Kemarahan Bu Kim hanya sekedar bentuk ketegasan yang memang diterapkan selama ia mengajar. Baginya konsisten untuk menghargai waktu merupakan hal yang wajib karena itu kedisiplinan. Hari pertama mengajar bukan berarti santai seperti menikmati sepoi angin pantai.
Semua anggota team basket hanya bisa terdiam hingga membuat sang guru memutuskan pergi dari lapangan. Langkah kaki yang menjauh menjadi pemandangan nanar para siswa. Kecewa karena guru baru tidak mau bersabar. Itu yang ada dibenak anak-anak.
"Haish, ini kemana perginya Rafa sih? Kok main ngilang aja tuh anak." ucap gusar Mahmud yang ikut menjadi tim inti basket sekolahnya.
Hars dan yang lain hanya bisa mengedikkan bahu karena memang tidak tahu kemana sang kapten. Apalagi setelah Bu Kim pergi, mereka justru berjemur di bawah matahari pagi. Bisa saja ke kelas tapi takutnya dianggap tidak punya konsisten lagi.
Sementara yang di nanti malah asyik duduk di kamar mandi sembari mendengarkan lagu kesukaannya. Siapa lagi yang bisa berbuat seenak hati? Rafa sang idola tentunya. Pemuda itu tak peduli karena ia pikir memiliki waktu senggang jadi untuk menikmati kesendirian tanpa gangguan.
Sedangkan di sisi lain, Bu Kim yang baru saja masuk ke ruangannya bergegas mencari berkas anggota team basket. Ia ingin tahu sejarah dari setiap anggota yang digadang akan mewakili sekolah di kejuaraan nanti. Sebenarnya berat karena tugas itu berbanding terbalik dari profesinya.
Ia memang seorang guru olahraga dan paham serta bisa bermain basket. Akan tetapi dari semua olahraga, basket menjadi pilihan terakhir karena ia tak ingin mengingat masa lalu yang pernah mengisi kehidupannya. Egois sih tapi ya apapun itu demi menjaga emosi di hati.
Berkas dari laci meja Pak Gio dikeluarkan, lalu ia menarik kursi, kemudian duduk. Jemari lentik mulai membuka halaman pertama yang langsung menampilkan prestasi sekolah tempatnya bekerja. Satu per satu nama anggota team basket diperiksa tanpa terkecuali.
Baginya mengetahui kelebihan dan kekurangan anak-anak sangat diperlukan hingga halaman terakhir sebuah nama menarik perhatiannya. "Rafandra Darren Adelio. Leader team basket terbaik selama dua tahun berturut-turut dan siswa dari jalur beasiswa."
"Menarik, tapi sayang kurang bisa diandalkan. Bagaimana anak sepertinya menjadi leader? Ya sudahlah kita lihat besok saja. Sekarang aku kembali ke kelas saja. Mengajar lebih baik daripada mengeluh sendirian." gumamnya dan mengembalikan berkas ke tempat sebelumnya.
Gagal melakukan pelatihan pertama, justru membuat Bu Kim berpindah tempat, lagi. Wanita itu tak mau ambil pusing sehingga memilih kembali ke kelas yang membuat anak-anak merasa gagal bersantai. Bisikan-bisikan juga terdengar begitu riuh menyambut kedatangan sang guru olahraga.
"Bu Kim, gak jadi latihan?" tanya seorang siswi dengan rambut kepang yang dijadikan bando menyisakan helaian rambut panjang dibelakang.
Bu Kimmy membuka bukunya, lalu melihat catatan terakhir dari Pak Gio. "Tidak ada latihan sampai minggu depan. Silahkan buka buku kalian halaman lima puluh enam. Hari ini kita akan membahas materi renang."
Anak-anak pasrah dengan perubahan jadwal yang mengharuskan kembali menelan huruf dari buku nan tebal. Apalagi melihat sang guru mulai menuliskan beberapa pertanyaan tentang seputar renang. Mau, tak mau mereka mengeluarkan buku dari dalam tas masing-masing.
"Sekarang siapa yang bisa menjawab pertanyaan pertama. Jelaskan pengertian dan sejarah renang secara singkat yang kalian ketahui. Ada yang mau jawab?" Tatapan mata mengedarkan pandangan ke seluruh kelas. Dimana hanya ada keheningan hingga seorang siswa yang duduk di bangku pojok mengangkat tangan. "Silahkan, jelaskan!"
"Ada banyak pendapat yang menjelaskan pengertian mengenai olahraga ini, namun ringkasnya renang merupakan olahraga yang dilakukan di air, dengan menggerakkan tubuh (tangan dan kaki) agar tidak tenggelam." jawab siswa itu membuat Bu Kim tersenyum tipis, dan kembali membiarkannya untuk duduk.
Namun, siswa itu tetap berdiri dan melanjutkan apa yang dia ketahui, "Jadi, jauh sebelum olahraga renang di-launching secara resmi, renang sudah dilakukan berabad sebelumnya. Ditemukannya lukisan perenang di dinding Gua Perenang yang tidak jauh dari Wadi Sora, Gilf Kebir, Mesir, menjadi bukti adanya renang sudah terdokumentasi dengan jelas sejak zaman prasejarah."
"Lukisan-lukisan di gua tersebut menggambarkan orang-orang yang berenang dengan gaya bebas dan gaya yang menyerupai binatang saat berenang. Itulah sejarah renang yang harus kita ketahui sebagai penerus bangsa. Sekian terima kasih," Siswa itu menundukkan kepala menerima aplaus dari teman sekelasnya.
Sebagai penghapal sejarah olahraga, ia merasa memiliki kewajiban untuk menyebar luaskan ilmu pengetahuan. Bahkan Bu Kim ikut memberi tepuk tangan sebagai bentuk apresiasi. Rasanya senang sudah mendapatkan tempat di hati sang guru. Padahal terlalu kepedean.
Belum juga melanjutkan pertanyaan kedua.Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang mengalihkan perhatian semua orang. Dimana seorang pemuda berdiri dengan wajah tak bersalahnya, "Maaf, Bu. Anak-anak sudah nunggu latihan basket di lapangan. Apa mau nunggu mereka pingsan dulu?"
Laporan itu terdengar baik bahkan sangat pengertian tetapi setelah apa yang terjadi. Tentu saja sudah menjadi basi. Bu Kimmy justru menarik kursi, lalu duduk dengan tatapan terpatri pada siswa yang berdiri di depan pintu. Wajah memang tampan hanya saja penampilan urakan. Apalagi anting di telinga terlihat begitu jelas seperti anak jalanan.
"Latihan saja! Siapa yang kamu tunggu?" tanya Bu Kim santai membuat Rafa mengernyit.
Sebenarnya apa yang salah hingga guru baru itu terlihat tidak suka dengannya. Aneh saja karena belum mengenal tapi tampak bermusuhan seabad. "Kami menunggu Ibu, kan pelatihnya Ibu."
"Ouh, iya kah?" tanya Bu Kim memastikan tetapi masih melanjutkan pernyataan. "Kalau saya balik ke lapangan. Siapa yang mengajar di kelas?"
Rafa masih bingung kenapa pertanyaan tersebut diajukan guru barunya. Lah mana dia tahu, orang dirinya saja balik ke kelas setelah melihat pesan dari Mahmud. Pemuda itu masih tidak sadar, jika latihan sudah dibatalkan berkat ketidakhadiran sang leader tepat waktu.
"Pergilah dan latihan sendiri. Jangan ganggu pelajaran tapi silahkan duduk di bangku mu kalau tidak ingin berlatih." Percuma saja berbicara dengan siswa yang memiliki tabiat tidak peka keadaan.
Pelajaran kembali dimulai dengan ketegangan para siswa di dalam kelas yang membuat Rafa memilih undur diri. Pemuda itu menyusuri lorong sekolah karena rasa penasaran yang membawa langkah kakinya menuju lapangan. Dari kejauhan terlihat anggota team basket berdiri di bawah sinar matahari yang mulai tinggi.
Heran donk, kenapa pelatihnya justru begitu acuh atas laporannya. Padahal ia hanya berniat baik. Tak menunggu lama ia sampai di depan teman-teman yang menatapnya dengan tatapan menelisik. Apalagi Mahmud justru berpindah tempat ke belakang tak ingin berbicara dengannya sedangkan yang lain menggelengkan kepala serempak.
"Kalian kenapa sih? Gue salah apa sampai pada diem gitu." ucap heran Rafa membuat Hars maju berdiri di hadapannya.
Hars terlihat bingung mau menjelaskan dari mana karena situasi menjadi terjebak. Jika jujur berarti aman dari guru tapi jika tidak jujur bisa kena tabok dari leadernya. "Kamu telat datengnya jadi latihan dibatalkan."
"Lebih tepatnya, Bu Kim tidak mau melatih dan menganggap loe sebagai pemimpin tak bisa diandalkan." sambung Mahmud sedikit keras karena ia ingin Rafa mendengar tanpa harus berdekatan.
Bagaimana bisa terlambat? Apa mungkin karena terlalu asyik mendengarkan musik dan lupa tengah ditunggu guru di lapangan. Padahal selama ini tidak terjadi permasalahan jika dirinya telat sekalipun. Pak Gio selalu memahami tanpa harus menjelaskan.
Rafa lupa jika gurunya sekarang bukanlah Pak Gio. Melainkan Bu Kimmy yang memiliki segudang peraturan demi kesuksesan hidup. Pemuda itu merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada teamnya. Sehingga memutuskan akan melakukan sesuatu.
"Ayo, kita ke kelas! Aku akan minta maaf pada guru baru kita." ajak Rafa seraya melambaikan tangan membuat semua anak saling pandang tetapi ia tak memperdulikan itu.
Langkah kaki meninggalkan lapangan diikuti anggota team basket yang masih saja saling senggol karena sikap Rafa tak seperti biasanya. Sementara di dalam kelas Bu Kimmy tengah memberikan tugas tambahan pada muridnya dan berniat untuk melakukan sesi tanya jawab seputar olahraga.
"Bu, apa hari ini tidak bisa libur saja belajarnya?" tanya seorang siswi dengan wajah make up tebal yang terlihat kepanasan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
🍁𝐂liff❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
msh sekolah aja dempulnya tebel amat
2023-05-18
0
🍁𝐂liff❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
🤣🤣🤣mank enak rafa diputar balik pertanyaannya..makanya jgn molor
2023-05-18
0
🍁𝐂liff❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
murid yang pintar👏👏👏
2023-05-18
0