Tidak terasa lebih dari 16 tahun berlalu dengan begitu saja, saat ini Tania dan Jihan sudah tumbuh menjadi dewasa, kedua gadis itu tumbuh menjadi gadis yang cantik terutama Jihan karena ia sering pergi ke salon untuk merawat diri dibandingkan Tania yang harus bekerja di dapur bersama dengan para asisten rumah tangga, alasan kenapa
Tania harus repot-repot bekerja di dapur adalah karena perintah langsung dari Ester, wanita itu sejak usianya masih 6 tahun diharuskan menjadi pembantu di rumahnya sendiri.
“Jihan, ke sini dulu, ada sesuatu yang ingin Mama katakan padamu,” ujar Ester ketika melihat anak semata wayangnya itu baru pulang.
“Memangnya apa yang ingin Mama katakan padaku?” tanya Jihan penasaran.
“Begini Nak, kamu tahu bahwa sebentar lagi usia kamu sudah 23 tahun dan Mama serta Papa sudah setuju untuk menjodohkan kamu dengan anak salah satu rekan bisnis kami.”
“Mama, kenapa harus bahas seperti ini lagi, sih?”
“Jihan, kamu harus menuruti apa yang Mama katakan, Mama melakukan ini demi kebaikan kamu juga.”
“Namun aku tidak suka.”
“Kamu bisa bilang begitu karena kamu belum melihat seperti apa rupanya, kan?”
*****
Sementara itu Tania nampak sedang membersihkan perabotan rumah tangga di lantai dua ketika Jihan baru saja naik ke lantai dua dan mereka berpapasan, nampak dari segi pakaian dan dandanan perbedaan antara Jihan dan Tania bagai bumi dan langit, ketika Jihan dimanjakan oleh Ester dengan berbagai krim pemutih kulit dan juga rajin
pergi ke salon untuk mempercantik diri, Tania dibiarkan apa adanya, kulitnya tidak terlalu terawat namun masih memancarkan kecantikan alami yang mempesona.
“Kenapa kamu menatapku begitu?” sinis Jihan.
“Maaf,” ujar Tania buru-buru memalingkan wajahnya dari Jihan.
Jihan pun segera pergi ke kamarnya dan membanting pintu kamar itu dengan keras, Tania hanya dapat menghela napas dan menduga-duga sebenarnya apa yang membuat Jihan menjadi seperti itu, namun ia tidak mau terlalu mencampuri urusan orang lain dan lebih baik saat ini dia fokus dengan pekerjaannya.
“Nona Tania, anda dipanggil Nyonya Ester.”
“Bi, bukankah sudah berkali-kali panggil saja aku Tania saja.”
“Bibi tidak bisa Non, bukannya apa-apa Nona Tania adalah pemilik rumah ini.”
“Sudahlah Bibi tidak baik mengatakan itu, Tante Ester ada di mana?”
“Ada di bawah, dia ada di ruang tamu.”
“Baiklah, kalau begitu aku pergi menemuinya dulu.”
Tania pun pergi menemui Ester di lantai bawah rumah, ketika Tania datang nampak Ester tengah membolak balikan majalah yang saat ini sedang ia baca.
*****
Sementara itu saat ini Tania disuruh pergi membeli sesuatu oleh Ester dan ia minta agar Tania bisa segera pulang karena ia tidak mau sampai gadis itu berkeliaran di luar rumah dan menimbulkan gosip yang tidak-tidak. Tania baru saja membeli barang yang diperintahkan oleh Ester dan karena saking buru-burunya untuk kembali ke rumah karena tidak ingin dimarahi oleh wanita itu, Tania sampai tidak memperhatikan jalan di sekitar dengan baik hingga akhirnya ia nyaris saja ditabrak oleh sebuah mobil. Untung saja pengemudi mobil itu berhasil mengerem tepat waktu hingga tabrakan pun tidak terjadi.
“Kamu baik-baik saja?” tanya pengemudi mobil itu yang rupanya adalah seorang pemuda tampan.
“Aku baik-baik saja,” jawab Tania.
“Benarkah? Apakah kamu yakin?” tanya pemuda itu.
“Iya, tentu saja, aku baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir,” jawab Tania seadanya.
Tania pun berpamitan dan segera berlari pulang ke rumah sebelum pemuda itu sempat buka suara, Tania tiba
di rumah dan sudah ia duga sebelumnya pasti Ester akan menyemburnya dengan kemarahan.
“Kamu dari mana saja tadi? Kenapa lama sekali beli ini?!”
“Anu... saya... tadi... saya ....”
“Sudahlah, kamu ini memang sengaja ingin memancing emosiku kan?!”
“Tidak Nyonya, saya tadi hampir ditabrak mobil .....”
“Dasar alasan saja! Kamu harus dihukum!”
*****
Jihan menatap layar ponselnya, ia nampak terkikik pelan saat menatap layar ponselnya itu hingga tidak menyadari bahwa saat ini Ester sudah masuk ke dalam kamarnya dan berjalan menghampiri putrinya yang tengah terkikik menatap layar ponselnya.
“Apa yang lucu sampai kamu terkikik begitu?”
“Mama, kenapa Mama ke sini?”
“Kenapa memangnya? Apakah Mama tidak boleh datang ke sini?”
“Katakan apa alasan Mama datang ke sini.”
“Mama ingin agar nanti malam, kamu ikut dengan Mama ke suatu tempat.”
“Jangan bilang kalau Mama akan membawaku ke acara makan malam?”
“Tepat sekali, nanti malam kamu akan bertemu dengan orang yang akan Mama jodohkan, jadi gunakan pakaian terbaikmu dan jangan buat Mama malu.”
“Baiklah.”
“Ingat Jihan, Mama melakukan ini demi untuk dirimu juga, ok?”
“Baiklah, aku mengerti.”
“Baguslah, Mama pergi dulu, pokoknya sebelum jam 7 malam kamu harus sudah ganti pakaian dan berdandan
yang cantik, ok?”
“Ok, Mama tidak perlu khawatir.”
Ester pun pergi keluar dari kamar Jihan, sementara setelah Ester pergi kini Jihan menghela napasnya berat, namun ia bertanya-tanya seperti apa rupa orang yang akan dikenalkan Ester padanya.
“Awas saja kalau Mama berbohong soal rupa orang itu, kalau dia bukan tipeku maka aku tidak akan basa-basi untuk menolak perjodohan konyol ini.”
*****
Handi baru saja pulang, ia tidak ikut makan malam bersama dengan Ester dan Jihan karena ia lembur kerja
hari ini dan baru pulang menjelang jam 9 malam, ketika ia baru saja pulang nampak Tania baru saja keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang kotor.
“Tania, apa yang kamu lakukan?”
“Om Handi?”
“Ada apa dengan pakaian kamu? Kenapa kotor dan membawa ember itu segala?”
“Anu... aku habis menyikat kamar mandi dan membersihkan peralatannya.”
“Menyikat kamar mandi?”
“Iya, seluruh kamar mandi aku sudah menyikatnya.”
“Apakah ini suruhan Ester?”
“Om aku ....”
“Sudah aku duga bahwa wanita itu benar-benar melampaui batas.”
“Aku tidak apa-apa Om, Om Handi tak perlu khawatir.”
“Tania, Om minta maaf padamu karena tidak dapat melakukan apa pun untuk membelamu,” ujar Handi menggenggam bahu Tania.
“Tidak apa-apa Om, Om tidak perlu merasa bersalah begitu, toh aku baik-baik saja.”
“Tania ....”
“Lebih baik aku segera
pergi, permisi Om.”
“Selamat malam Tania.”
“Selamat malam Om.”
Handi masuk ke dalam kamarnya dan melepas dasi dan kancing kemeja yang seharian ini ia kenakan, ia teringat dengan mendiang kakaknya yang sudah meninggal dunia akibat Ester.
“Kak Bima, aku minta maaf karena membuat Tania menderita begini,” lirih Handi ketika ia menatap foto dirinya dan Bima saat mereka masih kecil.
“Kamu baru pulang?” tanya Ester yang baru masuk ke kamar mereka.
“Apa yang kamu lakukan pada Tania?” tanya Handi dan mengabaikan pertanyaan Ester barusan.
“Kenapa? Apakah dia mengadu padamu?” tanya Ester dengan wajah tanpa bersalahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 235 Episodes
Comments