Bab 4. Taruhan

Saat dalam perjalanan menuju ke ruang kelas jurusan IPS, Daud dan Birawa terlihat sangat emosi. Mereka tidak terima dengan perlakuan Nabila. Baru kali ini mereka diacuhkan oleh seorang wanita.

Sementara itu, Anggara dan Kenzi terlihat masa bodoh. Mereka tidak terpancing oleh Daud yang terus mengomel sepanjang perjalanan. Ketidakhadiran guru yang mengajar di kelas mereka membuat kekesalan Daud dan Birawa semakin menjadi.

"Gara, sebenarnya lu cowok apa bukan, sih? Napa lu diem aja saat cewek songong itu berani melawan kita. Lu juga Ken!" seru Daud berapi-api.

"Lalu suruh apa? Gua males bertengkar sama cewek." Gara terlihat malas.

Masih segar dalam ingatannya saat semalam Nabila menyelamatkannya. Secara tidak langsung dia telah berhutang budi padanya. Gara tidak tahu bagaimana cara untuk membalas budi dan setidaknya dengan tidak mengganggunya itu lebih baik.

"Cewek seperti itu harus kita kasih pelajaran," ucap Daud lagi.

"Kamu benar. Pamor kita sebagai cowok tampan di sekolah ini bisa hancur kalau sampai kita tidak berhasil membuatnya bertekuk lutut," imbuh Birawa.

Sama halnya dengan Gara, Kenzi terlihat santai dan tenang-tenang saja. Namun, kali ini sepertinya dia harus ikut bicara. Mereka tidak akan segan menghadapi preman sekalipun tapi menurutnya sangat memalukan jika harus berhadapan dengan wanita.

"Tunggu ... tunggu! Kita akan lebih memalukan kalau kita berkelahi dengan wanita. Gue nggak setuju kalau harus main kasar sama cewek." Kenzi mengangkat tangannya sebagai tanda penolakannya.

"Lu gimana?" tanya Birawa sambil menunjukkan dagunya pada Gara.

Gara mengangkat bahu dan alisnya secara bersamaan. Sejak tadi dia memang tidak tertarik dengan masalah ini.

Daud menghela napas kasar sedangkan Birawa mengusap wajahnya dan membuang muka ke arah lain. Baru kali ini mereka tidak kompak ketika menemukan sebuah masalah.

"Bagaimana pun caranya, aku tidak akan membiarkan wanita itu lepas begitu saja. Dia harus tunduk dan patuh pada kita. Kita tidak perlu menggunakan cara yang kasar untuk menaklukkannya," usul Daud.

Ketiga temannya langsung menoleh padanya. Untuk kali ini sepertinya mereka tidak keberatan dengan idenya. Namun, mereka masih belum bersuara karena masih berpikir.

Suasana beku itu tidak berlangsung lama ketika Daud tiba-tiba menarik ketiga temannya untuk berkumpul. Ini biasa dilakukan saat mereka akan membicarakan sesuatu yang bersifat rahasia.

"Gaes, gue ada ide. Menurutku Nabila, kan, cantik, bagaimana kalau kita taruhan, siapa yang berhasil menaklukkan hatinya maka kita akan mendapatkan hadiah. Sambil menyelam minum air lah, dapet cewek cantik sekaligus tiket nonton konser Band Metaldie, gimana?" tantang Daud.

"Usulan yang bagus. Gue setuju! Gimana lu Ken, Gara?" tanya Birawa bersemangat.

Niatnya untuk mengerjai Nabila begitu besar. Dia begitu ingin mempermalukannya dan membuatnya patah hati setelah berhasil menaklukkannya.

"Terserah kalian saja." Kenzi terlihat pasrah.

"Gua nggak ikutan," tegas Gara.

"Ahh, cemen lu!" celoteh Birawa.

Tidak ada keinginan untuk mengusik Nabila tetapi dia juga tidak ingin menceritakan apa yang dialaminya semalam. Apa yang dia alami tidak ada hubungannya dengan Grup Dragon. Gara tidak ingin teman-temannya terlibat.

"Lu nggak asik, Ra! Ke mana solidaritas kita yang tinggi. Lagi pula kita tidak menyakiti cewek bukan? Ayolah, Gara!" bujuk Daud.

"Benar kata Daud, kamu sekarang sudah banyak berubah. Atau jangan-jangan kamu punya cewek tanpa sepengetahuan kita?" Birawa menduga-duga.

"Lu ngomong apa, sih? Gue masih free." Tersirat sebuah beban yang sulit untuk dipahami di wajah Gara.

Saat ini dia sedang berperang dalam hatinya antara mengikuti teman-temannya atau membela Nabila dan membiarkannya hidup bebas. Keduanya sama-sama berat dan membuatnya dilema. Terselip rasa sesal mengapa dia harus terjebak dalam pilihan yang begitu sulit.

"Terserah kamu, Ra! Kita tetap akan melakukan taruhan ini tapi mau tidak mau lu harus ikut patungan buat beli golden tiket konser Metaldie Band."

Gara masih bungkam tanpa berkomentar apa-apa. Sepertinya akan lebih baik jika dirinya ikut dalam taruhan ini meskipun hati kecilnya menolak untuk mempermainkan perasaan seorang wanita.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!