Bab 2. Murid Baru

Di ruang kepala sekolah Nabila sudah ditunggu oleh wali kelas barunya. Kebetulan dia ada jadwal mengajar di ruang kelas yang akan di tempatinya.

"Mari kita ke kelas baru kamu, Nabila. Semoga kamu bisa segera beradaptasi. Tadi baru saja ayahmu mengirim pesan agar kamu belajar dengan rajin di sini," ucap Pak Karim, wali kelas sekaligus guru yang mengajar pelajaran Kimia.

"Baik, Pak. Terimakasih. Saya akan belajar dengan baik di sekolah ini."

Keduanya pun berjalan melewati koridor yang telah sepi. Satu menit yang lalu bel masuk sekolah telah berbunyi. Semua murid sudah berada di kelasnya masing-masing.

Pak Karim dan Nabila berhenti di depan kelas XII IPA 3. Suara gaduh terdengar dari luar.

"Apakah kamu sudah siap untuk bertemu teman-teman baru kamu, Nabila?" tanya Pak Karim sebelum mereka memasuki kelas.

"Insya'allah aku siap, Pak."

Pak Karim mengangguk dan tersenyum.

"Bagus. Kita masuk sekarang."

Mendadak seisi kelas menjadi senyap ketika mereka memasuki ruangan. Nabila berdiri di depan kelas bersama Pak Karim dan menunggu diminta untuk memperkenalkan diri. Saat ini dia menjadi pusat perhatian seluruh penghuni kelas itu.

Perkenalan yang dilakukannya tidak berlangsung lama. Dia hanya memperkenalkan diri secara singkat dan terkesan buru-buru. Teman-temannya tidak banyak bercuit karena Pak Karim terkenal sebagai guru galak di sekolah itu.

"Permisi, aku duduk di sini, ya?" ucap Nabila meminta ijin pada seorang siswi yang duduk di samping bangku kosong.

"Silakan!" jawabnya sambil tersenyum.

"Namaku, Leny," lanjut siswi itu sambil mengulurkan tangan ke arah Nabila.

"Semoga kita bisa menjadi teman baik, Leny."

"Hmm." Leny mengangguk sambil tersenyum tulus.

Obrolan mereka terhenti karena harus bersiap untuk mengikuti pelajaran. Pak Karim sudah mulai menulis materi di papan tulis untuk diterangkan sesudahnya. Semua murid di kelas segera mencatat karena tidak ingin tertinggal materi.

Jam pelajaran berganti. Nabila dengan cepat beradaptasi dan mengikuti apa yang dilakukan oleh teman-teman sekelasnya. Leny juga banyak membantu mengarahkannya.

Di jam istirahat pertama, Leny mengajaknya untuk pergi ke taman samping. Menurutnya terlalu pagi untuk pergi ke kantin dan merasa masih kenyang. Dengan kata lain dia tidak terbiasa jajan.

"Kebetulan sekali, aku juga sedang tidak ingin pergi ke kantin. Mungkin jam istirahat kedua saja aku ke sana." Nabila menyambut baik ajakan Leny.

"Yuk!" Leny menggandeng tangan Nabila dan membawanya ke taman.

Ada beberapa bangku yang di sediakan di taman tetapi sudah penuh oleh siswa yang lebih dulu datang ke sana. Leny lalu mengajak Nabila pergi ke bawah pohon yang rindang. Mereka duduk pada pagar pembatas yang mengelilingi pohon.

"Murid-murid di sini cukup baik, ya. Semula aku berpikir orang kampung sepertiku akan sulit diterima." Nabila sangat terkesan setelah beberapa orang murid menyapanya.

"Untuk murid IPA memang kondusif. Kalau murid IPS ...." Leny melirik ke kanan kiri takut ada yang mendengar ucapannya.

Dia lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Nabila dan menutupinya dengan tangan sebelum membisikkan sesuatu.

"Di sekolah ini ada sekumpulan badboy yang ditakuti. Mereka seringkali membuat onar tetapi pihak sekolah tidak berani menindak tegas. Keempat siswa itu adalah anak dari orang yang berpengaruh di kota ini. Tapi entah mengapa, para siswi di sekolah banyak yang mengidolakannya. Mungkin karena anggota geng Dragon semuanya tampan dan kaya, terutama Gara."

Bola mata Leny tampak berbinar-binar saat menyebutkan nama salah satu anggota grup Dragon itu.

"Terserah mereka. Selagi tidak menggangguku maka aku tidak akan peduli. Waktu kita di tingkat dua belas tidak banyak. Kita harus belajar dengan tekun agar bisa diterima di universitas terbaik." Nabila tidak ingin memikirkan tentang Grup Dragon yang menurutnya tidak penting.

Berita tentang kedatangan murid baru dengan cepat tersebar. Birawa merupakan anggota Grup Dragon yang paling kepo. Dia mengajak ketiga temannya untuk mencari murid tersebut dan berkenalan, terlebih lagi setelah dia mendengar jika wajahnya sangat cantik.

"Sebenarnya aku malas," ujar Anggara sambil berjalan dengan malas mengikuti ketiga temannya.

"Gue tau lu lagi kurang enak badan setelah kejadian semalam tapi lu bakalan rugi kalau nggak ikutan," ujar Daud memprovokasi.

Kedua teman lainnya, Birawa dan Kenzi ikut menimpali. Sangat sulit bagi Anggara untuk menolak keinginan teman-temannya itu.

"Oke, oke! Kita samperin sekarang, puas kalian!" seru Anggara dengan wajah yang masih terlihat kesal karena dipaksa ikut.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!