaan tempat di berkerja itu.Via berkerja sebagai staf bagian marketing. Memang tidak tahu Monika di terima sebagai apa di sana.
"Aku jadi sekertaris Tuan MIn," jawab Monika dengan senyum khas iklan pasta gigi.
Via melongo kaget, kaca yang ia pegang hampir jatuh, untung saja dia cepat sadar. Tetapi masih kaget, bagaimana bisa Monika yang hanya lulusan SMA dan hanya berpengalaman sebagai pramusaji di restoran bisa mendapatkan posisi sebagus itu, sementara dia yang sudah mengabdi selama dua tahun di sana tidak ada kemajuan sama sekali.
"Kamu yakin? Gimana caranya?kok bisa? kamu nggak lagi bohongin aku kan Mon?" cerca Via yang masih tidak percaya.
Monika mengangkat bahunya. "Aku juga nggak ngerti Vi, nama aku di panggil terus di ajak Bu Elsa ke lantai atas dan dia bilang aku jadi sekertaris Tuan Min."
"Woah, kamu tuh memang beruntung banget lho. Enakkan bisa menikmati ketampanan CEO kita setiap hari, aku aja yang udah dua tahun di sana baru ketemu Tuan Min tida kali, itupun cuma dari jauh. jantung kamu sehat kan Mon, aku khawatir kamu kena serangan jantung karena tiap detik bisa lihat wajah tampan itu tiap hari," ujarnya panjang lebar dengan raut wajah penuh rasa iri.
"Ganteng sih, kulitnya putih kayak kapur tulis. Tetapi apa kalian karyawannya nggak takut, dia kalau ngomong kan sadis gitu?" tanya Monika sampai begidik ngeri mengingat saat kemarin.
Monika di suruh untuk membersihkan ruangan Yoonji yang berantakan sendiri, karena dia tidak suka orang lain masuk ke ruangannya. Alhasil Monika lah yang membersihkan kantor Yoonji sendirian.
"Ya emang sih agak galak, tapi ganteng banget."
Monika hanya bisa menggeleng melihat tingkah Via. Setelah menyelesaikan sarapan, Monika berangkat lebih dulu mengunakan ojek, karena dia harus datang lebih pagi.
Namun, sesampainya di kantor ia di kejutkan dengan seorang wanita yang duduk di meja kerjanya. Wanita cantik yang memakai pakaian yang melekat sempurna tubuhnya, wajah dengan make up lengkap. Terlalu tebak untuk di kantor.
"Mbak siapa?" Tanya Monika menatap heran wanita itu.
Wanita yang tadinya duduk langsung bangkit, menetap Monika dengan senyum meremehkan.
"Aku Monica, pake C nggak pake K, " Jawab Wanita itu ketus.
Monika semakin mengerutkan kening, nama mereka sama hanya beda huruf saja. Apa mungkin mereka tertukar kemarin? Seperti judul sinetron putri yang tertukar, tapi ini hanya pekerjaan.
"Kamu! Beraninya kamu datang kemari! Mau nipu saya lagi. Hah!" Monika langsung menoleh saat mendengar teriakan seorang wanita dari arah belakang, dia adalah Elsa. Wanita bertubuh gempal itu menatap nyalang pada Monika.
"Kamu saya pecat!" Ujar Elsa dengan telunjuk yang menegang mengarah ke wajah Monika.
"Apa maksud Anda? di pecat, apa saya melakukan kesalahan?" tanya Monik pake K, tokoh utama kita.
Elsa melotot, kedua bola matanya hampir keluar sagat mengerikan, belum lagi dua tangan penuh cincin berbatu besar nangkring di pinggang yang bertumpuk lemak. "Kamu sudah tidak dibutuhkan di sini! pergi sebelum aku menyuruh satpam menyeretmu!"
"Saya tidak akan pergi kemanapun sebelum bertemu dengan Tuan Min, dan Anda tidak berhak memecat saya Nyonya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Isna Maria Prianti
malah jadi bingung sendiri aq
2024-04-17
0
Itsaku
jangan main pecat mbak, calon istri tuan min tuh si monika pakek k🤭
2023-06-08
0
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
wah wah .. monic yg asli dateng pake c monica ...
tapi kayanya nasib mujur milik monika deh .. walaupun lulusan SMA ..
soalnya pak min kyaknya lebih suka mochi ...
2023-05-03
1