Bab Tiga

Seorang gadis berkaca mata, berkulit putih dengan baju gamis berwarna maroon dan hijab dengan warna senada terlihat sibuk membereskan tenda tempat tantenya berdagang. Hampir setiap hari gadis itu menemani tantenya berjualan dari mulai jam 2 siang hingga jam 12 malam. Nama gadis itu adalah Cahaya. Sejak menjadi yatim piatu 5 tahun lalu, Aya-biasa gadis itu disapa diasuh dan dibesarkan oleh om dan tantenya. Namun, sebuah kecelakaan membuat om dari Aya itu lumpuh dan hanya bisa terbaring di tempat tidur tanpa bantuan kursi roda.

"Padahal kita jualan sampai selarut ini, tapi dagangan kita masih saja belum habis. Kalau begini terus bisa-bisa tante bangkrut," gerutu Laksmi, wanita berusia 40 tahun. Dia melanjutkan dagangan suaminya yang berjualan ayam dan lele pecel. Dulu mereka memiliki lapak khusus untuk berdagang, namun sejak suaminya lumpuh dan penjualan semakin merosot, Laksmi tak mampu membayar sewa lapak dagang mereka dan terpaksa mereka berjualan di pinggir.

"Jangan suka mengeluh, Tante. Bersyukur saja setidaknya kita masih diberi kesehatan untuk bisa mencari rezeki," sahut Cahaya. Gadis berumur 19 tahun itu selalu berusaha menatap semua hal yang terjadi dengan pikiran positif. Ia yakin dan percaya bahwa dibalik apa pun yang menimpanya di dunia pasti ada hal baik yang Tuhan rencanakan untuknya.

"Kamu tahu apa soal kebutuhan hidup? Sudah pamanmu lumpuh gara-gara ditabrak oleh orang yang nggak dikenal dan sekarang tante harus kerja keras mencari nafkah buat gantiin paman kamu. Belum lagi biaya berobatnya." Laksmi tak berhenti mengeluh. Memang sejak suaminya lumpuh, dialah yang menggantikan posisi suaminya untuk mencari nafkah.

"Andai bea mahasiswamu nggak dicabut, 2 tahun lagi kamu pasti sudah lulus dan bisa bekerja di kantoran. Setidaknya biaya berobat pamanmu bisa kamu tanggung. Tapi sekarang? Gara-gara tak punya biaya, terpaksa kamu harua cuti." Laksmi menatap keponakannya sebentar. Meski kadang mulutnya pedas melebihi pedasnya mie gacoan level 10, Laksmi tergolong tante yang baik. Dia masih mau mengeluarkan uang untuk Aya membayar kuliahnya. Sayangnya, kecelakaan itu harus membuat Laksmi memprioritaskan untuk berobat suaminya yang lumpuh.

"Maafin Aya ya, Tante. Aya pasti akan bekerja keras mengumpulkan uang untuk membantu tante dan untuk melanjutkan kuliahku nanti." Hanya ucapan maaf yang bisa Cahaya berikan saat ini. Dia belum bisa menjajikan apa pun kepada wanita yang sudah sudi merawatnya tersebut.

"Sudahlah. Itu juga bukan salah kamu, itu salah pemuda yang sudah memfitnahmu itu. Kalau sampai tante melihat pemuda itu lagi, mungkin tante tidak akan bisa menahan diri." Laksmi mengerti dicabutnya bea siswa keponakannya bukanlah kesalahan Cahaya, tetapi kesalahan temannya. "Ayo sekarang kita buruan pulang! Pamanmu pasti kepikiran karena kita belum pulang selarut ini."

Cahaya mengikat tenda yang terbuat dari terpal itu menggunakan tali rafiah. Dia lalu meletakkan tenda yang sudah tergulung rapih tersebut diatas gerobak.

Jarak tempat Cahaya dan tantenya berjualan lumayan jauh dari tempat tinggal mereka karena mereka berjalan kaki, membutuhkan waktu kurang lebih empat puluh lima menit. Cahaya bertugas menarik gerobak dagangan tantenya dari depan, sementara Laksmi bertugas mendorong dari belakang. Jalanan yang mereka lalui lumayan sepi. Bahkan malam ini mereka belum berpapasan dengan kendaraan ataupun orang lain.

Laksmi hampir saja terjatuh saat tiba-tiba Cahaya menghentikan langkahnya.

"Aduh, Aya... kenapa berhenti tiba-tiba sih? Hampir saja kamu bikin tante jatuh," omel Laksmi.

"Maaf, Tante. Aya nggak sengaja," ucap Cahaya.

"Ya sudah ayo jalan lagi!" suruh Tante Laksmi. Dia kembali mendorong gerobaknya. Namun ternyata Cahaya belum bergerak sama sekali. Gadis berhijab itu masih diam di tempatnya.

"Aya! Kenapa belum jalan? Ayo cepet jalan! Ini sudah malem banget lho, kasihan paman kamu!" seru Laksmi sekali lagi.

"Tapi, Tante.... "

"Ada apa?" sela Laksimi.

"Itu sepertinya ada orang yang hanyut di sungai itu," jawab Cahanya sambil menunjuk aliran sungai yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.

Laksmi ikut melihat ke arah yang ditunjuk oleh keponakannya tersebut. Ia bahkan menyalakan senter untuk mempertajam penglihatannya. Mulut Laksmi ternganga mana kala ia melihat sesosok tubuh yang tertelungkup di atas sebatang pohong di pinggiran sungai.

"Kita... kita bantu dia ya, Tante?" Cahaya meminta izin. Dia kemudian beranjak dari tempatnya untuk menuju ke pinggiran sungai tersebut.

"Tunggu, Aya!" Suara sang tante membuat Cahaya menghentikan langkahnya.

"Ada apa, Tante?"

"Bagaimana kalau kita pura-pura saja tidak melihat itu?" usul Tante Laksmi.

"Lho kok?" Cahaya menatap sang tante dengan tatapan bingung.

Laksmi berjalan mendekati keponakannya itu dan berdiri tepat di sampingnya.

"Aya, bagaimana kalau orang itu sudah meninggal? Tante tidak mau berurusan dengan polisi." Laksmi menyampaikan keresahannya. Dia memang paling tidak suka jika harus sibuk dengan hal yang tidak bisa memberinya keuntungan.

"Tapi, Tante.... "

"Aya, hidup kita itu sedang susah. Tante tidak mau makin susah dengan berurusan dengan polisi. Bagaimana jika keluarga orang itu mengira kita yang sudah membunuhnya? Tante tidak mau harus bolak-balik ke kantor polisi hanya untuk memberikan keterangan," sela Laksmi.

Cahaya terdiam. Ia paham dengan hal yang dikhawatirkan oleh tantenya. Namun, membiarkan orang yang membutuhkan pertolangan sangat bertentangan dengan hati kecilnya saat ini.

"Ayo, kita cepat pergi dari sini! Pura-pura saja kita tidak melihat apa pun!" ajak Laksmi. Dia menarik tangan Cahaya agar kembali ke gerobak.

"Errrggg."

Suara erangan membuat Cahaya kembali menghentikan langkahnya.

"Tante, Tante dengar itu kan?" tanya Cahaya. Dia mempertajam indera pendengarannya.

"Tante tidak dengar apa pun, ayo kita cepat pergi dari sini!" jawab Laksmi yang masih enggan jika harus berurusan dengan polisi nantinya.

"Eeerrrggg... to... tol... tolong!"

"Tante, dia masih hidup. Ayo kita tolong dia, Tante!" Cahaya yang mendengar suara erangan sekaligus suara minta tolong merasa tidak tega untuk meninggalkannya.

"Sudahlah, Aya! Kita pulang saja. Ingat! Hidup kita itu sudah sudah susah!" Tante Laksmi tetap bersikeras menyuruh Cahaya untuk mengabaikan.

"Tapi, Tante... dia masih hidup. Jika kita tidak segera menolongnya, bisa-bisa dia beneran meninggal. Dan itu berarti kita sudah menjadi pembunuh secara tidak langsung, Tante," ujar Cahaya. "Aya mohon, Tante. Ayo kita bantu dia!" pintanya.

Laksmi masih diam. Hatinya masih bimbang antara membantu atau membiarkan orang itu. Dia masih memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang bakalan terjadi, jika dia nekat menolong orang tersebut. Namun, membiarkan orang itu di sana juga tidak membuatnya tenang. Saat suaminya menjadi korban tabrak lari dan tidak ada seorang pun yang menolongnya, dia merasa sangat sakit hati. Laksmi bahkan menyumpahi semua orang yang dengan sengaja tidak mau menolong suaminya.

"Baiklah, ayo kita tolong dia. Tapi... bagaimana pun, tante tidak mau berurusan dengan polisi." Akhirnya Laksmi setuju untuk menolong orang tersebut.

Cahaya mengangguk. "Iya, Tante. Kita tidak perlu menghubungi polisi. Yang penting sekarang ayo kita bantu dia!"

Cahaya dan Laksmi berjalan mendekati orang tersebut ke pinggiran sungai. Dari perawakan tubuh dan pakaiannya, mereka tahu bahwa orang yang tertelungkup di atas batang pohon tersebut berjenis kelamin laki-laki. Keduanya kemudian membawa orang tersebut menjauhi sungai dengan memapahnya.

"Ah, berat juga," ujar Laksmi saat ia dan Cahaya membaringkan orang tersebut di atas aspal. "Coba kamu periksa lagi! Apa dia beneran masih hidup!" Laksmi menyuruh Cahaya.

"Iya, Tante." Cahaya berjongkok dan menyibakkan rambut yang menutupi sebagian wajah orang tersebut. Setika ia menghentikan gerakannya. "Tidak mungkin!" desisnya.

Terpopuler

Comments

Yuli maelany

Yuli maelany

kalo jodoh emang gak bakalan kemana yaa ada aja cara supaya mereka bisa bertemu....

2023-05-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!