Monika mulai melakukan pekerjaannya dengan dibantu pria tampan yang tadi pengantar dia ke pantry. Dengan cepat Monika mengerti apa yang di ajarkan laki-laki bernama Fredrick itu, di sangat ceria dan suka sekali tertawa.
"Apa kau sudah mengerti?"
"Apa seperti itu?" Tanya Monika sambil memperlihatkan apa yang baru saja ia kerjakan.
Fredrick mengangguk." Bagus, kalau seperti ini kau tidak akan kena semprot naga api itu."
"Hehehehe ... " Monika cengengesan sambil menggaruk ujung hidung dengan telunjuk.
Tidak sia-si dulu ia membantu pekerjaan munawaroh, sekertaris desa di desa emak Monika. Meskipun Monika hanya lulusan SMA tetapi otak gadis itu sangat encer. Sedari dulu dia sering membaca buku dan suka belajar dengan Alfan, kakak sepupunya yang kuliah. Monika sendiri tidak bisa kuliah karena ekonomi keluarganya yang memang kurang mampu.
Seorang wanita paruh baya, bertubuh langsing bak model papan atas berjalan cepat, tangannya mengandeng seorang gadis yang kalah cantik dengan baju yang cukup terbuka hingga menampilkan melon yang telah ranum di bagian dada. Mereka berdua berjalan dan berhenti di depan meja kerja Monika.
Fredrick tampak tersenyum meskipun seperti terpaksa. Wanita paruh baya itu tampak angkuh, mengangkat dagunya ke atas dengan bangga. Sementara wanita cantik dan seksi yang ada di sampingnya menatap Monika dengan tidak suka, tetapi wajahnya berubah ramah saat melihat Fredrick.
"Selamat siang Bibi? Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Fredrick dengan sangat ramah dan sopan.
"Sudah berapa kali aku bilang, panggil aku Nyonya. Aku bukan bibi mu," ketus wanita yang Monika tidak tahu siapa. Fredrik hanya tersenyum menanggapi wanita itu, dia seperti sudah terbiasa.
"Dimana Yoonji?"
"Dia ada di dalam."
Mulut Fredrick bahkan belum tertutup, wanita muda yang memakai pakaian seksi itu langsung berlari dan membuka pintu kantor sang CEO dengan paksa. Wanita yang lebih tua itu pun berjalan mengikuti wanita itu. Tak ada kata terima kasih atau senyuman ramah, sungguh tidak sopan.
"Siapa mereka Tuan?" tanya Monika setelah kedua tamu itu hilang dibalik pintu besar.
"Mereka itu,-"
Jawaban Fredrick terhenti saat mendengar suara gaduh dari dalam kantor Yoonji seperti sesuatu yang jatuh atau sengaja dibanting. Teriakan kedua wanita itu saling bersahutan, tetapi tak ada suara pria pemilik perusahaan itu. Fokus Fredrick dan Monika tertuju pada ruangan besar yang tertutup rapat, keduanya hanya diam dan mencoba menerka apa yang terjadi didalam sana.
Brak.
Pintu besar itu dibuka dengan kasar dari dalam, pria berkulit seputih salju itu berjalan cepat kearah Monika dengan tatapan yang membuat wanita itu bergidik ngeri. Resiko pekerjaan, kalau ada masalah seperti ini bawahan pasti ikut kena imbas.
Tangan Yoonji menyingkirkan Fredrick yang menghalangi jalannya, tanpa kata tangan itu melingkar di pinggang Monika. Dua wanita yang mengikuti Yoonji, melotot melihat
Yoonji melakukan itu. Begitu pun Monika yang terkejut, tapi tak bisa melakukan apa-apa tubuhnya seolah kaku saking terkejutnya.
"Dia kekasihku, kami akan menikah minggu depan," ujar pria itu yang langsung membuat jantung Monika berhenti berdetak, matanya melebar sampai ukuran maksimal.
Fredrick berdecak keheranan tapi dengan cepat laki-laki itu bersikap tenang. Sementara kedua wanita itu, mereka menjerit tidak terima.
"Siapa dia Yoonji?!" tanya wanita dengan baju minim itu dengan berteriak, wajahnya memerah karena marah.
"Apa kau tuli, dia kekasihku!" tegas Yoonji dengan sorot mata tajam, Monika tan bisa berbuat apa-apa tangan laki-laki itu mencengkram pinggangnya dengan kuat.
Tentu saja Monika mengerti jika dia harus ikut sandiwara ini atau sesuatu yang buruk akan terjadi padanya.
"Yura." wanita paruh baya yang tadi terlihat kesal menepuk pelan pundak wanita cantik itu, seketika wanita itu menoleh dan memeluk wanita itu.
"Yoon jahat Bi," ujar wanita itu sambil menangis tersedu-sedu.
Wanita paruh baya itu menatap Yoonji dengan tajam, tangannya tak henti mengusap punggung gadis bernama Yura itu. "Aku harap kau tidak salah pilih dan menyesal pada akhirnya!"
Yoo Joon hanya tersenyum miring dengan tatapan dingin. Kedua wanita itu pergi tanpa pamit, lebih tepatnya gadis bernama Yura itu dipaksa pulang oleh wanita yang lebih tua. Yura sangat tidak rela, pergi dari kantor Yoonji.
"Kalian berdua masuk!" Yoonji melepaskan tangannya yang melingkar di pinggang Monika, berjalan mendahului mereka.
Monika meringis merasakan nyeri yang teramat di pinggang sebelah kanan. Fredrick dan Monika mengikuti langkah Yoo Joon masuk ke ruangannya. Mulut Monika ternganga melihat kantor Yoonji yang berantakan.
"Awas kakimu!" Yoonji berkata tanpa menoleh, Fredrick dan Monik langsung melihat kaki mereka, pecahan vas kaca dimana-mana.
Sepatu karet Monika bisa saja langsung sobek jika terkena pecahan vas mahal itu.
"Duduk dimana kalian bisa," ujar Yoonji sembari duduk di kursi kebesarannya.
Fredrick duduk di kursi yang ad di depan meja kerja Yoonji, sementara Monika duduk di sofa karena kursi yang ada disebelah Fredrick basah, entah air apa yang membasahinya.
Wajah Yoonji sangat tenang, tetapi terlihat dingin dan datar tanpa ekspresi. Ia menatap tajam Monika, membuat gadis itu salah tingkah.
"Kau akan jadi pacar kontrakku," ujarnya dingin, Monika langsing melongo begitu juga Fredrick.
"Tapi Tuan,-"
Yoonji mengangkat telunjuknya, mengisyaratkan wanita itu untuk diam.
"Kau atur semuanya, " ujar nya sambil menatap Fredrick dengan serius.
"kau yakin dengan ini Yoo?" tanya Fredrick dengan serius.
"Mau ku patahkan lehermu!" ujar Yoonji dengan dingin.
Frederick mengangkat tangan tanda menyerah. Pria itu memang tidak bisa di bantah.
"Boleh saya bicara?" tanya Monika sambil mengangkat tangannya. Kedua laki-laki itu menoleh.
"Apa?" tanya dua pria beda warna mata itu.
Monika nyengir sebelum bicara."Apa tidak ada yang bertanya pendapat saya gitu, yang mau nikah kontrak itu saya lho. Bisa bicara lho, masih idup seger buger di sini."
"Yang bilang kamu mayat hidup siapa?" tanya Yoonji balik.
"Kamu tidak ada hak bicara, mau atau tidak kamu akan menerima pernikahan kontrak ini selama satu tahun, gaji kamu tiap bulan 10 juta dengan kompensasi 1 milyar jika kontrak berakhir, paham!"
Monika tak dapat lagi berkata-kata, angka-angka itu berlari dengan riang mengelilingi kepala. Yoonji tersenyum miring, melihat ekspresi gadis itu yang terkejut sekaligus bahagia. "Semua wanita sama saja, kalau dengar uang langsung ijo."
Fredrick tertawa melihat wajah Monika yang menurutnya sangat lucu.
"Ingat tidak ada yang boleh tahu tentang ini, jika sampai semua ini sampai bocor keluar aku pastikan oksigen oksigen di ruangan ini mengucapkan selamat tinggal pada kedua lubang hidung kalian!"
Monika meneguk salivanya kasar, sementara Fredrick terlihat biasa walau wajahnya tak bisa menyembunyikan rasa takut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Isna Maria Prianti
sungguh ini keberuntunganmu monica,yang sabar ya☺️
2024-04-17
0
Realrf
siap
2023-05-03
0
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
lanjuuuuttttttttt ......
2023-05-03
0