Pak Hadi

Ferdian terbelalak, ia ragu hendak mendekat pada lelaki tua dengan tulang tengkorak remuk itu. Bau anyir menggelitik hidungnya dan hampir membuat Ferdian memuntahkan seluruh isi perut. Thomas tersenyum melihat wajah Ferdian yang berjuang mati matian menahan mual.

"Aku rasa kau harus membiasakan diri dengan hal ini, penampilan para penumpang gerbong kebanyakan tidak dalam kondisi baik."

Ferdian menatap Thomas dan mendengarkan penjelasannya. Sesekali matanya melirik ke arah pria tua dengan tatapan kosong itu.

"Bisakah kau mengubah kondisinya? Aku sangat tidak nyaman Thomas."

"Hhm, Louise mungkin bisa membantumu." Thomas mengerutkan kening sejenak, wanita cantik berbaju kuning lembut itu pun muncul begitu saja.

"Kau memanggilku Thomas?" tanyanya dengan senyum mengembang, begitu manis hingga Ferdian tak berkedip.

"Bersihkan dia, aku tak ingin Ferdian gagal di tugas pertamanya."

Louise melirik ke arah Ferdian dan tersenyum menggoda, "Tentu, aku akan merapikan sedikit penampilannya."

Louise mendekati lelaki tua itu lalu membawanya pergi menjauh dari Ferdian yang terus menatapnya.

"Kemana dia akan pergi?" Ferdian penasaran.

"Hhm, magic box?" jawab Thomas misterius.

"Namanya pak Hadi, umur 70 tahun, meninggal setelah diserang secara brutal oleh seseorang. Dia hidup bersama seorang cucu lelakinya yang masih bersekolah di tingkat SMA. Tugasmu selain mencari siapa penyerangnya, kau juga harus menyelesaikan keinginan terakhir pak Hadi. Ia sangat ingin melihat cucunya lulus dengan nilai memuaskan." Thomas menerangkan sebagian pekerjaan Ferdian.

"Tunggu, aku harus berpura pura jadi guru privat cucunya? Nilai ku jelek untuk beberapa pelajaran Thom!"

"Hmm, bagaimana aku menjelaskan padamu?" Thomas menatap Ferdian sejenak. "Kau tidak perlu menjadi guru private nya, kau hanya perlu memberi bocah itu semangat hidup. Aku rasa dia membutuhkan itu setelah kehilangan kakeknya."

Thomas mengajak Ferdian berjalan, mengintip isi gerbong yang sudah terisi penuh. "Kau lihat roh tersesat di dalam sana? Mereka sebagian besar belum disempurnakan kematiannya, ada yang terganjal keinginan terakhir, ada juga yang ... hhm, tidak menyadari jika dirinya telah berpindah alam. Mereka ada dalam kondisi yang bisa dikatakan memiliki urusan dunia yang belum selesai."

"Kau akan mempelajarinya secara perlahan dan aku harap kau bisa berimprovisasi dengan keadaan. Tujuanmu mengantarkan mereka kembali ke jalur sebenarnya."

"Sebanyak ini? Apa aku harus menyelesaikan semua sendiri?"

"Tidak, aku memiliki beberapa kurir termasuk kau, tuan."

"Kenapa kami disebut Kurir Kematian? Bukankah itu identik dengan pembawa pesan sang pencabut nyawa?"

Thomas tersenyum lebar, "Kau akan mengetahuinya jika saat itu tiba. Kenapa dan mengapa disebut Kurir Kematian."

"Oh, begitu? Aku bisa berinteraksi dengan mereka maksudku kurir lain?" Ferdian bertanya lagi dan kali ini terlihat lebih antusias.

"Hhm, jika aku mengijinkannya tentu kalian bisa bertemu tapi jika tidak, meski kalian menangani penumpang dalam gerbong yang sama, aku pastikan kalian tidak akan pernah bertemu." jawaban Thomas semakin membuat Ferdian penasaran ia ingin kembali bertanya tapi kemudian,

"Thomas, dia siap!" suara Louise terdengar dari sisi lain.

"Baiklah tuan Ferdian, waktumu hanya sedikit. Aku akan menunggumu tiga hari dari sekarang."

"Apa? Tiga hari, apa bisa aku melakukannya?"

"Harus, lakukan sebaik mungkin tuan."

Thomas menurunkan topi fedoranya sedikit sebelum ia memasuki salah satu gerbong.

Suara peluit terdengar entah darimana, dan kereta pun berjalan perlahan. Ferdian bisa melihat Thomas tersenyum padanya untuk kemudian menghilang dengan cepat bersama ketiga belas gerbong. Peron kembali gelap, jarum jam kembali berdetak normal berputar sesuai jam di alam nyata.

Thomas menarik nafas dalam, "Baiklah, dia tugas pertamaku."

Ia menoleh ke arah pak Hadi, lelaki tua itu kini jauh lebih baik. Berpakaian bersih dengan setelan putih, wajahnya juga bersih dari tetesan darah, terlihat lebih segar meski tetap dengan pandangan mata kosong.

"Kenalkan, saya Ferdian."

Pak Hadi menoleh perlahan masih dengan tatapan kosong, "Hadi, saya mau pulang. Bisa antarkan saya pulang?" pintanya pelan dan lemah seolah tanpa harapan.

"Dimana rumah bapak?" Tanya Ferdian, ia mendekat dan menyentuh bahu pak Hadi.

Keajaiban terjadi mereka menembus dimensi ruang dan keduanya tiba di halaman sebuah rumah. Ferdian memindai sekitar, sepi dan gelap hanya ada lampu bohlam lima watt yang menerangi teras.

"Ilham, cucuku … kakek pulang!"

Pak Hadi berjalan perlahan mendekati pintu rumah, isak tangisnya menandakan kerinduan yang begitu mendalam pada Ilham. Ia terus berjalan hingga di satu titik dirinya seperti menabrak dinding pembatas tak terlihat. Berkali kali ia mencoba untuk masuk tapi selalu gagal. Dinding tak terlihat itu menghalanginya mendekat.

Pak Hadi lemas dan tertunduk lesu, air matanya terus menetes. Ferdian yang iba akhirnya menghampiri dan mengajaknya duduk santai di bawah sebuah pohon beringin tepat di halaman rumah.

"Dunia bapak sudah berbeda, bapak nggak bisa seenaknya saja keluar masuk menembus batas."

"Saya kangen sama Ilham, saya ingin memeluknya."

Ferdian tersenyum masam, ia bisa merasakan kesedihan pak Hadi. "Berapa lama Ilham tinggal bersama bapak?"

"Dari bayi, saya menemukan dia tergeletak di bak sampah. Dia anak yang terbuang, pertama kali Ilham pegang jari saya kali itu juga saya langsung jatuh hati. Warga sini nggak ada yang mau ngurus akhirnya dia saya ambil dan saya anggap sebagai anak dan juga cucu sendiri." Pak Hadi tertunduk lesu, kesedihan masih belum juga pergi dari wajahnya.

"Anak bapak kemana?"

"Saya nggak punya anak mas, saya hidup sendiri. Dulu saya pernah menikah tapi entah saya yang mandul atau istri saya yang memang tidak bisa punya anak, akhirnya kami berpisah setelah sepuluh tahun menikah."

"Kenapa nggak cek ke dokter pak?" tanya Ferdian lagi.

Pak Hadi menggelengkan kepala, "Pertimbangan saya waktu itu adalah perasaan istri. Kalo cek ternyata hasilnya dia yang mandul hatinya pasti hancur, jadi saya pikir biarlah kami tidak tahu kondisi masing-masing dan hidup bahagia, tapi ternyata itu salah. Kami berpisah setelah terus menerus bertengkar tentang anak tanpa ujung yang jelas."

Ferdian menghela nafas, membayangkan ada di posisi pak Hadi pasti sulit kondisinya. Ia menepuk pelan bahu pak Hadi, "Terkadang apa yang kita pikirkan untuk keluarga belum tentu sejalan dengan pasangan pak."

"Betul mas, tapi saya tidak menyesal setidaknya saya sudah berjuang untuk mempertahankan rumah tangga kami. Sejak itu saya nggak pernah berpikir untuk menikah lagi. Hilangnya istri membawa serta juga cinta dalam diri saya. Sampai akhirnya saya menemukan Ilham."

Malam semakin larut, Ferdian dan pak Hadi masih bertahan di bawah pohon beringin menatap rumah sederhana yang terlihat suram. Pak Hadi terus bercerita tentang dirinya. Ferdian membutuhkan informasi untuk mendekati Ilham. Hingga tak terasa adzan subuh hampir berkumandang.

"Lebih baik bapak pergi, urusan Ilham biar saya yang tangani."

"Makasih mas, saya berharap banyak sama mas."

Pak Hadi menghilang perlahan.

Ferdian menghela nafas panjang, ia kembali menatap rumah pak Hadi. Lampu sudah dimatikan dan jendela pun dibuka. Seraut wajah anak muda menyembul dari jendela. Ferdian mengamatinya dengan seksama dan menunggu waktu yang tepat.

Pukul enam pagi, Ilham keluar rumah. Remaja itu sudah rapi mengenakan seragam sekolahnya tak lupa membawa bekal untuk makan siang.

Ferdian mengerutkan kening, "Bukannya dia tinggal sendiri? Siapa yang memasak bekal?"

Ferdian memperhatikan dengan seksama, tak ingin berasumsi lebih jauh ia akhirnya memutuskan untuk mengikuti remaja berkulit sawo matang itu.

"Baiklah Ilham mari kita berkenalan."

Terpopuler

Comments

Wandi Fajar Ekoprasetyo

Wandi Fajar Ekoprasetyo

apakah istri si bapak balik lagi atau sp ya

2024-04-02

0

A B U

A B U

.next

2023-07-28

1

A B U

A B U

kebanyakan urusan hutang

2023-07-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!