Jam istirahat hampir berakhir. Leny mengajak Nabila untuk kembali ke kelas meskipun sebagian teman-temannya masih berada di taman. Mereka berjalan dengan santai dan sesekali membalas sapaan murid lain.
"Besar juga ya sekolahan ini," ucap Nabila sambil melihat ke tempat-tempat yang bisa dijangkau oleh pandangan matanya.
"Lumayan. Meskipun nggak begitu famous tapi sekolah ini cukup populer karena banyak anak dari kalangan atas yang bersekolah di sekolah ini."
Nabila mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan sederhana dari Leny.
Saat berada di belokan terakhir menuju ke kelas mereka, keduanya melihat empat orang siswa berjalan menuju ke arah mereka. Sikap aneh mulai diperlihatkan oleh Leny. Dia tiba-tiba berhenti dan menarik tangan Nabila agar ikut berhenti juga.
"Ada apa, Len? Bukankah kita sebentar lagi akan masuk ke kelas?" tanya Nabila dengan penuh keheranan.
"Itu ... itu ... emm ...." Leny terlihat gugup.
Nabila bisa merasakan dengan jelas jika tangan Leny terasa dingin. Sepertinya saat ini dia sedang gugup.
Keempat siswa telah berhenti di hadapan mereka sehingga Nabila tidak lagi bertanya pada Leny. Salah seorang di antara mereka tidak asing di mata Nabila. Dia berusaha mengingat-ingat di mana dia pernah bertemu dengannya.
Memori tentang peristiwa semalam kembali terputar dalam ingatannya. Bola mata Nabila membulat setelah mengingat semuanya.
'Bukankah dia adalah pria yang aku tolong semalam? Tidak-tidak, tidak mungkin itu dia. Pasti hanya mirip saja.' Nabila mencoba menyangkal.
"Maaf, tolong beri kami jalan! Sebentar lagi jam istirahat berakhir," ucap Nabila kepada keempat siswa yang menghalangi jalan mereka.
Baru selesai dia bicara, bel masuk benar-benar berbunyi.
"Nah, kan?" ucap Nabila lagi sambil merangsek maju ke depan mencari celah untuk berjalan.
Wajah Leny semakin pucat saat Nabila begitu berani untuk meminta jalan. Di dalam hati dia terus berdoa berharap apa yang dilakukannya tidak menyinggung Grup Dragon. Tidak biasanya mereka datang ke bagian kelas jurusan IPA dan menganggap jika ini adalah momen langka.
Daud menggeser tubuhnya dan menghalangi Nabila.
"Cantik-cantik sombong. Memangnya kamu tidak tahu siapa kami?" tanya Daud dengan wajah tengilnya.
"Sombong? Memang kalian siapa? Boyband Korea? Kalau pun iya, aku tidak ada waktu buat ngladenin kalian. Tujuanku pergi ke sekolah mau belajar. Minggir!" tegas Nabila.
Ucapan Nabila membuat Daud semakin tersulut emosi. Baru kali ini dia bertemu dengan wanita yang dia anggap belagu. Di sekolah ini mereka adalah idola dan penolakan Nabila membuat harga dirinya ternodai.
Daud mengulurkan tangan kanannya dan mencengkeram bahu kiri Nabila.
"Auhh!" Nabila meringis kesakitan.
Anggara menatap tajam ke arah Daud sebagai ancaman dan peringatan. Namun, sepertinya Daud tidak mengerti dan semakin mengeratkan cengkeramannya.
"Lepaskan dia!" seru Anggara lalu berbalik pergi mendahului teman-temannya.
Di antara anggota Grup Dragon, dialah yang paling cuek dan selalu terlihat dingin.
Mau tidak mau ketiga temannya harus segera menyusul sebelum jarak mereka terlalu jauh. Sebelum pergi, Daud dan anggota Grup Dragon lainnya memberi tatapan misterius pada Nabila.
'Mati aku! Sepertinya para cecunguk itu menaruh dendam padaku. Aku harus berhati-hati setelah ini.' Nabila menggigit bibir bawahnya sambil menatap kepergian Grup Dragon.
"Gawat, Nab! Sepertinya kamu telah menyinggung Grup Dragon," ucap Leny setelah merasa Anggara dan kawan-kawannya tidak akan mendengarnya bicara.
Nasi sudah menjadi bubur, Nabila berusaha untuk bersikap tenang. Dia yakin bisa menghadapi semua ini dengan baik. Setidaknya dia akan merasa aman ketika berada di sekolah.
Murid-murid yang baru kembali dari beristirahat menatap keduanya dengan heran. Hanya sebagian kecil saja yang tahu jika baru saja Grup Dragon mendatangi mereka.
"Sudahlah! Guru akan segera tiba di kelas kita, sebaiknya kita bersiap."
Nabila mengajak Leny untuk pergi ke kelas mereka dan berpura-pura tenang seolah tidak terjadi apa-apa.
"Baiklah! Eh, ngomong-ngomong tadi aku lihat Gara menatapmu begitu lama. Di antara anggota Grup Dragon dia yang paling acuh pada wanita. Dia sepertinya juga tidak terima ketika Daud menyakitimu." Leny berbicara banyak.
"Jadi, namanya Gara. Siapapun itu tidak penting." Buru-buru Nabila mengalihkan pembicaraan agar Leny tidak membahasnya lagi.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments