Kebenaran tentang putri Fairuz dan Lily tak mengubah pemikiran dari Bunda Keisha. Wanita itu kekeh memilih putri sang sahabat sebagai calon menantunya tetapi apa alasan dia? Selain sang suami hanya Allah yang tau. Kepastian masih ditunggu untuk mendapatkan tujuannya.
Obrolan kedua pasutri harus dihentikan karena waktu sudah menginjak waktu sholat dzuhur. Keempat insan itu memilih untuk bergegas berpindah ke rumah Allah untuk menunaikan kewajiban seorang muslim. Selain itu mereka bisa mengenang masa lalu di saat masih satu sekolah.
Sementara di anak-anak kelas IPA 1 berdiri berkerumun menunggu penjelasan Rafa yang menerima tantangan dengan syarat mengecewakan. Pemuda itu tak peduli meski semua mata memandangnya, justru mengeluarkan earphones bluetooth. Lalu menyambungkan ke ponselnya.
"Pergilah! Pertandingan masih dua jam lagi." ucap Rafa mengusir semua teman sekelasnya yang dengan berat hati membubarkan diri.
Tak menunggu lama karena langkah kaki semua orang menjauh dari hadapannya. Melihat itu, ia memilih mengambil buku dari laci. Kemudian menjadikannya sebagai bantal agar kepala merasa lebih nyaman. Waktu istirahat bukanlah untuk makan karena tidur lebih baik.
Kebiasaan yang tidak bisa diubah sehingga semua teman sekelas hapal dan tidak berani mengusik. Maka dari itu ruangan kelas hanya milik Rafa saat jam istirahat, sedangkan di sisi lain Kimmy masih mengurus berkas yang harus segera diselesaikan. Wanita itu tampak begitu serius hingga suara gendang dari perut menyadarkan ia membutuhkan asupan energi.
"Astagfirullah, lapar disaat tidak tepat. Sebaiknya sholat dulu trus cari makan di kantin." gumamnya seraya merapikan kertas yang berserakan di atas meja.
Ruangan kerja yang memang dilengkapi fasilitas memadai membuat wanita itu tidak kesulitan untuk melaksanakan kewajiban sebagai umat muslim. Tak harus keluar untuk menunaikan ibadah sholat sehingga lebih mempersingkat waktu dan begitu selesai barulah keluar meninggalkan ruang kerjanya.
Lorong sekolah terlihat cukup ramai. Beberapa siswa duduk di pagar pembatas. Ada yang di kursi depan kelas, ada pula yang diam di dalam kelas. Suasana sekolah memang selalu ramai kala jam istirahat membuat siapapun yang melihat ikut sibuk sendiri.
"Ibu guru baru, ya? Mau pesan apa, Bu?" sapa salah satu pemilik warung jajan di dalam kantin sekolah itu ketika melihat Kimmy tengah melihat apa yang bisa dimakan.
Kimmy tersenyum mengangguk pelan, "Iya, Bu. Saya pesan nasi goreng spesial tapi pedasnya sedang saja dan segelas jus jeruk."
"Siap, silahkan duduk dan tunggu pesanannya." Wanita paruh baya itu mempersilahkan pelanggannya untuk bersabar menunggu dibuatkan pesanan yang sudah dipesan.
Memasak membutuhkan waktu yang tidak sedikit membuat Kimmy memeriksa gawainya. Beberapa pesan masuk dari teman lama dan juga pekerjaan lain yang menantinya tapi dari semua pesan itu. Ada pesan dari sang mama yang menarik perhatiannya.
Sebait harapan kembali mengalihkan dunia nyata dari kesendirian. Kenapa harus serumit ini? Pesan yang memintanya untuk datang ke acara makan malam keluarga menghantarkan rasa tidak nyaman. Selalu ada something ketika mamanya menginginkan sesuatu.
"Aku akan datang tapi sedikit terlambat, Ma. Masih harus melatih anak-anak basket." Kimmy mengirim voice note kepada mamanya agar merasa lebih yakin.
Mengingat kejadian terakhir kali. Ia hanya ingin berjaga-jaga. Yah setidaknya tidak memberikan tekanan batin hingga membuat kedua orang tuanya darting. Masalah hidup saja sudah banyak, lalu untuk apa menambah beban pikiran.
Suasana kantin tak begitu ramai hingga ia bisa mendengar obrolan anak-anak yang duduk di meja sisi kiri dengan satu meter setengah. Tangan masih sibuk memainkan ponsel tetapi pendengaran cukup jelas merekam pembicaraan tentang si anak penantang.
"Rafa beneran gabut atau sengaja sih? Heran gue sama itu anak." Mahmud ngedumel sambil nyemil kacang garuda yang membuat teman lainnya hanya bisa membiarkan tanpa ingin mengingatkan.
Hars menggeser minumannya dengan sengaja agar Mahmud bisa bebas menikmati kacang gurih di atas meja yang menjadi sajen orang ceramah tanpa arah. Yah kebiasaan si biang cerewet selalu tidak peduli sekitar saat mengeluarkan semua uneg-uneg yang mengusik pikirannya.
"Aku khawatir Rafa kalah." sambung Andra membuat yang lain menatap ke arahnya dengan tatapan tak suka. "Hadeh, kalian kagak tahu saja, siapa itu Bu Kimmy Rosella. Dia itu juga dosen di salah satu universitas favorit. Jangan ditanya prestasinya buanyaaak."
"Iyakah? Mana coba ku tengok." seloroh Arbi mengulurkan tangan meminta bukti dari Andra.
Apa yang disampaikan hanyalah sebuah ucapan karena bukti hanya ada dirumahnya saja. "Pulang sekolah, main saja kerumahku. Nanti ku kasih buktinya. Ditambah bunga malah."
"Intinya, Rafa harus tarik tantangannya biar tetap aman. Aku gak mau team kita tanpa leader. Apalagi sampai ganti yang pasti ujungnya si senior balik lagi jadi pengganti. Ogah lah," cetus Andra terang-terangan membuat Kimmy berpikir bagaimana siswa sekolah SMA tahu tentang dia.
Obrolan masih berlanjut menjadi teman makan Kimmy yang memilih diam menyimak tanpa ingin bertanya. Entah apa masalah di antara Rafa dan senior yang terlihat tidak akur tapi setelah mendengar dengan seksama. Ia memahami satu hal, dimana semua anggota basket menghargai Rafa sebagai leader.
Lima belas menit kemudian. Suapan terakhir menyudahi makan siangnya, tak lupa membayar sesuai jumlah yang sudah disebutkan sejak awal. Tanpa ingin berlama-lama ia beranjak dari tempatnya, lalu berjalan meninggalkan kantin tanpa menegur siapapun.
"Hah, sejak kapan Bu Kimmy duduk disitu?" Hars panik begitu melihat kepergian guru barunya dari tempat ia duduk bersama gengnya.
Sementara yang lain bodo amat karena merasa tidak perlu menjelaskan pada Hars. Biarkan saja guru baru itu mendengar semuanya. Siapa tahu bisa berubah pikiran kan? Berharap tidaklah salah tapi membuat ekspektasi bisa berujung kekecewaan.
Langkah kaki kembali menyusuri lorong tapi kali ini melewati lorong lain dari sisi utara. Entah kenapa ia ingin memastikan sesuatu yang kini mengusik hatinya. Jujur saja obrolan anak-anak di kantin menghadirkan rasa empati yang pantas untuk ikatan persahabatan.
Perjalanan selama tiga menit terhenti di depan sebuah kelas yang terlihat begitu sepi. Seperti dugaannya, pemuda itu berada di dalam kelas tengah asyik menikmati tidur siang. Sesaat ia melihat dirinya yang dulu saat masa sekolah tetapi di bangku kuliah.
"Assalamu'alaikum, boleh masuk?" Kimmy mengucapkan salam sebagai tanda perdamaian seraya menatap Rafa tetapi yang ditatap diam tanpa pergerakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
🍁𝐂liff❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
🤣makanya kalau mo ngomong liat kiri kanan dlu
2023-05-18
0
🍁𝐂liff❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
kimmy dan rafa kah yang mau dijodohkan
2023-05-18
0
𝓐𝔂⃝❥Etrama Di Raizel
Hayo, makan dulu gendang nya udah berdendang tuh 🤭
2023-05-18
0